"Sayang, aku pulang."
Suaranya.
Sentuhannya yang menyapa pipi.
Tatapannya yang menatap penuh kerinduan.
Ini nyata.
Jeno-nya telah pulang, bibirnya melengkung ulas senyum manis dengan mata membentuk garis bagai bulan sabit. Kedua lengan dibentangkan menyambut sang kasih agar masuk dalam dekap, dan tanpa memikirkan apapun lagi tubuh mungil itu menuju rumahnya.
Air mata tak hentinya berjatuhan, sebab ini sungguh nyata. Pelukan hangat ini nyata. Renjun bisa merasakan lilitan erat yang merengkuh pinggang dan tangan yang mengelus punggung serta kepalanya.
"Sayangku.. Renjunku.. Maaf membuatmu menunggu. Maaf kedatanganku terlambat, kamu pasti sangat khawatir bukan?" Lirih Jeno penuh sarat cinta, matanya turut memanas kala merasakan kehadiran sang istri.
Jeno sangat merindukan Renjun. Apa yang terjadi beberapa hari lalu sangat menakutkan baginya. Antara hidup dan mati, takut jika ia tidak bisa pulang pada Renjun. Namun kini ketakutan itu sirna. Ia berhasil melewati semua dan kembali pulang pada rumahnya.
Angguk ribut Renjun beri guna balas lirihan dominannya. Hal itu buat Jeno terkekeh gemas. Maka, ketika ada jarak setelah pelukan terlepas Jeno langsung meraup birai delima itu pada bibirnya. Melampiaskan kerinduan yang selama ini ia tahan dalam-dalam.
"Kamu enggak tau seberapa cemasnya aku nungguin kamu pulang. Jangan buat aku takut lagi." Adu sosok cantik itu, menangis haru.
"Tidak akan aku buat kamu takut lagi, sayang. Sekarang kamu tidak perlu cemas lagi karena aku– akhh!"
Tiba-tiba Jeno mengerang kesakitan, tubuhnya mendadak limbung. Melihat itu Renjun segera menopang tubuh suaminya. Berkali-kali Renjun memanggil Jeno guna menanyakan keadaannya tapi Jeno tak kunjung menjawab apa-apa, hanya rintihan kesakitan yang Renjun dengar. Renjun panik, dan kepanikan itu makin bertambah kala dirinya mencium aroma yang tidak asing seiring penglihatannya menangkap cairan pekat berwarna merah basahi pakaian sang suami.
"Da-darah.."
Renjun terpaku, matanya melebar mendapati semua itu adalah darah.
Jeno-nya berdarah.
Darah dimana-mana. Atensinya beralih tatap tangannya sendiri, dan darah itu juga ada disana.
Tubuh Jeno yang Renjun tahan kian berat, dan Renjun tahu itu bukan pertanda baik.
***
"Tulang Rusuk kiri retak, tangan kanan patah dan terdapat beberapa lebam, tapi yang paling parah bagian tangan kanannya. Terdapat robekan besar hingga siku. Suatu keajaiban suami anda bisa bertahan, meski kehilangan banyak darah."
Itulah penjelasan yang Renjun dapat dari Dokter beberapa saat yang lalu.
Lampu ruang operasi telah mati dan pasien yang sedari tadi mereka tangani sudah berpindah menuju ruang pemulihan untuk pemantauan lanjut.
Dan lagi, Renjun harus kembali terpisah dengan Jeno. Hanya bisa memandangi sang suami dari balik kaca. Beruntung kondisi Jeno tidak sekritis diawal.
Helaan napas terdengar gusar seiring tubuhnya ia dudukan di kursi tunggu tepat di depan ruang pemulihan. Hari ini rasanya sungguh campur aduk. Melelahkan, melegakan dan menegangkan.
Baru saja Jeno-nya sampai dalam dekap, sekarang Renjun harus melihat Jeno terbaring lemah. Jujur, awal mula melihat Jeno dirinya sama sekali tak menyadari jika sang suami terluka parah. Rasa haru lebih mendominasi kala itu, apalagi melihat netra dan senyum yang paling Renjun rindukan membuat ia hanya terfokus pada wajah sang suami. Renjun mendadak lupa jikalau Jeno juga merupakan seorang korban yang perlu penanganan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Pilot || NOREN
FanficSLOW UPDATE || VERSI HAPPY ENDING! Jeno berjanji pulangnya adalah Renjun, juga anaknya yang sedang bertumbuh di perut istrinya. Tapi saat tragedi itu terjadi, pulangnya tetap pada Renjun atau dia menuju 𝘱𝘶𝘭𝘢𝘯𝘨 yang lain... Pilot jn x model rj ...