22

1.2K 217 48
                                    

Semua begitu cepat terjadi.

Seharusnya, langkahnya berhasil menuju Jaemin diujung sana. Namun naas ledakan yang Jeno perkiraan terjadi.

Kobaran api yang melahap sayap kiri sampai pada badan pesawat memicu ledakan hingga membuat badan pesawat terbelah menjadi dua.

Jeno bersama Ella terhempas, bahkan pelukan Ella pada Jeno sampai terlepas. Jeno berteriak kesakitan, tangan kanannya tertindih diantara kursi pesawat yang hancur, bagian dadanya juga terasa amat nyeri. Entah terkena apa Jeno tidak ingat.

Ditengah kesakitan itu Jeno mencari keberadaan Ella. Situasi semakin genting, posisi Jeno yang kembali ke ekor pesawat pun tak baik. Hanya tinggal menunggu waktu badan pesawat ini tenggelam.

"Ella! Argh?!" Jeno berusaha bergerak dan membebaskan tangannya yang terjepit. Tapi tidak mudah, jepitannya sungguh kuat. Jeno yakin lengannya itu pasti remuk atau patah.

"Paman."

"Ella! Kau baik-baik saja. Kau terluka?"

Ella lekas menggeleng karena memang dirinya tidak mendapat luka serius, cuma mendapat beberapa goresan akibat terhempas tadi.

Gadis kecil itu langsung menjerit, menangis melihat tangan Jeno yang terjepit dan mengeluarkan banyak darah.

"Paman terluka hiks.."

"Paman baik-baik saja Ella, jangan menangis hm," Jeno beri senyum lembut. "Paman boleh minta bantuan Ella tidak?"

Ella mengangguk, lalu Jeno menyuruh Ella untuk menyingkirkan bagian-bagian puing yang hancur diatas tangannya yang tertindih itu.

Dengan tangan kecilnya Ella bergegas memindahkan tumpukan puing itu. Jeno merasa tekanan pada tangannya mulai berkurang, seharusnya ini sudah cukup untuk bisa membebaskan lengannya.

Dari bawah, Jeno mengangkat tumpukan puing. Ella turut membantu walau tenaganya tidak seberapa. Beberapa saat kemudian akhirnya tangan Jeno bisa terbebas.

Jeno merasa lega namun juga tersenyum getir ketika melihat luka ditangannya sangat parah. Bajunya ia robek dan dengan cepat Jeno melilitkan kain robekan itu pada lukanya, mengikatnya kuat supaya menghentikan darah yang terus keluar.

Tempat di mana Jeno berpijak mulai oleng, dan itu bukan pertanda baik. Bagian ekor yang terbelah perlahan mulai tenggelam dari depan. Itu satu-satunya jalan keluar. Maka Jeno bergegas menggendong Ella kemudian berlari sekencang mungkin sebelum terperangkap.

"Ella tahan napasmu!"

Air laut yang dingin langsung menyapa, ombak yang masih bergelung ngeri menyusahkan Jeno berenang ke permukaan. Dengan tangannya yang terluka semakin menyulitkan Jeno, apalagi rasa sakitnya semakin menusuk.

Tapi Jeno tak punya waktu untuk terlena dalam kesakitan, ia harus berenang ke permukaan, ia dan Ella harus selamat, ia harus pulang, ia harus menemui Renjun dan calon anaknya!

Akhirnya dengan ambisi yang kuat perlahan Jeno mencapai permukaan. Sang pilot meraup oksigen begitu rakus sampai terbatuk, begitu juga dengan Ella.

Akan tetapi meski Jeno telah sampai ke permukaan laut, kondisi atas belum aman. Badai masih meraung, ombak masih beradu ganas, puing-puing pesawat berserakan. Sejauh mata memandang Jeno tidak bisa menemukan perahu karet tempat para penumpang.

Sepertinya sehabis terjadi ledakan tadi mengakibatkan gelombang besar yang menghanyutkan perahu-perahu karet evakuasi menjauh.

"Sial!" Jeno berteriak frustasi.

"Hiks ibu hiks..."

Cukup lama mereka mengambang dalam ketidakpastian. Jeno mendekap Ella sambil memikirkan jalan keluar. Beruntung ada satu bagian pesawat yang lumayan lebar untuk Ella naiki.

Mr. Pilot || NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang