»»————> ❀❀ <————««
Perjalanan yang cukup panjang memang sangat melelahkan dan menguras tenaga. Hingga akhirnya aku sampai di sebuah rumah yang baru beberapa hari lalu kusewa untuk beberapa bulan ke depan.
Rumah mewah bergaya Eropa dengan harganya sangat terjangkau membuatku tertarik untuk menyewanya. Namun, rumah ini sedikit aneh?
Setelah pulang dari pemakaman, aku langsung berpamitan kepada Paman Gogo.–––––
Pukul 01.35 WIB.
Perjalanan yang cukup panjang membuatku terlelap cukup lama, hingga lupa membersihkan diri.
Trang!
Suara benda terjatuh dari arah dapur membuatku langsung terbangun. Karena kamarku berhadapan langsung dengan dapur, membuatku bisa mendengar lebih jelas.
Ya, aku lebih memilih tidur di lantai bawah karena lebih dekat dengan dapur, dan ini juga memudahkan aku untuk mencari makan ketika perut sedang keroncongan.
Beberapa kali aku mengerjapkan mata. Lalu bangkit menuju kamar mandi untuk mencuci muka. Setelah beberapa menit, akhirnya aku keluar.
Tepat setelah aku membuka pintu kamar, seekor kucing hitam tiba-tiba masuk dan langsung bersembunyi di kolong tempat tidur.
Kucing itu mengeram. Apakah ia sedang berantem? Pikirku.Kucing hitam itu aku temukan saat masih dalam perjalanan pulang, karena merasa kasihan akhirnya aku bawa pulang.
Aku langsung menuju dapur, lalu mencari saklar listrik. Setelah lampu menyala, aku begitu terkejut melihat dapur bagaikan kapal pecah.
"Kucing nakal," gumamku. Lalu membereskan pekerjaan kucing hitam itu.
Baru beberapa detik, tiba-tiba sekelebat bayangan hitam lewat di hadapanku ketika aku sedang mengambil barang di atas lantai. Akan tetapi, aku tak memperdulikannya. Untuk sekarang aku begitu malas meladeni 'mahluk' seperti mereka.
"Tolong!" Bisikan itu tepat di daun telingaku.
"Tolong!" Lagi, suara itu terdengar lagi.
Aku masih tak memperdulikannya. Beberapa kali suara itu berbisik di daun telingaku, hingga akhirnya barang-barang yang berantakan tadi sudah kembali ke tempat asalnya.
Akan tetapi, sepertinya sosok itu marah akibat aku tak memperdulikannya. Hingga membuat beberapa piring dan gelas berjatuhan.
Trang!
Trang!
Trang!
Beberapa piring dan gelas pecah akibat ulah sosok itu. Aku menarik napas, lalu memejamkan mata untuk sesaat. Setelah beberapa detik, aku berbalik, lalu menatap sosok itu dengan tajam.
"Apakah kamu tau, betapa susahnya membersekan ini semua. Butuh tenaga dan pikiran yang tenang agar semuanya terlihat rapi dan indah," ucapku yang merasa kesal.
"Tolong aku ... rasanya sakit!"
Sosok itu sepertinya memang tak memperdulikan amarahku.
Aku hanya bisa menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya dengan kasar.
Mataku langsung menatap sosok berbaju putih itu. Ya, siapa lagi kalau bukan kuntilanak. Akan tetapi mahluk yang satu ini agak berbeda dari kuntilanak yang lainnya.
Kain kafan yang ia kenakan berwarna putih, tetapi ada begitu banyak bekas lumpur kering menempel di sana.
Untuk sesaat aku mencoba melihat apa yang terjadi kepadanya di masa lalu.
Namanya adalah Surti. Ia adalah seorang penjual jamu tercantik pada masa itu. Entahlah, mungkin itu tahun 19-an. Terlihat dari pakaian yang ia kenakan.
Akan tetapi, ia mendapatkan masalah, beberapa pemuda menghadangnya di tengah-tengah jalan, lalu membawanya secara paksa ke dalam hutan.
Ia dilecehkan lalu disiksa tanpa ampun hingga mati. Setelah pagi hari, warga melihat Surti mati tergeletak di tengah-tengah sawah tanpa busana dengan badan penuh lumpur.
Setelah Surti dievakuasi, Surti dibawa ke rumah Pak RT untuk diurus jenazahnya. Semua keluarga Surti sudah meninggal dunia, hanya tersisa Surti yang harus berjuang menjalani hidup.
Namun, nasipnya begitu buruk. Ketika warga mengangkat jenazah dan hendak menguburkannya, tiba-tiba jenazah Surti jatuh tepat di atas sawah, di mana tempat pertama kali Surti ditemukan.
Aku membuka mata, lalu melihat ke arah Surti. Nasipnya sungguh malang. Apakah ia akan meminta balasan atas perbuatan mereka? Pikirku.
"Tolong aku! Aku kesakitan!"
Bagaimana ia tak merasa sakit, sedangkan wajahnya saja hancur setengah. Para penjahat itu sungguh kejam, mereka memukul setengah wajah Surti yang cantik hingga hancur menggunakan palu.
"Baiklah. Aku akan membantumu. Mendekatlah."
Surti melayang mendekatiku. Aku memejamkan mata, lalu berdoa sambil meletakkan telapak tanganku kearah wajahnya."Gimana, sudah mendingan?" tanyaku.
"Terima kasih. Ini lebih baik," jawabnya sambil tersenyum memperlihatkan giginya yang hitam.
"Kalau boleh tau, sejak kapan kamu ada di rumah ini?"
"Sejak kemarin."
"Kamu mengikutiku?"
"Iya, maafkan aku. Aku terpaksa mengikuti mu, karena aku sudah tak tahan dengan rasa sakit ini."
Surti menunduk dan sedikit menjauh dariku.
Aku baru ingat, beberapa hari ini aku memang sengaja menutup mata batinku, dari pertama kali aku menyewa rumah ini."Kalau boleh tau, kenapa kamu malah menjatuhkan diri lagi ke lumpur saat orang-orang ingin menguburmu dengan layak?" tanyaku langsung.
"Di sana ada benda peninggalan Ibuku," jawabnya.
"Jika kau sudah mati, lalu untuk apa benda itu lagi?"
Dari penglihatku benda itu berupa liontin dengan foto ayah dan ibu Surti.
"Menurutku benda itu sudah tak berguna lagi ketika kau sudah mati." Lanjutku.
"Kamu memang benar. Tapi benda itu sangat berharga bagiku."
"Aku tau. Jika kau mencarinya pun kau tak akan bisa menemukannya, karena ini sudah masuk tahun 2024."
"Baiklah. Aku akan mengikhlaskan apa yang ada di sana." Wajahnya terlihat sendu.
"Itu lebih baik."
Aku tersenyum. "Apakah kau tau nasip para penjahat itu?" tanyaku.
"Ya, mereka telah menerima karma dari apa yang telah mereka perbuat dulu."
Aku merasa lega, karena mahluk yang ada di hadapanku ini tak memiliki rasa ingin balas dendam. Auranya pun positif, dan itu membuatku lega.
"Aku akan mendoakanmu, pergilah. Kau bisa istirahat dengan tenang di alam sana."
"Bolehkah aku tinggal di atas sana?" Tunjuknya ke lantai dua.
"Kamu udah kuberi hati jangan malah minta jantung."
"Hihihi!" Surti tertawa memperlihatkan giginya yang hitam dan mulutnya mengeluarka lumpur.
Aku langsung mengirimkan untuknya doa, lalu tubuhnya menghilang menjadi asap putih terbang di udara.
Bersambung ....
╌╌╌╌╼⃘۪۪❁⃘̸۪۪⃗╾╌╌╌╌╸
KAMU SEDANG MEMBACA
Sea Cassaundra INDIGO [Tamat]
HorrorSeorang remaja berusia 21 tahun tinggal di sebuah rumah yang dulunya rumah itu bekas pembunuhan. Akan tetapi, ia sendiri tidak tau, bahwa salah satu penghuni rumah itu masih gentayangan hingga saat ini. "Aku ingin pulang!"