Chapter 18

471 60 11
                                    

Chenle POV

hipup bergelimang harta tidak menjamin kebahagian, aku bukannya tidak bersyukur di beri kesempatan untuk hidup dengan segala kemewahan ini, tapi lama-kelamaan semuanya akan terasa hambar, hidup ku monoton, hanya seputar tidur, makan, belanja dan sekolah.

kadang aku iri dengan kehidupan normal teman-teman ku yang lain saat di sekolah, mereka bisa dengan bebas mencoba banyak hal tanpa memikirkan reputasi orang tuanya, seperti yang selalu aku lakukan.

aku bisa menghabisakan ratusan juta dalam satu malam, tapi tidak dengan kebebasan, apa yang aku lakukan selalu di pantau, mempunyai banyak teman tapi hampir semuanya adalah penjilat. Begitu mengetahui bahwa aku adalah putra tunggal dari Zhong Liu.

itu adalah tadinya, sebelum aku mengenal teman sekelas ku yang hampir sama sekali tidak bertegur sapa, namanya adalah Huang Renjun, aku mengenalnya hanya sekedar nama, dan aku juga tau bahwa laki-laki itu juga berkebangsaan China, sama dengan ku.

entah karena alasan itu aku merasa aku punya ketertarikan dengannya, satu tahun berada dikelas yang sama tak membuat kami menjadi dekat, awalnya aku pikir karena Renjun anak yang anti sosial, aku pun tidak mengerti cara mendekatinya, karena sedari dulu orang lain yang mendekati ku. Begitu dihadapkan situasi seperti ini aku tidak tau harus berbuat apa? Aku bahkan sudah searching di internet 'cara mengajak seseorang untuk berteman ' tapi artikel itu sama sekali tidak membantu.

aku sering kali mendapatinya berangkat kesekolah dengan wajah penuh lebam, awaknya aku mengira dia adalah anak nakal yang suka bertengkar dan tidak suka bergaul, tapi semua itu di patahkan saat kami memasuki tahun kedua, belakangan aku mengetahui jika selama ini Renjun dibully.

alasan dia tidak memiliki teman adalah karena orang-orang enggan berteman dengan nya, takut terlibat sesuatu yang merepotkan, aku pun berpikir demikian, hingga di suatu ketika aku melihat kakak kelas kami Renata yang di kenal sebagai anak donatur itu mendatangi kelas kami dan terang terangan membully Renjun.

aku kesal, kesal sekali melihat keterdiaman Renjun yang sama sekali tidak melawan saat di tindas, aku melihat sekeliling kelas tidak ada satupun dari mereka yang mau membantu, aku tidak bisa menyalahkan mereka karena akupun tak punya keberanian membantunya, reputasi ayahku bisa rusak jika aku terlibat permasalahan seperti ini

aku juga pernah melihat Renjun yang biasanya membawa bekal sekarang tak membawa apapun, aku curiga jika Renata dan teman-temannya kembali merundungnya, aku melihatnya hanya duduk merenung di taman belakang sekolah.

"Ck lemah" meski aku menghinanya, kaki ku justru melangkah mendekatinya, melemparkan sekantong makanan ke arahnya, dan memilih melarikan diri, tentu saja dengan semua wajah ku tertutup hoodie jaket, aku tak mau dia mengenali ku. aku tidak bermaksud menjadi baik, aku hanya tidak ingin dia tau.



🐬🐬🐬





hari demi hari berlalu, Renata dan geng nya semakin tak memiliki hati dalam membullynya, aku yang sudah muak melihatnya pasrah dan tidak melawan, diam-diam mengambil video dari sudut ruangan, pasti ini akan sangat berguna.

keesokan harinya aku dengar Renata kembali membullynya bahkan sampai Renjun tidak sadarkan diri di belakang sekolah, hingga terakhir kali aku melihat berita tentang Renjun yang di kabarkan menjadi pelaku LGBT, aku tidak langsung percaya, pasti ini ulah Renata, anak sepertinya adalah tipe anak yang akan melakukan apapun demi mencapai keinginannya, tanpa sadar aku selalu melihat perkembangan berita itu, Renjun tidak lagi terlihat di sekolah, sekolah juga terlihat tidak begitu peduli dengan kasus ini, menelan mentah-mentah informasi yang di tayangkan media

"ada yang tidak beres"

Semua dugaan ku benar adanya, kepala sekolah itu bahkan sudah menerima gratifikasi berkali-kali, diam-diam aku mengikuti sidang kedua mereka, pihak Andy selalu menyudutkan Renjun hingga membuat Renjun tak berkutik, akhirnya aku memutuskan untuk membantu Renjun, dan aku tidak menyesali keputusan itu, karena setelah dari persidangan kakak nya membawa ku untuk makan bersama, itu hanya makan bersama dengan sederhana, tapi aku merasakan sesuatu yang aku rindukan, rasanya seperti, Rumah.

7 DREAM (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang