13

1.9K 257 23
                                    

Vas berisi beberapa tangkai bunga mawar putih Renjun taruh sebagai sentuhan akhir di atas meja. Aromanya ia hirup dalam menikmati kesegaran alami yang terkuar. Binar indah melirik dengan senyum melengkung ayu, merasa bangga menatapi satu per satu menu makanan yang telah tersaji rapi.

"Kalau mau icip silakan aja sayang. Tuh mata kamu dari tadi liatin es buah mulu." Tiffany berujar gemas sebab mendapati tingkah lucu Renjun yang terus menerus menilik pada es buah.

Renjun menggeleng, Lagi-lagi rona merah hiasi pipinya. "Engga ma, nanti aja. Nunggu Jeno. Mau minta suapin soalnya hehe."

"Haduh pengantin baru ini." Celetuk Donghae tiba-tiba lalu menepuk pelan pucuk kepala menantunya itu. "Papa juga ngga sabar nunggu Jeno pulang. Mau cepat-cepat serah jabatan haha." Pria paruh itu terkekeh. Pikiran tentang pensiun sebenarnya sudah ingin ia lakukan sejak dulu mengingat keadaan tubuhnya yang kian rentan.

Namun, saat Jeno bilang dia masih ingin menjadi pilot maka Donghae pun urung pensiun. Dan kini anaknya dengan suka rela akan mengakhiri profesi-nya sebagai pilot lalu mengambil alih seluruh perusahaan maskapai, Donghae luar biasa senang. Akhirnya dia bisa menikmati masa masa tua-nya.

Senyum memancar diselingi tawa serta candaan yang tak kunjung surut agar mengikis waktu. Semua bergembira untuk menyambut sang pemeran utama.

Donghae pergi lebih awal dari jam kedatangan Jeno, sebab ada yang diurus di sana. Ajakan ikut menjemput Renjun terima dari Donghae namun ia memilih tinggal dengan alasan ada menu makanan yang hendak ia bikin satu lagi. Juga nampak kondisinya tak memungkinkan ikut, rautnya sedikit memucat gara-gara gejolak mual yang kembali menyerang, dan Renjun mengalami muntah lagi.

Maka setelah mobil Donghae keluar dari perkarangan rumah, Renjun memutuskan istirahat sejenak. Memejamkan mata, mengisi energi, agar nanti saat bertemu Jeno kondisi tubuhnya lebih baik.

Tak perlu waktu lama, kala badan menyentuh permukaan kasur, matanya memejam dan larut dalam buaian mimpi.

***

Renjun terbangun, perlahan duduk lalu menatap sekitar. Rupanya ia tidur terlalu lama sebab cahaya siang sudah berganti gelapnya malam.

Tunggu? Itu berarti suaminya sudah pulang sejak tadi!

Astaga, seharusnya ia menyambut Jeno dengan penuh kasih bukan malah keenakan molor. Lekas Renjun bangkit dan masuk ke kamar mandi guna membasuh muka agar nampak lebih segar.

Samar-samar Renjun bisa mendengar suara orang-orang di lantai bawah. Senyumnya muncul ketika dengar suara sang suami yang entah menyahut pada siapa. Buru-buru Renjun menyelesaikan urusannya lalu turun ke bawah.

Kini suara suara itu semakin jelas dan orang-orang yang hadir nampak bersuka cita. Manik indah itu menatap satu per satu yang hadir. Syukurlah mereka menikmati hidangan yang tersaji.

"Renjun, sayang?"

Panggilan itu mengalun lembut, kecupan di kening Renjun dapatkan dari Jeno yang entah darimana datang kemudian memeluknya dari samping.

"Sayang, aku pulang." Bisik Jeno. Menambah kecupan lagi namun kali ini bibir sang istri targetnya.

"Dari kapan? Kok ngga bangunin aku?"

Jeno menarik sang istri agar menghadap padanya, buat Renjun mendongak dengan tatap kesal namun Jeno justru hanya ulas senyum sambil menangkup wajah ayu itu.

"Kamu kelihatan nyenyak, aku mana tega."

Beberapa ujaran protes hendak Renjun keluarkan tapi Jeno lekas membungkamnya dengan ciuman yang memburu. Tangan besar pindah menahan tengkuk dan satunya menahan pinggang ramping itu. Lumatan yang Jeno beri sungguh buat Renjun kewalahan. Penuh tuntutan, penuh cecapan.

Mr. Pilot || NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang