Pesawat Air Queen One telah mendarat di bandara Milan beberapa menit yang lalu. Seluruh penumpang telah turun. Tertinggal Renjun, staff Renjun dan tentu para cabin crew yang masih bertugas.
"Tunggu sebentar, mobil jemputan sedang menuju kemari." Chenle, selaku manager menjelaskan serangkaian jadwal padat Renjun hari ini.
Cabin crew yang berlalu lalang tidak lah heran mengapa si model belum segera keluar, sebab mereka sudah hapal jika Renjun selalu diantar oleh Jeno menuju mobil jemputan.
Kecuali Julia, ia melirik bingung. Saat hendak menyuruh Renjun agar segera turun dari pesawat tiba-tiba Yeri datang dan memerintah Julia mengecek cabin paling belakang. Sempat berdecak tapi Julia tak punya pilihan karena Yeri merupakan pramugari paling senior.
"Ren, ayo. Mobilnya sudah tiba."
Celetukan Chenle membuyarkan lamunan, Renjun pun bangkit, memeriksa sekitar bilik memastikan tidak ada barang pribadinya yang tertinggal kemudian berjalan keluar. Senyumannya merekah menyapa para cabin crew yang juga menyapanya balik. Renjun tidak menemukan wajah si pramugari gila itu, bagus lah. Dirinya dongkol setengah mati akibat kejadian tadi.
Senyum masih terpampang manis hingga sebelum melewati pintu keluar pesawat, ada Jeno tengah bersandar, jelas sekali menunggunya.
Renjun seketika merengut tapi lekas berganti menyuguhkan senyum profesional, alias senyun terpaksa dengan rasa jengkel luar biasa.
"Terima kasih Captain Jeno, penerbangannya sangat nyaman."
Alis Jeno menaik, rupanya kekasih cantiknya ini kembali merajuk.
"Ayo." Jeno menjulurkan tangannya namun tak kunjung Renjun gubris malah langsung melewati Pilot tersebut.
Di belakang Renjun, Chenle menahan tawa. Jangan kira dia tidak tahu apa yang terjadi sebab Karina selalu memberi info padanya.
Sang dominan langsung mengejar pemilik hatinya. Tanpa permisi merengkuh pinggang ramping dan memberi usapan lembut. Renjun bergeming.
"Sayang, sumpah demi Tuhan aku tidak memeluknya sama sekali. Tadi aku hendak menyusul mu tapi mendadak terjadi guncangan dan dia tiba-tiba jatuh dihadapan dan refleks menahannya tapi dia sendiri yang memeluk ku. Jangan marah." Jelas Jeno panjang lebar sembari membubuhkan kecupan di pucuk kepala dan pipi Renjun.
"Aku enggak marah," Renjun melirik Jeno lalu menghela napas. "Hanya kesal, sedikit kesal. Bisa-bisanya dia mencuri kesempatan dalam kesempitan. Aku yang oleng saja pas terjadi guncangan gercep meluk pintu toilet. Kayak— masih banyak hal yang bisa jadi tumpuan gitu!"
"Haruskah aku memindah jadwalnya agar tidak sama denganku? Atau langsung memecatnya? Karina dan yang lainnya juga tidak suka padanya, sayang." Jeno mengambil tangan Renjun yang bergerak seakan mencekik Julia, kemudian menciumi tangan halus itu.
"Tidak! Jangan. Jangan lakukan, aku ingin dia sadar dan malu sendiri suatu hari nanti telah mendekati mu yang ternyata memiliki pasangan seindah diriku." Wajah ayu mendongak angkuh, mengundang kekehan ringan dari Mr. pilot.
"Benar, tidak ada yang dapat menyaingi keindahan pujaan hatiku ini, kau jelas lebih unggul dibandingkan dengan siapa pun, Queen."
Renjun masuk ke dalam mobil, dahinya mengerut kala melihat Jeno yang masih berdiri. "Enggak masuk?"
Jeno menggeleng, sedikit menunduk guna mendaratkan kecupan singkat dari kening, pipi, bibir dan yang terakhir Jeno mengambil tangan Renjun kemudian mengecup lama dipunggung tangannya.
"Aku dan cabin crew harus ke kantor cabang di Milan untuk mengonfirmasi jadwal kami selanjutnya." Ibu jarinya mengelus lembut pipi si cantik.
"Bukan buat curi-curi waktu bersama pramugari gatal itu kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Pilot || NOREN
أدب الهواةSLOW UPDATE || VERSI HAPPY ENDING! Jeno berjanji pulangnya adalah Renjun, juga anaknya yang sedang bertumbuh di perut istrinya. Tapi saat tragedi itu terjadi, pulangnya tetap pada Renjun atau dia menuju 𝘱𝘶𝘭𝘢𝘯𝘨 yang lain... Pilot jn x model rj ...