Melupakan kejadian tadi pagi, kini jeno dan Renjun tengah bersiap pergi konsultasi ke dokter kandungan.
Mulai dari mandi sampai memakai baju Jeno selalu membantu Renjun. Walau Renjun bilang ia bisa melakukan sendiri tapi Jeno enggan membiarkannya begitu saja. Baginya merawat sang istri merupakan kegiatan yang paling ia sukai.
Renjun jadi lebih diam dari biasanya. Jeno sadar ini karena kejadian tadi dan benak sang istri di penuhi berbagai macam hal.
"Ren, ayo."
Juluran tangan suaminya Renjun sambut lalu ia merasa sebelah tangan dominan itu melingkar di pinggangnya, menuntunnya berjalan. Kecupan ringan selalu Jeno beri di sudut kepala Renjun dengan harap tindakan kecil ini sedikit mengalihkan apapun yang sedang digelutinya dalam benak.
Pintu baja perlahan menutup seiring lift bergerak turun. Hening menyelimuti sebelum akhirnya Renjun memilih memeluk Jeno. Merebahkan kepala yang penuh pikiran di dekap hangatnya, kedua lengan mungil turut melilit erat.
"Apapun dugaan yang kau pikirkan itu tidak akan terjadi. Kumohon percaya lah padaku hm." Lirih Jeno, balas peluk tubuh mungil itu tak kalah eratnya.
Jika Renjun bersedih Jeno pun juga. Hatinya teremas mengetahui istrinya meragu. Tapi tentu ia tidak biarkan pikiran jahat itu mengusai seluruh benak Renjun.
Jeno akan buktikan. Apapun itu karena Renjun adalah segalanya.
Pasangan pengantin baru itu tak lepas pandang dari layar monitor yang menampilkan setitik kecil di sana. Itu bayi mereka.
"Perkembangannya sangat bagus dari minggu lalu." Ujar Haechan, yang merupakan dokter kandungan yang Jeno pilih sekaligus dia adalah kekasih dari Jaemin, co-pilotnya.
Jeno bantu merapikan pakaian Renjun setelah seorang perawat membersihkan sisa cairan gel di perut istrinya itu. Kemudian Jeno meraih tangan Renjun dan menuntunnya untuk duduk di kursi menghadap Haechan.
"Untuk keluhan seperti pusing dan mual, aku akan meresepkan obat peredanya," Haechan menjeda, menatap bergantian pada Jeno dan Renjun. "Pada awal kehamilan sebisa mungkin jangan melakukan hal-hal berat dan jangan stress, kondisi pikiran sang ibu sangat berpengaruh pada janin. Dan lalu... untuk trimester awal aku sarankan jangan melakukan hubungan intim dulu."
Haechan mengakhiri penjelasan dengan kekehan kecil, kontras dengan Jeno yang begitu serius mendengar dan Renjun yang tiba-tiba menunduk malu.
"Baik Dokter Lee." Cicit Renjun. Sedikit mengangkat wajahnya yang nampak bersemu.
"Panggil saja Haechan." Pria manis berkulit tan itu tersenyum. "Jaemin sering bercerita tentang kalian tapi maaf jika kita baru bertemu sekarang. Saat Jaemin ada waktu luang dan hendak mengajakku bertemu kalian aku malah full shift dan begitu pun sebaliknya. Jadi pertemuan ini sungguh berarti."
"Ah iya, Jaemin juga sering kali membanggakanmu di depan kami." Renjun melirik Jeno yang ternyata sedari tadi menatapnya sembari genggam tak surut lepas.
"Okay, apa ada keluhan lagi?"
Renjun menggeleng, semua keluhan sudah ia ujarkan tadi. Dan mereka pun berpamitan dengan Haechan.
Sebelum pulang tak lupa Jeno mengambil beberapa vitamin dan obat yang telah Haechan resepkan untuk Renjun. Sementara Renjun memilih duduk menunggu di kursi tunggu poli kandungan.
Orang-orang sekitar melirik padanya, heran sekaligus terkejut mendapati seorang model terkenal berada di poli kandungan karena memang Renjun tidak menggunakan masker ataupun topi.
Mereka bertanya-tanya, mereka berbisik dengan pandang tak lepas dari sosok cantik itu, sekejab langsung menyusun sebuah puzzle dalam kepala dan menerka atas dugaan. Jika sepertinya model cantik ternama itu sedang berbadan dua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Pilot || NOREN
FanfictionSLOW UPDATE || VERSI HAPPY ENDING! Jeno berjanji pulangnya adalah Renjun, juga anaknya yang sedang bertumbuh di perut istrinya. Tapi saat tragedi itu terjadi, pulangnya tetap pada Renjun atau dia menuju 𝘱𝘶𝘭𝘢𝘯𝘨 yang lain... Pilot jn x model rj ...