"Apa itu, Neng?" tanya Pak Hardi dengan napas ngos-ngosan.
"Oh, biasa, Pak," jawabku.
"Ohh, iya, Neng." Pak Hardi sepertinya mengerti apa yang aku maksud.
"Nanti saya ceritakan, Pak."
Tak lama setelah itu, akhirnya aku sampai di depan rumah Paman Gogo pukul 02.28 WIB.
"Assalamualaikum."
Beberapa kali aku mengucapkan salam, hingga akhirnya salamku terbalaskan.
"Wa'alaikumusalam."
Drettt!
Terlihat tante Misna keluar. Aku langsung menyalimi tante Misna, lalu mengajak Pak Hardi untuk masuk.
"Mari masuk, Sea." Ajak tante Misna dengan senyuman.
Sedangkan di dalam, terlihat Paman Gogo baru keluar.
"Eh, udah datang kamu, Sea. Mari masuk. Mari, Pak."
Aku langsung masuk. Sebagian barang-barangku juga dibawakan oleh Pak Hardi masuk ke dalam rumah.
Setelah semua barangku masuk ke dalam rumah, aku meminta ijin kepada Paman Gogo dan tante Misna agar Pak Hardi menginap di rumah mereka untuk sementara waktu.
"Boleh banget, Pak. Kami juga punya ruang tamu kosong, nanti saya antar Bapak ke kamar," ucap Paman Gogo.
"Saya, sih, maunya langsung pulang aja. Tapi, setelah mengalami kejadian seperti tadi, saya lebih baik menginap di sini saja."
"Kejadian? Emangnya kejadian seperti apa, Pak?" tanya Paman Gogo. Matanya langsung melirik ke arahku.
"Apa Paman masih ingat perempuan itu?" tanyaku langsung to the point.
"Perempuan yang mana, Sea?"
"Perempuan yang mati karena mau ngirim ilmu hitam ke warung kita dulu."
"Oh, iya. Paman ingat."
"Apa Paman juga ingat, sumpahnya dia sebelum mati?"
"Iya, Paman masih ingat dengan jelas. Sebelum kematiannya, dia bilang, akan meneror keluarga kita."
"Sekarang dia udah menjadi kuntilanak merah. Energinya lumayan besar. Tadi aja dia sempat mau nyerang Sea sewaktu Sea mau ke sini."
"Oh! Jadi, cahaya warna merah tadi itu, kuntilanak merah," kata Pak Hardi yang ikut masuk ke dalam percakapan kami.
"Iya, Pak. Maaf, ya, Pak. Sudah merepotkan Bapak," ujarku merasa bersalah. Karena sudah membahayakan nyawa orang lain.
"Tidak apa, Neng. Mahluk seperti itu memang harus cepat-cepat dibasmi."
Benar apa yang dikatakan oleh Pak Hardi. Mahluk jahat seperti mereka, tak pantas berada lama-lama di alam manusia.
"Aku juga tau, pasti selama ini kalian selalu diteror oleh perempuan itu," ujarku dengan yakin.
Terlihat Paman Gogo dan Tante Misna saling pandang. Benar dugaanku.
"Tapi Paman jangan khawatir, selama Paman dan tante Misna selalu berdoa, dan meminta pertolongan kepada yang Maha Kuasa, pasti kalian akan selalu baik-baik saja."
"Iya, Sea. Sudah pasti kami akan selalu meminta pertolongan kepada yang Maha Kuasa. Karena tidak ada kekuatan yang lebih besar dari kekuatan Allah."
Dug!
Tarrr!
Sontak kami terkejut, saat mendengar seperti suara dentuman dari atap rumah. Aku yakin, pasti perempuan itu pelakunya.
Dug!
Dug!
Dug!
Tarrr!
Kami pun keluar dari dalam rumah. Ketika melihat ke atas atap rumah, perempuan itu sedang adu kekuatan melawan penjaga Nana. Siapa lagi kalau bukan kuntilanak putih.
Kilatan-kilatan cahaya merah dan putih saling berbenturan. Dan itu terlihat dengan jelas di mataku.
"Astaghfirullah!" Tante Misna langsung terkejut saat melihat cahaya berwarna merah dan putih terbang di atap rumahnya.
"Sekarang temenin Nana aja masuk ke dalam rumah. Kasian Nana sendirian." Pinta Paman Gogo dan langsung dituruti Tante Misna.
Tak berapa lama, akhirnya penjaga Nana tumbang. Ia menghilang bagaikan kepulan asap putih.
"Hihihihi! Lemah!" ucapnya setelah menang dalam perkelahian itu.
Paman yang melihat kejadian itu, langsung menelpon Pak Ustad, yang dulu pernah menolong kami juga.
"Akhirnya kamu kembali!" ucapnya lalu melayang turun mendekatiku.
Sontak Paman Gogo dan Pak Hardi menjauh.
"Sudah cukup lama, tapi kamu masih menyimpan dendam. Apa kamu gak capek?" tanyaku saat melihat perempuan bergaun merah, dengan rambut panjang acak-acakan itu.
"Capek? Aku ingin balas dendam! Gara-gara kamu, aku jadi begini!"
"Itu semua karena ulahmu sendiri. Bukan aku. Siapa suruh ngirim ilmu hitam ke usaha kami? Sekarang kamu tanggung sendiri akibatnya."
"Tidak! Gara-gara kamu, aku gagal mendapatkan Mas Gogo!"
Aku menjadi bingung! Paman Gogo? Apa maksudnya?
"Aku ingin menghancurkan usaha Liza, karena aku ingin Gogo bekerja bersamaku. Lalu, menjadikannya sebagai suamiku. Hahaha! Tapi apa? Kamu malah datang lalu menghancurkan semuanya," ucapnya penuh amarah. Terlihat dari matanya yang semakin menyala.
Baiklah, sekarang aku paham darimana masalahnya berasal? Ternyata, perempuan bernama Hutri itu mencintai Paman Gogo.
"Tapi aku tidak mencintaimu, Hutri. Sudah berapa kali aku bilang, aku tidak mencintaimu," kata Paman Gogo sedikit keras.
"Apa kekuranganku? Aku cantik, memiliki badan yang bagus dan juga pekerja keras."
"Bukan wanita seperti itu yang aku cari? Aku hanya ingin seorang wanita yang baik akhlaknya, baik agamanya dan tentu punya hati yang suci. Tapi kamu tidak!
Aku pernah melihatmu meletakan sesuatu di warung Mang Karta. Dari situ aku tau, bahwa kamu bukanlah wanita baik-baik. Kamu adalah wanita yang suka iri dan dengki terhadap orang lain." Tekan Paman Gogo.
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
Sea Cassaundra INDIGO [Tamat]
TerrorSeorang remaja berusia 21 tahun tinggal di sebuah rumah yang dulunya rumah itu bekas pembunuhan. Akan tetapi, ia sendiri tidak tau, bahwa salah satu penghuni rumah itu masih gentayangan hingga saat ini. "Aku ingin pulang!"