Happy Birthday

59 22 5
                                    


Seorang gadis kecil sedang asik menonton televisi sendirian di ruang tamu. Ia tertawa terbahak-bahak saat menonton kartun favoritnya. Namun, tiba-tiba listrik mati, hingga membuat suasana di dalam ruangan itu begitu gelap.

"Bunda!" panggilnya.

"Bunda di mana?" Ia terus memanggil Ibunya yang entah ke mana sejak tadi.

Dari kejauhan, gadis kecil bernama-Gres-itu melihat seperti sinar berwarna hijau di pojok ruangan. Ia mulai merasa takut, dua sinar itu semakin dekat. Ditambah suara erangan membuat kakinya terasa lemas. Cahaya berwarna hijau keputihan itu semakin dekat, dan semakin dekat.

"Bunda ...!" teriak Gres ketakutan lalu melompat ke atas sofa sambil menyembunyikan wajahnya.

Tek!

"Happy birthday to you, Gres," ucap Susan dan Bagas. Mereka berdua adalah orang tua Gres.

Hari ini mereka memang sengaja menjahili Gres, karena biasanya Gres lah yang sering menjahili mereka. Sedangkan cahaya yang telah dilihat oleh Gres, itu adalah kucing kesayangan mereka- Anggi.

"Ihh ... Bunda sama Ayah sama aja," ujarnya merasa kesal. Namun rasa kesal itu hanya sementara, karena matanya langsung berbinar saat melihat kue berwarna merah kesukaannya.

Sedangkan di sisi lain, tiga orang bersenjata tiba-tiba masuk dan mulai menembak satu persatu orang-orang yang ada di dalam rumah. Termasuk satpam yang sedang berjaga di luar. Susan dan Bagas terus berusaha melindungi Gres. Akan tetapi mereka juga telah ditembak mati. Sedangkan BI Inah, berlari bersama Gres, lalu menyembunyikannya di dalam lemari kompor gas di dapur.

Bi Inah masih di sana, para penjahat itu terus bertanya, di mana Gres berada? Tetapi Bi Inah mengatakan tidak tau. Lalu, selang beberapa detik, suara tembakan memekik telinga Gres. Ia terperanjat, hingga kepalanya membentur ke atas.

Duk!

Sontak para penjahat itu mengetahui keberadaan Gres. Entah apa yang mereka cari dari Gres?

Gres langsung diseret ke luar dari sana. Ia menangis dan menjerit meminta pertolongan. Namun, matanya menangkap kedua orang tuanya telah bersimbah darah di atas lantai. Ia hanya bisa menangis, hingga kedua penjahat itu membawanya ke dalam kamarnya.

Sedangkan penjahat yang satu, sibuk mengumpul barang-barang berharga; seperti perhiasan, uang, dan berlian merah yang telah disimpan turun temurun.

"Gimana? Apa sudah kau ambil semua termasuk berlian merah?" tanya salah satu penjahat yang mengenakan topeng berwarna hitam itu.

"Sudah semuanya," jawab penjahat bertopeng coklat.

"Lalu apa yang akan kita lakukan kepada anak ini?"

"Bunuh! Kita gak boleh sampai meninggalkan jejak sedikitpun."

Tanpa aba-aba, penjahat yang mengenakan topeng berwarna merah itu langsung memberi bius kepada Gres. Gres yang merasa matanya semakin berat, langsung terpejam dan tak sadarkan diri. Jika ingin berteriak pun, ia sudah tak memiliki tenaga.

"Kenapa kau malah kasih anak ini bius?" tanya penjahat bertopeng hitam.

"Aku mau ambil organ tubuhnya untuk dijual ke rumah sakit," jawabnya santai.

"Kebiasaan. Tolong lakukan dengan cepat!" Penjahat bertopeng coklat itu keluar dari dalam kamar Gres, lalu menuju ke dapur.

Ia pergi ke dapur berniat ingin mencari makanan. Namun, matanya tertuju pada kue merah yang ada di atas meja ruang tamu.

Tanpa merasa jijik, ia langsung mengambil kue itu lalu memakannya dengan lahap. Padahal, di depan matanya terlihat ada mayat yang di mana darahnya masih mengalir. Bahkan, ketika kue itu ia makan menggunakan tangan, selai strawberry mulai menetes dari sana (layaknya darah), keluar dari mulutnya. Ia mengunyah hingga kue itu habis. Sungguh rakus.

Sedangan di sisi lain, kedua penjahat itu telah berhasil mengambil beberapa organ tubuh Gres yang masih berusia 10 tahun, lalu menyimpan organ-organ tubuh itu ke dalam kotak khusus yang telah mereka bawa.

Setelah pekerjaan mereka selesai, mayat-mayat itu mulai mereka kubur di halaman belakang rumah. Kecuali tubuh Gres! Mereka mengubur Gres di dalam kamarnya sendiri. Yaitu, di lantai bawah.

Rencana mereka begitu matang, hingga sedikit pun bukti tak akan mereka tinggalkan. Rumah dan halaman yang tadinya penuh dengan darah, sekarang telah bersih, layaknya tak terjadi apa-apa di sana. Namun, setelah beberapa hari Pak Kosim-satpan di rumah Gres tak kunjung pulang, istri dari Pak Kosim melaporkan hal ini kepada pihak berwajib. Setelah seminggu penyelidikan, akhirnya mereka menemukan jasad kedua orang Gres dikubur di belakang rumah, dan jasad mereka telah membusuk. Sedangkan jasad Gres, mereka sama sekali tak dapat menemukannya, hingga kasus itu ditutup, dan rumah itu dibiarkan terbengkalai.

***

Setelah beberapa tahun kemudian, setiap ada orang yang ingin menyewa rumah itu, sosok Gres akan menampilkan wujudnya yang sangat mengerikan. Di mana pada saat para penjahat itu mengambil organ-organ tubuh Gres, mereka tak menjahit luka-luka Gres. Luka-luka itu mereka biarkan mengaga, hingga siapa saja yang melihatnya akan ketakutan lalu pergi dari sana. Bukan cuman bagian perut dan dada Gres yang mereka lukai, wajah Gres yang terlihat begitu cantik dan imut itu pun, mereka lukai dan kedua bola mata Gres mereka ambil untuk dijual.

Setiap malam Gres akan berkeliaran sambil memanggil ke-dua orang tuanya.

"Bunda ... Ayah .... Di mana bola mata, Gres? Gres mau melihat dunia, tapi bola mata Gres gak ada di tempatnya."

Suara Gres begitu menggema di dalam rumah itu. Bahkan, sebagian warga yang sering melewati rumah bekas pembantaian itu pun sering melihat Gres berkeliaran di sana, layaknya orang buta mencari matanya. Ya, itu adalah Gressia. Mau itu siang, ataupun malam, ia akan terus berkeliaran di dalam rumah itu, hingga bola matanya ditemukan.

***

Acara ulang tahun yang tadinya menyenangkan, kini telah berubah menjadi pembantaian. Ya, ia akan terus gentayangan, hingga kedua bola matanya kembali.

Bersambung ...

Sea Cassaundra INDIGO [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang