Kamar Sebelah

21 14 0
                                    

»»————> ❀۝❀ <————««

"Dari tadi gue liat, lu, kayak ngetik sesuatu? Emangnya lu ngetik apa an, sih?" tanya Mia yang sedang rebahan di atas kasur.

Sedangkan Arjun, tiduran di atas sofa sambil mengelus kucing hitamku.

Sekarang kami bertiga berada di dalam satu kamar yang lumayan luas. Akan tetapi, tempat tidur hanya ada satu.

"Aku sedang menulis pengalamanku dulu. Mungkin nanti bisa dijadikan novel," ujarku yang terus mengetik.

"Ohh ... elu mau jadi seorang penulis? Ok, ok, paham gue," balas Mia.

"Btw, lu, nulis genre apa?"

"Horor!"

"Ahh, lupa gue, selama ini pan elu kebanyakan pengalaman horor daripada romantis," ucap Mia yang seakan lupa bahwa dirinya pun tak pernah mengalami hal romantis. "Lu nulis tentang apa? Apakah tentang perempuan berambut gimbal tanpa pakaian itu?"

"Jangan menyebutnya, nanti dia datang."

Benar saja, sosok itu datang dan berdiri tepat di samping tempat tidur Mia.

"Kok, tiba-tiba bau busuk, Sea?" tanya Mia sambil menutup hidungnya.

"Sudah aku katakan, jangan menyebutnya. Sekarang dia lagi berdiri di dekatmu."

"Ihh Sea, makanya ngomong dong dari tadi, kalau gitu gue gak akan ingat-ingat mahluk itu."

"Suruh pergi aja, Sea. Enggak sanggup gue nyium baunya." Arjun pun ikut protes. Ternyata ia menguping pembicaraan kami.

"Teman aku enggak sengaja manggil kamu, sekarang pergilah!" Batinku.

"Tadi dipanggil, sekarang diusir. Huh, dasar manusia," ucapnya merasa kesal.

"Dasar setan," balasku. Tentuny setelah ia pergi.

Jujur, aku merasa kasihan dengan sosok berambut gimbal tanpa pakaian itu. Namanya adalah Mirna. Dulunya ia seorang pelayan sewaktu masih zaman Belanda. Karena kebejatan tuanya, akhirnya Mirna dilecehkan dan disiksa hingga meninggal dunia, dan tubuhnya dibuang ke dalam sumur tua tepat di belakang rumah itu dulu.

--------

Pukul 23.34 WIB.

Waktu menunjukan hampir tengah malam. Mia dan Arjun sudah terlelap ke dalam mimpi.

Aku pun mencoba berkosentrasi, agar bisa tidur. Akan tetapi mata enggan untuk tertutup rapat. Akhirnya aku memutuskan untuk rebahan, baru beberapa menit, suara isakan tangis menggangguku.

Kulirik jam di atas dinding, ternyata sudah hampir tengah malam. Pantesan.

"Kak Sea, dia nangis," ujar Bibol tiba-tiba muncul di sampingku.

"Iya, aku juga dengar," jawabku yang masih rebahan sambil menutup mata.

"Kak, apa kakak yakin mau ketemu sama dia?"

"Emangnya kenapa?" Sekarang aku membuka mata.

"Nanti Kaka tau sendiri."

"Baiklah kalau begitu. Apa kamu tau darimana asal suaranya? Dari kemaren aku cari enggak ketemu."

"Dia ada di kamar sebelah."

"Itu bukan kamar, tapi gudang kata pemilik rumah ini."

"Kalau gitu Kaka keluarin sukma kaka, biar Kaka bisa liat sendiri."

Aku berusaha berkonsentrasi untuk mengeluarkan sukma. Setelah beberapa detik aku keluar. Kucing hitam yang tadinya sedang tidur tiba-tiba terbangun lalu mengikuti langkahku.

Sea Cassaundra INDIGO [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang