Empat Orang?

20 16 0
                                    

Semua kejadian Gres di masa lalu telah kulihat. Sungguh, aku juga merasakan kesedihan yang sama seperti yang Nenek Iyem rasakan.

Dimana hati nurani mereka? Apakah mereka pantas disebut sebagai manusia? Sehingga begitu teganya mengambil kedua bola mata seorang anak kecil, bahkan tega merobek mengambil organ tubuhnya.

"Apakah kau sudah melihat semuanya?" tanya Nenek Iyem.

"Sudah," jawabku mencoba menahan air mata.

"Bagaimana, Sea?" Zidan yang ada di sebelahku juga merasa penah saran.

"Lihat aja sendiri."

"Enggak, ah. Pasti serem. Ngeliat bentukannya kayak tadi aja gue langsung mual."

"Liat pocong busuk kamu gak muntah. Lihat sunder bolong kamu enggak takut. Masa liat anak kecil takut."

"Kan beda, Sea. Lu liat aja tadi, matanya enggak ada, mana terus ngeluarin darah. Dan juga, perutnya sobek kayak gitu."

"Nah, kamu bisa tebak sendiri apa yang sudah terjadi jika kamu malas melihat masa lalunya."

Sekarang aku kembali fokus ke Nenek Iyem.

"Aku ingin mencoba membujuknya, Nek," ujarku.

"Kaka enggak akan bisa," sahut Bibol yang tiba-tiba muncul dari belakangku.

"Loh, kenapa?"

Bibol berjalan mendekatiku. Wajahnya yang pucat, semakin terlihat pucat dan tubuhnya yang penuh luka tadi, tiba-tiba mengeluarkan darah. Sekarang Bibol benar-benar mandi darah.

"Tubuh kamu kenapa?" tanyaku saat melihat tubuhnya yang penuh tusukan terus mengeluarkan darah.

"Adikku menyerang aku lagi, Ka," jawabnya dengan wajah lesu.

"Adik?" Aku menjadi bingung.

"Maaf! Karena sudah membohongi Kaka. Namaku sebenarnya adalah Andres. Tapi aku suka dipanggil Bibol oleh Kaka Arjun dan Kaka Sea."

"Lalu kenapa kamu bisa ada di gudang kampus?"

"Sebelum Kaka tinggal di sini, ada seorang perempuan seumuran Kaka tingga di sini juga. Dia juga kuliah di kampus Kaka. Dulu, aku sering mengikutinya sampai ke kampus. Hingga akhirnya ada sesuatu yang menarikku hingga masuk ke dalam gudang kampus, terus enggak bisa keluar.
Pada akhirnya aku ketemu sama Kaka Arjun dan Kaka Sea yang bisa liat aku dan bawa aku pulang. Aku senang, karena aku tau Kaka Sea tinggal di rumah aku. Aku sangat merindukan adikku. Tapi, setelah sampai di sana, adikku marah dan tak mau bicara sama aku."

"Baiklah. Sekarang kamu ceritakan, siapa kamu sebenarnya?"

Jujur, untuk sekarang aku masih belum bisa menggunakan indraku dengan baik. Aku masih belum bisa menguasai sepenuhnya ilmu yang telah diajarkan oleh Nenek Galak.

"Aku meninggal karena ditusuk oleh orang jahat yang masuk ke dalam rumah aku secara tiba-tiba.

Entah apa maksudnya sampai nusuk aku berkali-kali hingga aku mati. Habis itu tubuh aku dia lempar ke dalam kolam renang yang ada di samping rumah ini." Bibol mulai bercerita.

Waktu itu umurku masih 9 tahun. Sewaktu aku meninggal, Gres baru lahir. Aku senang, aku punya saudari dan Gres bisa melihatku. Setiap hari aku selalu bermain bersamanya.

Terkadang, aku juga ikut bersama Ayah jika ayah sedang diikuti oleh sosok lain. Tapi, seiring berjalannya waktu, hal buruk itu tiba. Seluruh keluargaku mati di hadapanku dan aku tak bisa berbuat apa-apa.

Aku sendiri melihat para penjahat itu membunuh keluargaku termasuk adikku. Hingga salah satu dari penjahat itu terus kuikuti dan terus kuteror hingga mati.

Sea Cassaundra INDIGO [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang