BAB 1 : Endingnya Ngekost

933 64 28
                                    

Assalamu'alaikum, salam perkenalan tuan-tuan yang budiman, tulus ikhlas dari saya Sofian. Panggil sahaja saya Sopan, atau Sopian. Yang mana saja boleh, asalkan tuan dan puan nyaman serta berkenan bila berjumpa dengan saya.

Mungkin tuan dan puan bingung dengan alasan: kenapa saya tiba-tiba muncul dibagian awal, bukan para karakter utamanya seperti cerita biasanya. Ya.. Mana saya tahu! Ini semua terjadi karena atas 'paksaan' dari Author cantik, imut, manis ini. Panggil aja dia—Author ini—Mama Remi, Mama yang paling baik sedunia! Mama Remi ini adalah tipekal Ibu-ibu sosialita yang juga mempunyai usaha nasi goreng gerobakan murah meriah yang biasanya nongkrong didepan gang samping kost-an. Rasa? Kalau menurut lidah penghuni Kost Ganteng, rasa masakan Mama Remi ya enak! Porsi besar, dengan harga murah. Pokoknya nasi goreng gerobakan ini sudah resmi menjadi top brand langganan anak-anak di kost.

Funfact. Mama Remi adalah pemilik Kost kami juga! Dia punya empat anak yang aduhai, cantik-cantik betul. Mana mereka pintar dan jago nulis semua. Mereka adalah Ell, Esya, Fiesta, dan Cawcaw. Yang saya dan rekan saya takutkan itu adalah, mereka berempat akan join menagih uang kost dan tidak kalah berisik dengan Mama Remi. Oiya, mereka berempat juga satu sekolah dengan seluruh penghuni Kost ini.

Kost yang saya dan rekan-rekan saya tempati ini bernama Kost Ganteng. Kost Khusus lelaki yang isinya cuma punya 6 pintu. Dan biaya untuk nge-kost disini itu terbilang cukup murah. Harganya 500.000 (kalau sendiri). kalau berdua, harganya jadi 600.000. Bertiga? Jadi 700.000 Tinggal bagi dua sama temen kamar. Bisa sendiri, bisa berdua, dan bisa juga bertiga. Kamarnya lumayan besar, kok. Ada kali 6 x 5 meter.

Untuk fasilitas kostnya juga lumayan lengkap. Ada kasur, lemari, meja dan kursi belajar, kipas angin, free wifi, dapur umum, listrik berkekuatan 250watt. Tenang! Ada token umum buat penghuni kost kok. Minus kost ini? Ya.. Kamar mandinya cuma sebiji, dan itupun cuma ada diluar deket dapur. Aduhai, terbayang sudah habis mandi kena aroma bau bawang.

Kamar sebesar itu kok gak ada kamar mandi dalam.

Soal jemurann? Jemurannya hanya ada didekat teras. Kalau cucian banyak, siap-siap Rebutan!. Dan cuma punya beberapa sekat gantungan. Ya Allah, aduhai mengucap saya. Tapi, kalau rekan sekalian nanya parkiran dan tempat nongkrong, pastinya ada. Untuk parkiran lumayan luas. Mama Remi juga menyediakan tempat nongkrong iuga buat kita-kita sekedar main kartu uno.

“Kok jadi malah promosi kost? Kamar kita udah penuh, dan kita nggak nerima cewek!" tanya seorang pria dengan topi berlambang petir sambil melirik kearah saya dengan tatapan dingin. Saya cuma bisa nyengir.

“Kan disuruh Mama."

“Oalah. Digaji, tah?"

“Enggak."

Sebenarnya saya nggak niat ngekost disini. Cuma gara-gara faktor deket sama sekolah doang ini tuh.

***

“Anjir! Ah, elah! Kalah kan Jadinya? Heh Blaze, kau itu yang benar sikitlah weh mainnya!" protes seorang pria tampan berumur 17 tahun sambil memukul saudara lelakinya yang tepat berada disampingnya. Perkenalkan pembaca semua, dia adalah Frostfire. Si maniak game playstation.

“Kau aja yang entah apa-apa mainnya, nyawa dia yang tinggal sebiji itu mending gak usah jadi beban aku makanya!" teriak Blaze sambil menatap Frostfire sengit, pria berumur 16 tahun itu tak mau kalah dari saudaranya, ternyata.

“Kau kalau nggak senang sama aku, bilang we!" balas Frostfire tak mau kalah. Dia menatap Blaze yang notabenenya adalah sepupunya itu dengan tatapan menyeramkan. “Kau jangan pancing-pancing aku. Ndak lucu!"

“Bentar lagi puasa. Kau tu yang harusnya ndak usah mancing-mancing aku. Heh, Freshtea. Lapangan Merdeka tu dekat kali dari sini. Selesaikan disitulah yok!" kini Blaze yang membuka suara, Frostfire mendengus kesal.

[ Collab ] Ramadhan: Di Kost Ganteng [✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang