Lambaian Tangan

29 19 2
                                    

»»————> ❀۝❀ <————««

Pukul 08.25 WIB.

Hari ini adalah hari terakhirku berangkat kuliah, ojek online yang telah kupesan tadi, sudah menunggu di depan pintu gerbang.

"Dengan, Mba Sea?" tanyanya sopan sambil tersenyum.

"Iya, benar. Sesuai alamat, ya, Pak," jawabku membalas senyumannya tipis.

"Baik, Mba. Oh, iya, itu ... adenya ngelambai tuh, Mba."

Tukang ojek membalas lambai sesosok anak kecil yang saat ini sedang berdiri di teras. Lalu motor bergerak meninggalkan rumah.

Aku hanya terdiam melihat tukan ojek ini melambai ke arah teras sambil tersenyum.

Di dalam perjalanan aku begitu menikmati suasana pagi. Ditambah suasana di Bandung begitu dingin, membuatku merasa nyaman sambil melihat-lihat tumbuhan yang memang sengaja ditanam di tengah-tengah kota.

Tak terasa, akhirnya aku sampai di depan pintu gerbang. Sebelum tukang ojek online itu pergi, aku ingin mengatakan sesuatu kepadanya.

"Pak, dia bukan adek saya," ucapku lalu pergi.
Sedangkan tukang ojek online itu merasa heran.

"Bukan adek? Orang wajahnya mirip, kok." Gumamnya.

Tanpa memusingkan perkataanku tadi, ia langsung berlalu pergi menjemput pelanggan yang lain.

****

Aku memasuki kampus sama seperti biasa. Setiap ada mata yang memandang, aku hanya akan menatap lurus ke depan tanpa melihat mata-mata yang menatapku layaknya seekor harimau ingin menerkam mangsanya.

"Sama seperti biasa, Sea akan terlihat datar tanpa expresi. Padahal kita dah mau lulus."

"Muka datar, kelakuan aneh, itu lah Sea. Untung gue bukan temannya selama ini."

"Gue jadi iri deh sama Sea, soalnya ada begitu banyak cowok suka sama dia."

"Tapi aneh! Kenapa cowok-cowok di kampus ini begitu menyukai Sea? Padahal Sea sendiri cueknya nauzubillah."

Bisik-bisik tetangga memang sampai ke telingaku. Akan tetapi itu adalah hal biasa. Aku sendiri sudah terbiasa menelan semua perkataan orang-orang di kampus ini.

"Itu lah, Sea. MAHAL! Kalau murah, ya kayak kalian-kalian ini." Tunjuk Arjun kepada siswi-siswi yang sedang bergerombol membicarakan ku.

"Yeee ... dasar belok! Muka doang ganteng, tapi kelakuan lo belok," ujar salah satu siswi mengekpresikan wajah jijik kepada Arjun.

"Hahaha .... Mending gue belok. Daripada lu semua? Lihat Sea, dia aja begitu jual mahal, enggak kayak kalian, MURAH!" Arjun tertawa sambil berlari meninggalkan orang-orang di sana yang merasa kesal.

Aku hanya tersenyum kecil saat mendengar Arjun membelaku. Ya, aku duduk di sebuah taman dekat kampus, dan tak sengaja mendengar pembicaraan mereka.

Namanya adalah Arjuna, memiliki muka tampan itu adalah sebuah anugrah. Akan tetapi, kelakuan dan gayaknya lebih mirip Anjeli. Ya, Anjeli versi lokal.

Setiap harinya ketika ada waktu luang, Arjun akan membuat video tok tok hingga henponnya hampir meledak. Bukan cuman itu, dia juga gampang untuk dibodohi.

Pernah pada waktu itu, ia dirayu oleh beberapa mahasiswa di kampus ini. Karena sifatnya belok, ia jadi terperdaya dan mau menuruti perintah anak-anak nakal itu.

"Sayang Arjun ... beliin gue bakso dong?"

"Arjun ... beliin gue teh es dong. Gue haus nih habis main basket."

"Arjun ... tolong cari in kalung gue dong di dalam kolam renang."

Padahal mereka tau, Arjun sendiri tak dapat berenang dengan baik. Tanpa ragu, Arjun langsung melompat dan mengambil kalung itu. Ia berusaha untuk berenang keatas, hingga akhirnya ia sampai dengan hidung memerah.

"Sayang Arjun ...," ucap laki-laki bernama Jack yang selalu memberi perintah kepada Arjun.

Arjun yang bodoh, pipinya bersemu saat ada seorang laki-laki tampan memanggilnya dengan sebutan 'sayang' padahal itu hanyalah akal-akalan mereka saja.

"I-iya, ke-kenapa?" tanya Arjun malu-malu.

"Ini ... aku disuruh sama guru BK buat bersihin gudang! Tapi aku cape, mau istirahat, haus juga," jawabnya dengan wajah memelas dan bibir dimonyongkan.

"Ya-ya udah, nanti aku bantu." Arjun mengambil alih sapu dari tangan Jack.

"Terima kasih sayang. Aku pergi ke kantin dulu. Semangat!" Tanpa merasa bersalah, Jack langsung meninggalkan Arjun sendirian di dalam gudang.

Arjun tersenyum bahagia, hingga membuat pipinya merah layaknya kepiting direbus.

Jakc dan teman-temannya memang sudah sering dihukum, tetapi yang menerima akibat dari kenakalan mereka adalah Arjun. Sungguh malang nasipmu Arjun. Batinku.

Bersambung ...
╌╌╌╌╼⃘۪۪❁⃘̸۪۪⃗╾╌╌╌╌╸

Sea Cassaundra INDIGO [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang