#DiaryKost : Raditya Thornie

133 27 5
                                    

“Solar, bisa tolong siramkan air ke
Bunga Matahari itu sebentar?" pinta Thorn dengan suara yang cukup besar pada Solar yang sedang menyapu pelataran kost sendirian. Hari ini, Thorn sedang mempelajari tanaman baru: Bunga Matahari.

“Iya-iya, berisik!" teriak Solar sambil bangkit dari tempat duduknya, dan mulai menyirami bunga-bunga yang ada di kebun kecil mereka, “Ngapain sih lo ikut Klub Berkebun? Lo lebih cocok jadi Tarzan ketimbang anak Alam. Sumpah!"

“Bungul," umpat Thorn. Pria asal Kalimantan itu mengumpat sambil melirik tajam kearah Solar. Solar tertawa renyah, “Aku punya alasan!"

“Alasan buat jadi tarzan?"

“Sumpah, Lar. Ini puasa lho. Lo mau gue kasih kecoa buat takjil nanti?"

“Idih, marah!"

***

Bunga dandelion pun bisa mekar di tempat ini
Aku serasa diajari arti
Kesungguhan dan tekad hidup yang kuat
Mengapa mata ini menjadi panas?
Mimpi, harapan dan masa depan kan ada di sini
Jiwa dalam rumput liar itu
Dengan kokohnya membimbing diri ini
Suatu saat bayangan ini akan menjadi cahaya

Bagi Thorn, menjadi anggota Klub Berkebun di SMP sebenarnya bukanlah keinginan dirinya, seperti beberapa orang, Thorn hanya mengikuti teman. Ketika baru memasuki SMP, Thorn senang karena satu bangku dengan orang yang memiliki hobi yang sama dengannya, Gamma.

Gamma Arivia Saputra—Gamma. Pria asal Banjarmasin yang sangat ceria dan ramah. Obrolan mereka cocok karena mereka sama-sama suka berkebun. Bedanya, Thorn hanya menjadikan berkebun itu sebagai hobi dan ia tidak tahu mengenai bunga-bungaan. Tapi Gamma tau segalanya. Thorn dan Gamma pun sering bermain ke rumah masing-masing. Awalnya, berawal saling menunjukkan tanaman-tanaman yang ada di pekarangan rumah, hingga berakhir dengan sesi berbagi ilmu dan kemampuan yang dimiliki.

Thorn dan Gamma sudah sangat dekat, bahkan orangtua Gamma sudah menganggapnya seperti anaknya sendiri, begitupun dengan keluarga Thorn pada Gamma. Saking seringnya kemana-mana selalu bersama, orang-orang selalu menduga 2 pria ini sebagai saudara kembar, meskipun sangat jelas bahwa tidak ada kemiripan dalam wajah mereka.

Thorn berkenalan lebih dekat dengan Gamma semenjak bergabung dengan ekskul Berkebun di SMP dan itu setelah Gamma mengajaknya. Meskipun, sejak awal Thorn tidak berniat untuk memasuki ekskul mana pun. Untungnya, kegiatan ekskulnya hanya seperti kelas tambahan saja dan pembinanya pun salah satu guru yang Thorn suka karena beliau orang yang baik dan lemah lembut. Dalam ekskul ini Thorn hanya anggota biasa, tidak seperti Gamma yang merupakan pengurus ekskul yaitu sekretaris.

Gamma merupakan anak tunggal, dan dibanding manja, ia selalu berusaha bersikap dewasa dan jarang mengandalkan orang lain. Itulah sebabnya Gamma selalu menanggung dan menyembunyikan semuanya sendirian, semuanya, bahkan penyakitnya. Thorn, yang bahkan sebagai sahabatnya Gamma, ternyata tidak mengetahui semua tentang Gamma.

Thorn pikir tidak ada yang salah. Gamma yang selalu bersemangat dan selalu tersenyum, ternyata jauh dari kata ‘baik-baik saja’. Kala itu, di tengah pembelajaran seperti biasanya, tiba-tiba Gamma jatuh pingsan. Lalu, tante Zahra, ibunya Gamma, menceritakan semuanya padaku dan saat itulah Thorn baru mengetahui kondisi Gamma yang sebenarnya. Sedari SD, Gamma sudah sering keluar-masuk rumah sakit. Pada awalnya Thorn kecewa pada Gamma karena telah menyembunyikan hal penting tentang dirinya, namun Thorn tidak bisa marah terlebih lagi setelah mendengar alasannya. Selama ini, jika orang-orang mengetahui tentang penyakitnya, mereka akan menatapnya dengan kasihan. Padahal, Gamma hanya ingin orang lain bersikap biasa saja pada dirinya. Karena dia tidak selemah itu.

Jujur saja, semenjak saat itu, Thorn selalu khawatir pada kondisi Gamma sementara Gamma selalu meyakinkan bahwa dia bisa sembuh. Dan itu adalah sebuah kebohongan. Nyatanya, ketika semester 2 kelas 8, kondisi Gamma tidak membaik. Gamma harus menjalani pengobatan di rumah sakit secara intensif. Beruntunglah ayah dan ibunya yang setia menemaninya. Secara bergantian, tante Zahra dan om Rifqi menginap di rumah sakit. Terkadang, Thorn juga menginap disana.

Dari hari ke hari, kondisi Gamma berubah, tubuhnya semakin kurus dan wajah yang selalu terlihat cerah itu menjadi pucat. Walau tubuhnya terbaring lemah, ia tidak mengeluh dan selalu memperlihatkan senyuman terbaiknya. Ucapannya saat itu benar, bahwa ia tidak lemah, ia kuat.

Saat berada di rumah sakit dada Thorn terasa sesak, melihat Gamma juga kedua orangtuanya. Kantung gelap di bawah mata mereka menjadi bukti bahwal kondisi mereka saat ini sedang berat, hingga ada hari ketika Thorn menyuruh orangtuanya beristirahat di rumah sebab sudah lelah bekerja dan ditambah keseharian mereka kini dipenuhi kecemasan.

“Thorn, sebentar lagi aku mau ke Singapura nih! Mau jalan-jalan." ujar Gamma dengan suara lirih namun berusaha kuat.

“Oh, iya? Semoga kamu cepat sembuh!"

“Nih, buat kamu, Raditya,” ujar Gamma sambil tiba-tiba ia memberiku sebuah kantung kecil berwarna coklat.

“Apaan nih?” tanyaku sambil menerimanya.

Gamma terkekeh. “Hadiah,”

Thorn menautkan alisku. “Hadiah? Ulang tahunku kan masih lama!"

Dan tanpa meminta izin, Thorn langsung membuka kantung itu. “Ini… bibit taneman?” tanyanya ragu setelah melihat isinya.

“Bibit bunga, aku beli bibit itu udah lama sebelum masuk Rumah Sakit. Terus tadi pagi aku minta bunda buat bawain ke sini. Belum aku tanem sih, tapi buat kamu aja,” jawabnya menjelaskan.

“Bunga apa? Terus kenapa dikasih ke aku? Gamma, kamu kan masih bisa nanem ini… kalau udah sembuh?”

Thorn pun langsung terdiam, sepertinya ia menyesali pertanyaannya yang barusan.

Gamma tersenyum lalu menatap ke arah jendela. “Aku belum pernah nanem bunga itu, dan aku yakin bunga itu bakal tumbuh indah kalo Raditya Thornie yang nanem. Bunga itu…”

Sambil menggantungkan kalimatnya, Thorn menoleh.

“Kamu bakal tau kalau bunga itu udah mekar, dan aku juga bakal berusaha dan berdoa buat sembuh. Agar kita bisa bertemu lagi. “Kamu juga jangan lupa doain aku terus ya! Supaya aku sehat lagi dan bisa liat bunga itu tumbuh indah di kebunmu,” ucap Gamma semangat lalu tersenyum lebar.
Thorn pun mengangkat kedua ujung bibirku dan mengangguk.

2 bulan kemudian di kost Ganteng..

Angin sejuk berhembus lembut saat Thorn telah berada di pekarangan Kost, lalu ia berlutut tepat di depan bunga-bunga yang kini telah mekar dengan indah. Thorn menyunggingkan senyum sambil menatap bunga-bunga yang bergoyang tertiup angin itu.

Bunga Dandelion, itu adalah bunga yang diberikan oleh Ganma. Hei, dia datang ke Jakarta!

Thorn bersyukur menjadi sahabat Gamma dan senang bisa mengenalnya. Thorn tidak akan pernah melupakan semua ini, kenangan tentangnya, kenangan bersamanya.

Gamma pernah bilang pada Thorn kalau Thorn memiliki green finger, tanaman apapun pasti selalu berhasil tumbuh dengan baik. Mungkin karena Thorn suka berkebun, tapi Thorn bukanlah seorang expert, banyak tanaman terutama bunga yang tidak dia ketahui. Sementara Gamma tahu banyak tentang bunga, bahkan arti setiap bunga. Jika ada bunga yang mereka temui, Gamma selalu memberitahu nama dan bahasa bunganya tanpa diminta.

“RADITYA THORNIE!" panggil seorang anak yang tengah duduk di kursi roda. Ia membawa satu pot Bunga Matahari, “Aku datang mengunjungimu! Aku sudah sembuh, dan aku membawa Bunga Kesukaanmu!"

Itu Gamma, datang bersama Ibu Zahra. Thorn tersenyum dan membawa se-pot Bunga Dandelion. Bunganya berhasil mekar.

Bunga dandelion yang tak kusadari sedang bergoyang
Dengan rendah hati di dalam jiwa
Siapa pun itu yang mudah dilupakan
Di keseharian yang kita jalani
Saat hati cemas dan terjatuh di hari yang dingin
Dan saat diriku sedang tersandung
Ku akan bangkit dengan semangat muda
Suatu saat kelemahan ini 'kan menjadi kekuatan

“Aku inget banget kamu masih takut sendirian. Sekarang, kamu sudah merantau, ya?"

“Seperti Dandelion. Simbol keberanian. Dandelion merupakan salah satu jenis rumput liar, sehingga dapat menempel di batang tanaman lain dan tumbuh subur. Ibaratnya, bunga dandelion dapat menghadapi berbagai kendala dalam proses pertumbuhannya dengan berani. Iya, kan?"

“Kamu keren!" Puji Gamma sambil tersenyum.

“Bunga ini untukmu!" ujar mereka berdua bersama-sama. Lalu bertukar pot Bunga.

Terimakasih, Gamma.
Telah berjuang sejauh ini.
Kamu kuat, dan berani menghadapi apapun. Usahamu tidaklah sia-sia!

[ Collab ] Ramadhan: Di Kost Ganteng [✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang