20

600 82 12
                                    

Disclaimer dulu, untuk kejadian yang terjadi tolong dimaklumkan jika terkesan kurang atau terlalu mengada ngada, karena aku menulis kejadian tersebut sesuai dgn imajinasiku yah :')

Flashback...

Sudah tujuh jam lebih pesawat Air Queen One mengudara dan kemungkinan beberapa jam lagi pesawat akan segera mendarat.

Memikirkan itu membuat bibir sang pilot utama melengkung cerah. Jeno telah membayangkan betapa cantiknya senyum sang istri saat menyambutnya nanti.

Senyum yang dua hari ini hanya bisa ia lihat melalui layar ponsel, dan dalam kurun waktu singkat akan tersuguh nyata dihadapannya.

Jeno sungguh tak sabar menjumpai Renjun-nya.


Seteguk cairan pekat mengalir lalu basahi tenggorokan. Mata memejam sesaat sebelum terbuka kemudian pandangi diri dalam pantulan air dicangkir kopi miliknya.

Usai menyelesaikan urusan dahaga, Jeno beranjak dari dapur pesawat guna kembali menuju kokpit. Cukup lama sudah ia meninggalkan Jaemin mengomandoi pesawat sendirian.

Sepasang tungkai melangkah, sesekali Jeno berpapasan dan tidak lupa menyapa awak kabin yang tengah sibuk melayani para penumpang.

Jeno berhenti sebentar, mengawasi kinerja crew-nya. Senyum tipis muncul dibibir, ia akan sangat merindukan pemandangan ini usai lepas bertugas.

Selain menyaksikan teman-temannya kala bertugas, Jeno akui hatinya terasa  menghangat ketika melihat pasangan yang berumur senja yang masih lah penuh cinta dan kehangatan.

"Halo, permisi." Sapa Jeno ramah yang mana membuat pasangan kakek nenek itu menoleh dan juga beri senyum ramah. "Bagaimana dengan penerbangannya, apa Tuan dan Nyonya merasa nyaman?"

"Ah iya sangat nyaman sekali. Makanan yang disajikan sangat lezat, aku sampai menambah." Si nenek terkekeh.

"Apa kau pilot pesawat ini nak?" Giliran si kakek berucap, lantas angguk kecil Jeno beri.

"Iya Tuan, dan juga hari ini hari terakhirku bertugas."

"Oh benarkah, mengapa? Kau terlihat masih begitu muda untuk pensiun dini."

Jeno tertawa kecil.

"Istriku sedang hamil, dan aku tidak ingin melewatkan proses perkembangan kandungannya. Menjadi pilot tidak bisa membuatku selalu berada disampingnya."

Si nenek menatap Jeno penuh haru. "Kau sungguh suami yang bertanggung jawab, persis suamiku."

Sang nenek menoleh pada suaminya, tangannya yang keriput ia tautkan pada cinta sejatinya.

"Ah.. kau mengingatkanku pada diriku saat muda. Kita mengambil keputusan yang sama. Dahulu aku merupakan seorang tentara. Aku jarang pulang sebab harus berjuang dikawasan penuh konflik, tapi ketika mendengar istriku hamil, aku melepas semuanya. Menjadi tentara adalah impianku namun semua itu berubah saat aku bertemu istriku."

Pria berumur senja itu menatap dalam istrinya. "Dan aku sama sekali tidak menyesal mengambil keputusan itu. Aku merasa lebih bahagia." tatapnya bertemu Jeno. "Impian yang berharga kalah dengan cinta haha."

Jeno ikut tertawa bersama si kakek. Benar sekali, Jeno setuju dengan apa yang kakek itu sampaikan.

Setelah berpamitan dengan sepasang lansia tersebut, Jeno kembali ke kokpit.

"Akhirnya kau kembali. Sekarang giliranku, panggilan alam sedang memanggil." Seru Jaemin saat Jeno baru saja mendudukan diri dikursi kemudi, co-pilot itu langsung bergegas keluar usai mendapat anggukan dari sang pilot.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mr. Pilot || NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang