"KAMI BENCI WARNA KUNING!" ucap mereka serentak hingga menimbulkan suara yang menggema di dalam hutan ini.
WARGGGGG!
Harimau Emas milik Zidan mengaum, hingga membuat kuntilanak-kuntilanak merah itu merasa takut.
"Apa tujuan kalian ke sini?" tanya pemimpin kuntilanak. Terlihat dari mahkota berbentuk tengkorak yang ia kenakan.
"Kami ke sini ingin mencari teman kami," jawabku.
"Teman? Apakah bocah tampan itu?" Tunjuknya ke arah salah satu pohon yang hanya memiliki satu daun kering berukuran besar di sana.
"Ya. Dia teman kami."
Aku melihat Arjun menangis, dengan tubuh dirantai dan untuk melepaskan ikatan itu tidak lah mudah. Maka dari itu aku memanggil Zidan untuk membantu.
"Jangan harap temanmu itu bisa lepas, karena sebentar lagi dia akan menjadi santapan suami kami," ujar kuntilanak merah.
"Lepaskan dia atau Harimau Emas ku akan memangsa kalian semua," balas Zidan dengan ancaman.
"Tidak! Kami tak akan mau melepaskan makanan suami kami, apalagi sampai membiarkan kalian melepaskannya."
Mata merahnya semakin menyala, menandakan bahwa kuntilanak itu waspada.
"Gimana, Sea?" tanya Zidan melirik ke arahku.
"Tunggu apa lagi? Nikmati makananmu," aku melihat ke arah Harimau Emas milik Zidan. Sepertinya ia memang sangat kelaparan.
"Hemm. Makan besar," sahutnya lalu langsung menerkam satu persatu kuntilanak itu.
Sesekali Harimau Emas itu mengaum, dan disahut oleh suara cekikikan para Kuntilanak Merah.
Kedua cahaya itu saling bertabrakan, hingga menimbulkan suara dentuman yang cukup keras. Aku menikmati perkelahian ini, tetapi pikiranku juga melayang ke suatu tempat.
Penjaga milik Zidan telah keluar. Sedangkan milikku, entahlah? Mungkin sedang santai di dalam rumah sambil menikmati kopi.
"Sepertinya penjagamu udah lama gak makan," kataku kepada Zidan.
"Makanya dari itu gue mau bantu, lu. Sekalian balas budi," balasnya dengan mata terus melihat ke arah Harimau Emas sambil tersenyum.
Baru beberapa menit, ratusan kuntilanak yang berusaha melindungi ratu mereka satu persatu telah dilahap habis oleh Harimau Emas milik Zidan.
Sungguh, aku kagum melihat kemampuan Harimau Emas milik Zidan. Sedangkan milikku, entahlah? Di saat-saat seperti ini, penjagaku sama sekali tak keluar.
Jika penjagaku sampai keluar, mungkin ia juga akan menikmati makan malamnya bersama Harimau Emas.
"Penjaga lu ke mana, Sea?"
"Lagi ngopi di dalam rumah. Mungkin."
"Santai kali penjaga lu, Sea. Apa dia gak tau lu lagi sekarat di sini."
"Bukan sekarat juga kali, Zi."
"Ngapain ngomongin saya?"
Tiba-tiba sesosok Aligator begitu besar muncul di belakang kami.
Ya, itu adalah penjagaku. Bisa dibilang dia adalah leluhurku, tetapi ini hanyalah anak buah, bukan sang ratu. Sang ratu hanya akan muncul ketika ada sesuatu yang mendesak saja.
"Kenapa baru datang?" tanyaku.
"Lagi berendam di kolam samping rumah sambil menikmati kopi buatan nenek," jawabnya dengan mata tertuju kepada Harimau Emas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sea Cassaundra INDIGO [Tamat]
HorrorSeorang remaja berusia 21 tahun tinggal di sebuah rumah yang dulunya rumah itu bekas pembunuhan. Akan tetapi, ia sendiri tidak tau, bahwa salah satu penghuni rumah itu masih gentayangan hingga saat ini. "Aku ingin pulang!"