2

4.3K 436 17
                                    

Usai menyantap makan malam yang mendapat service special. Keduanya sama-sama terdiam.

Dengan telapak tangan sebagai tumpuan rahang, Jeno sibuk mengamati Renjun yang enggan dan menghindari tatapannya.

Seutas senyum ingin lah terbit namun berupaya ditahan sang dominan setengah mati.

"Aku harus kembali ke kokpit." Tutur Jeno yang sontak memecah lamunan Renjun.

Si manis menengok singkat tanpa kata, hendak bangkit namun tiba-tiba tangan kokoh itu lebih cepat menahannya lalu tanpa aba-aba meremas kencang bokongnya.

Renjun memekik, mulutnya gatal ingin memaki tapi sebelum sumpah serapah keluar bibir Jeno dengan cepat memagut miliknya. Sesapan lembut begitu membuai, rasa kesal seakan buyar saat Jeno membawanya melayang tinggi.

Renjun jadi lupa kalau ia harus ngambek sama Jeno. Malah jemarinya secara otomatis mulai melonggarkan dasi dan melepas kancing seragam Jeno. Begitu dengan ia yang perlahan mendominasi pagutan dan bisa Renjun rasakan cengkraman pada bokongnya mengerat.

Ulah jemari lentik mendadak berhenti, Jeno melepas ciuman dan menahan tangan Renjun agar tidak membuatnya telanjang dalam hitungan detik.

"Kita tidak bisa melakukannya disini, sayang." Jujur ia sangat bergairah, apalagi melihat bibir pujaan hatinya sedikit membengkak akibat kegiatan tadi. Tetapi Jeno harus memancing Renjun bercerita tentang apa mendasari acara tiba-tiba ngambeknya itu.

"Meski sebentar?" Renjun merengut, walau maniknya penuh pengharapan.

Jeno menggeleng membuat Renjun mendengus lucu. "Ada apa Renjun? Mengapa kau mendadak berpikir ingin melakukan itu disini hm? Cerita sayangku." Alis Jeno naik. "Gara-gara suara ku tadi?"

"Enggak! Sok tahu kamu!"

"Terus yang kamu protes dichat itu apa sayang?"

Dominan tampan sedikit menjauh, bersandar nyaman pada kursi dengan harga puluhan juta itu. Menatap lamat-lamat setiap inci wajah Renjun, mencoba menebak dari raut muka.

Menyusun spekulasi hingga Jeno menemukan satu titik terang. Senyumnya ingin sekali mengembang, Jeno tahu tapi dia mau Renjun yang ngomong sendiri. Lagipula sembari menunggu si cantik ini mengeluarkan isi benaknya, Jeno bisa menikmati keseluruhan kekasihnya ini.

Jeno mengakui, ia tergila-gila dengan Renjun.

Sorot Jeno turun kini terpaku pada puting Renjun, ingat bukan bajunya transparan. Jeno berdecak dalam hati, pantas saja semalam saat mereka bercinta Renjun melarang keras Jeno menandainya. Rupanya ini alasannya, jika tahu ia bakal acuh.

"Aku kesal!" Pekik Renjun tiba-tiba. "Pramugari baru itu aku liat-liat akrab banget ya sama kamu. Aku nggak suka! Dia jelas godain kamu loh Jeno, terus pas kamu ngasih pengumuman tadi dia senyam senyum dengar suara kamu. Nggak bisa terima aku!" Ujar Renjun mengebu, napasnya memburu terus teringat lagi laporan Karina tadi makin-makin ia ingin menggulingkan Julia dari atas pesawat.

Saat Renjun sedang berimajinasi melakukan rencana sadis pada Julia, Jeno tanpa aba-aba justru melepas kancing seragamnya sendiri. Renjun yang sadar langsung memekik kaget dengan mata melotot.

"Ngapain?!"

Tanpa kata, Jeno maju dan mencium Renjun. Kali ini dia yang mendominasi bahkan jari-jarinya bergerak lihai melepas pakaian sang kekasih. Kemudian Jeno berbisik.

"Aku berubah pikiran, lakukan apa yang kau mau padaku, sayang. Oh! Aku punya permintaan..." Renjun meremang saat merasa hembusan napas di telinganya. "Buat lah tanda sebanyak mungkin agar pramugari baru itu tahu aku hanya lah milik mu seorang."

Mr. Pilot || NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang