11

1.9K 232 3
                                    

"Lapor kepada babanya Logan. Bahwa, papanya Logan telah mendarat dengan selamat di London."

Senyum Renjun mengembang kala mendengar suara Jeno dari sambungan telepon video. Kantuk yang hendak membuatnya tenggelam dalam pusaran mimpi seketika lenyap lekas berganti perasaan lega luar biasa.

Sambungan telepon yang sedari tadi di tunggu, suara berat yang menghangatkan hati. Renjun akui ia serindu itu. Padahal sudah sering di tinggal Jeno bertugas tapi entah mengapa penerbangan terakhir dari sang Pilot buatnya cemas selalu.

"Sayang? Renjun? Kau masih di sana?"

Pria mungil lekas menepuk pelan pipinya, buang semua kekhawatiran yang tak berarti di benak.

"Eum.. Iya aku di sini. Syukur lah kau sudah mendarat dengan selamat. Bagaimana penerbangannya?"

"Aman, semua terkendali. Hanya terjadi gucangan kecil seperti biasa."

Layar pun menampilkan Jeno yang tengah tersenyum lembut.

"Di sana pagi hari ya?" Tanya Renjun karena melihat terangnya matahari yang bersinar, dan Jeno beri angguk akan itu, tapi kemudian wajahnya seketika memucat saat mengingat perbedaan waktu.

"Astaga sayang?! Aku lupa di sana sudah malam. Aku mengganggu waktu tidurmu. Aish... Harusnya kau tidak usah mengangkat teleponku."

Sontak Renjun terbahak melihat raut bersalah suaminya.

"Hei.. Tidak apa-apa kok."

"Apanya yang tidak apa-apa, kamu harus banyak istirahat. Apa baby rewel? Masih mual? Pusing? Biar nanti aku telpon Mami."

"Mr. Pilot tolong tenangkan dirimu. Kami berdua baik-baik saja, baby engga rewel kok. Anteng malah." Jelas Renjun, tak lupa rekah senyum agar suaminya yang tengah berada di belahan bumi lain tidak cemas berlebih.

Dahinya yang mengerut masih lah nampak, sorot penuh kekhawatiran lantas menajam memperhatikan wajah ayu di seberang sana. Benak agak meragu tapi dia tidak bisa berbuat apa selain percaya. Jarak yang terbentang menjadi penghalang untuknya memeriksa dengan mata dan tangan sendiri kondisi sang istri.

"Baiklah... Ingat ya harus selalu kasih aku kabar jika kamu merasa ada yang janggal okay?"

"Mengerti Mr. Pilot." Ucap Renjun sambil berpose hormat layaknya kepada jenderal tertinggi, lantas Jeno terkekeh melihat tingkah lucu belahan jiwanya itu.

"Kamu sudah ngatuk tuh, sudah dulu aja ya telponnya."

"Ih jangan dulu! Sebentar lagi. Babanya Logan Sky Lewis masih kangen!" Pekik Renjun. Suara sengaja meninggi agar kantuk yang mendadak datang bisa sedikit terusir, dan tentu saja ada rasa geli menunggu sang suami sadar akan ucapan tadi.

Jeno terdiam beberapa saat sebelum bibirnya otomatis melengkung. Sorotnya pun penuh kehangatan.

"Sky.. Logan Sky Lewis.. Bagus sekali sayang.."

"Kamu pernah bilang salah satu alasan kamu menjadi Pilot karena kamu suka sama langit. Aku masih ingat hehe." Ucap Renjun sambil mengerjab lucu dan semu merah menghias pipi.

Sontak Jeno mengusak wajahnya frustasi. Rasanya ia menggila di suguhkan pemandangan indah ini. Sebelah tangan menepuk dada beberapa kali dengan raut dramatis.

"Aku frustasi mau peluk kamu. Jangan lucu-lucu dong sayang. Aku makin kangen. Takutnya kalau aku ngga bisa tahan sejam lagi aku langsung cari tiket pulang." Rengeknya bak anak kecil pada sang ibu.

Tawa dari si cantik pecah hingga butir air menggenang di pelupuk. Sungguh, suaminya mode merengek begitu lucu di mata Renjun.

"Hei jangan dong, selesaikan tugas kamu dengan benar ya!"

Mr. Pilot || NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang