Kuntilanak Kuning

18 13 2
                                    

Secepat kilat Bibol mengejar sosok genderuwo itu.

"Sea, kenapa Arjun enggak bangun-bangun?" tanya Mia panik.

"Sekarang bantu angkat tubuh Arjun," jawabku.

Kami berusaha membawa tubuh Arjun ke atas tempat tidur.

"Sekarang ikat kaki dan tangannya," pintaku.

"Untuk apa?" tanya Mia terkejut.

"Sukma Arjun telah dibawa oleh sosok itu tadi. Ketika Sukma seseorang dibawa oleh mahluk halus, maka tubuhnya bisa dengan mudah dikuasi oleh mahluk apa pun. Untuk sementara, kita ikat kaki dan tangannya. Aku akan menelpon seseorang."

Tanpa bertanya lagi Mia langsung mengikat kedua tangan dan kaki Arjun dengan erat. Setelah menelpon seseorang, aku kembali mendekati Mia.

"Terus sekarang kita harus ngapain Sea? Apa kita akan cari sukma Arjun?" tanya Mia dengan wajah pucat. Tubuhnya bergetar, aku tau itu.

"Sekarang kamu jangan ke mana-mana, tetap di sini. Aku akan kembali. Nanti akan ada seseorang datang membantu," jawabku lalu hendak ke luar kamar.

"Tapi sea, gue takut! Badan gue juga gemetaran ini."

"Makanya kamu harus banyak-banyak berdoa. Oh, iya, itu di atas nakas ada air. Kalau Arjun kesurupan, kamu bacakan Ayat-ayat rukyah di dalam air itu, terus cipratkan ke tubuh Arjun."

Tanpa menunggu lagi, aku langsung keluar. Sedangkan Mia, mencoba tetap tenang agar tubuhnya tak bergetar. Ia membaca dzikir agar hatinya merasa tenang. Baru beberapa detik, Arjun berteriak kepanasan.

***

Ketika sampai di luar, aku melihat ada begitu banyak kuntilanak berterbangan menuju belakang rumah.

Aku tau persis, di belakang rumah itu adalah hutan, dan aku yakin pasti ada sesuatu di dalam sana.

"Kak! Kak Arjun dibawa ke dalam hutan," ujar Bibol muncul di hadapanku.

Karena wajahnya tak menyeramkan, aku tak akan terkejut walaupun ia sering muncul secara tiba-tiba di hadapanku. Walaupun ia memiliki banyak luka tusukan ditubuhnya.

Aku langsung bergegas menuju belakang rumah.

"Maaf, Kak! Aku gak bisa ikut," kata Bibol.

"Tidak apa. Lebih baik kamu bantu Kak Mia sana. Kasian dia sendirian. Genderuwo itu, biar Kaka yang urus," balasku lalu langsung memasuki hutan.
Bibol langsung pergi dan aku memasuki hutan untuk mencari sukma Arjun. Langkah pertama, aku akan mengikuti kuntilanak-kuntilanak itu.

Di sisi lain, aku telah masuk ke dalam hutan. Tetapi di dalam sini, aku merasa dejavu. Sepertinya aku pernah masuk ke dalam hutan ini.

"Ke mana genderuwo itu membawa Arjun?" Batinku.

Aku terus berlari mencari keberadaan mereka. Sedangkan kuntilanak-kuntilanak di atas sana entah pergi ke mana?

Deg!

Tepat di hadapanku ada sebuah pohon yang begitu besar dengan daunnya yang lebat. Akar-akar menjulang dari atas pohon, bahkan di sini terasa bau anyir dan bau busuk menyeruak ke dalam indra penciumanku.

Ketika kakiku ingin melangkah, tiba-tiba suara cekikikan menghentikan langkahku.

"Hihihihi! Mau ke mana kamu?" tanya salah satu kuntilanak itu.

"Menjemput temanku," jawabku.

Aku menatap mereka tanpa adanya rasa takut. Terlihat di sana, ada begitu banyak kuntilanak bergelantungan di atas pohon.

"Apakah kamu yakin temanmu ada di sini?" tanya kuntilanak yang lainnya sambil berayun di atas akar pohon.

"Ya, aku yakin," jawabku. Padahal hatiku masih kurang yakin.

"Dia tidak ada di sini."

"Tidak. Dia ada di sini."

"Dia tidak ada di sini. Sekarang kamu lagi dipermainkan oleh genderuwo jelek itu. Kalau kamu mau cari teman kamu, pergilah ke seberang sungai, di sanalah teman kamu disembunyikan," kata kuntilanak kuning yang tiba-tiba datang entah dari mana.

Aku tau, pasti dia adalah pemimpin dari kuntilanak-kuntilanak berbaju putih itu. Lihatlah, betapa hormatnya mereka kepada kuntilanak itu.
Aku mencoba mengingat sesuatu. Ya, mimpi. Aku pernah mimpi memasuki hutan ini, dan samar-samar terdengar suara arus sungai. Tetapi, di dalam mimpiku banyak pepohonan tak memiliki daun, dan di sini berbeda.

"Tolong tunjukkan jalannya," pintaku tanpa ragu.

"Apakah kau meminta bantuan kepada setan sama seperti manusia-manusia itu?" Seketika salah satu kuntilanak berbaju putih itu dapat tatapan tajam dari kuntilanak kuning.

"Baiklah. Aku akan mengantarkan mu." Kuntilanak kuning itu terbang melewati tubuhku.

Namun, aku masih memikirkan apa yang sudah dikatakan oleh kuntilanak itu.

"Apakah di sini pernah dijadikan tempat penyembahan, atau semacamnya? Entahlah, mungkin saja itu terjadi. Tapi yang penting sekarang adalah Arjun. Ya, aku harus menemukan sukma Arjun."

Krek!

Seketika aku waspada ketika mendengar suara pijakan ranting dari arah belakang.

Bersambung ....


Sea Cassaundra INDIGO [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang