"Ma.. Apa yang barusan mama bilang?"
Sontak semua orang mengarahkan atensi mereka ke Renjun. Tiffany tidak bisa menahan tangis lagi ketika berhadapan dengan menantunya itu. Renjun melihat ponsel Tiffany yang masih tersambung pada Donghae. Segera ia ambil dan berbicara.
"Papa.. Tolong katakan ini semua hanya omong kosong. Ucapan mama pasti bohong kan. Ini ngga mungkin pa.. Jeno sudah janji pulang ke Renjun." Genggam tangan mengerat seiring dada terasa sesak. Renjun tak ingin menangis, ia menahannya karena ia percaya ini hanya lah suatu kebohongan semata. Tidak mungkin Jeno ingkar dengan janjinya. Tidak mungkin Jeno lupa akan jalan pulangnya. Renjun yakin pada Jeno.
Akan tetapi jawaban Donghae benar-benar menghancurkan keyakinannya.
"Nak Renjun, papa tidak bohong. Ini semua benar. Pesawat Jeno tiba-tiba hilang kontak." Paraunya suara Donghae diseberang sana akhirnya membuat Renjun meruntuh tangisnya.
Mengapa mimpi buruknya menjadi nyata..
"Aku kesana."
"Ren, ingat kondisimu." Ujar Chanyeol, meremat bahu anaknya tetapi Renjun langsung menepis tangan sang ayah.
Mata yang telah memerah menahan tangisan membuat hati Chanyeol tercubit. Mengapa nasib anaknya harus seperti ini.
"Pa, aku mau kesana. Aku mohon. Jeno pasti tidak ingkar janji.." Lirihan Renjun begitu pedih terucap, seakan ada sebilah pisau yang menancap di tenggorokan.
Air mata Chanyeol gugur namun segera ia hapus lalu mengangguk.
"Baiklah, ayo."
Sampai di bandara Renjun terkejut mendapati situasi sangat ricuh. Banyak yang menangis, berpelukan dan jatuh berlutut dengan raung yang amat pilu. Mereka adalah keluarga dari penumpang pesawat yang suaminya bawa.
Cairan bening turun mengalir, tangan pun langsung membekap mulut sebab Renjun tak kuasa lagi menahannya. Di sini dengan orang-orang ini Renjun berbagi kesedihan yang sama. Dalam benak masih lah berusaha percaya namun mengapa malah sulit sekarang.
Tidak, Renjun enggan membuang harapannya.
Tapi ini sakit, Renjun menepuk nepuk dadanya yang terasa sesak lagi. Lututnya melemas tiba-tiba dan akan jatuh, tetapi seseorang berhasil menggapainya terlebih dahulu.
Seseorang itu Haechan, kekasih dari Jaemin co-pilot Jeno yang juga datang setelah mendengar kabar mengejutkan ini.
"Renjun.."
Renjun mendongak lalu bertatapan dengan Haechan yang juga samanya hancur. Mereka berpelukan, mengeratkan pegangan dan saling menumpah kepiluan yang sama.
***
Menunggu itu melelahkan. Apalagi dalam keadaan yang getir tanpa tahu kepastiannya. Sudah enam jam berlalu semenjak Renjun datang dan menunggu kabar terbaru yang dilakukan tim penyelamat. Tapi kabar satu pun belum ada yang datang.
Tiap detik berganti menit, tiap menit berganti jam, Renjun merasa gundahnya tak kunjung henti. Dia takut kabar sebaliknya yang datang, dia takut jika mimpi buruknya benar-benar nyata.
Dia takut kehilangan Jeno-nya.
Binar yang kehilangan semangat itu melirik pada perut. Renjun usap lembut. "Kuatkan mama ya Logan sayang." Air yang basahi wajah telah surut, Renjun tidak mau menangis lagi karena ia teringat pesan Jeno yang tidak suka melihatnya berderai air mata.
"Jeno.. Aku menepati janjimu agar tidak menangis. Sekarang kau juga harus tepati janjimu untuk pulang. Jangan ingkar, aku benci itu." Gumam Renjun sambil menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Pilot || NOREN
FanfictionSLOW UPDATE || VERSI HAPPY ENDING! Jeno berjanji pulangnya adalah Renjun, juga anaknya yang sedang bertumbuh di perut istrinya. Tapi saat tragedi itu terjadi, pulangnya tetap pada Renjun atau dia menuju 𝘱𝘶𝘭𝘢𝘯𝘨 yang lain... Pilot jn x model rj ...