Dari kejauhan terlihat dengan jelas bayangan hitam dengan cahaya kemerahan semakin mendekat.
"Akhirnya dia keluar," ucap Zidan sambil tersenyum.
Sekarang mahluk itu telah berdiri di hadapan kami.
"Dia lebih mirip seperti anak kucing," bisik Harimau Emas kepada Zidan dan aku bisa mendengarnya.
"Ho oh, bener," sahut Zidan sama berbisik.
Aku menatap mahluk bertubuh besar di hadapanku ini. Ia terlihat marah. Bahkan, anak-anak genderuwo itu saja sampai mengambil langkah kebelakang.
"Kalian semua tak berguna. Melawan mereka saja kalian tidak bisa!" Marah mahluk itu.
Mata merah menyala menatap kami tak suka.
"Kembalikan teman kami," pintaku dengan baik.
"TIDAK! Manusia itu telah lama tak memberikan tumbal, hingga membuat aku kelaparan. Jangan berani-berani kalian mengambil makananku," ucapnya lalu terbang menuju pohon tempat ia menyembunyikan Arjun.
Dengan cepat aku mengejarnya. Akan tetapi, langkah kami dihentikan oleh ketiga genderuwo dan ketiga kuntilanak itu.
"Pergilah! Kami akan mengurus mereka," ucap Harima Emas milik Zidan.
Harimau Emas dan Aligator langsung berdiri di hadapan kami, lalu menghajar makhluk-makhluk menjijikan itu.
Sedangkan aku bersama Zidan, dengan cepat menuju ke tempat genderuwo itu. Terlihat dari bayangan hitam perlahan turun dari atas sana sambil membawa tubuh Zidan.
Ia melesat begitu cepat menuju ke tempat yang begitu gelap. Di sana, ada sebuah batu besar berbentuk seperti meja dan di atasnya ada sebuah tulisan-tulisan aneh. Apakah di sini tempat penumbalan itu? Pikirku.
"Lepaskan teman kami!" pinta Zidan dengan keras.
"Kembalikan teman kami! Dia gak punya salah, lantas untuk apa kau mau memakannya?" tanyaku kepada genderuwo itu yang siap melahap tubuh Arjun yang terlihat lemah.
"Tolong!" Hanya itu yang keluar dari mulut Arjun.
"Kembalikan dia atau kau akan menerima akibatnya?"
"Arghhhhhhh! Dasar penganggu! Matilah kalian di sini."
Genderuwo itu mengeram karena marah. Matanya memancar cahaya merah terang. Tiba-tiba, tubuhnya menjadi besar lalu hendak menginjak kami yang ada di bawah.
Dum!
Sontak kami menghindar. Sedangkan Zidan, langsung merapalkan doa dan tiba-tiba petir menyambar ke arah Zidan.
Ctar!
Ya, aku melihat kilatan cahaya itu menuju ke arah tangan Zidan yang terangkat ke atas. Sekarang, Zidan menggenggam sebuah cambuk yang bercahaya.
"Lepaskan teman kami atau petir ini akan membunuhmu!"
"Hahahaha! Membunuh? Tak lain itu hanyalah sebuah tali rapuh bagiku," ujarnya lalu hendak menyerang Zidan lagi.
"Sombong amat, lu."
Sedangkan aku, diam-diam menghampiri Arjun.
"Kamu tenang aja. Kami akan bawa kamu pulang," ucapku kepada Arjun.
"Takut!" sahut Arjun dengan tubuh lemah.
Ini untuk pertama kalinya Arjun masuk ke dunia gaib dan aku mengerti sekarang ia benar-benar merasa takut.
Aku ingin sekali melepaskan tali yang telah mengikat tubuh Arjun, tapi aku sama sekali tak tau caranya. Karena selama ini, aku belum melatih kemampuanku untuk melepaskan rantai gaib ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sea Cassaundra INDIGO [Tamat]
HorrorSeorang remaja berusia 21 tahun tinggal di sebuah rumah yang dulunya rumah itu bekas pembunuhan. Akan tetapi, ia sendiri tidak tau, bahwa salah satu penghuni rumah itu masih gentayangan hingga saat ini. "Aku ingin pulang!"