#KostDiary : Taufan Alrasyid

182 32 1
                                    

Dibalik aku yang ceria, ada aku yang butuh pertolongan dan ada aku yang tak tahu bisa berjuang entah sampai kapan. Namun yang kutahu, hidup itu seperti pesawat kertas yang melintasi taman bermain. Dia akan terbang dan pergi membawa impian sembari bersenang-senang melewati wahana permainan yang menyenangkan..

Happy Jet Coaster.

***

"Mas e, mas e yakin tah kamu wes bisa ditinggal sendiri? Yakin nggak mau ikut nginep aja disekolahan?" tanya Gempa dengan logat Jawanya yang kental sambil memotong-motong sayur untuk persediaan Taufan selama dua hari. Tiga hari kedepannya, Taufan akan tinggal sendiri dan menjaga Kost Ganteng. Sebenarnya, Taufan ingin sekali ikut mabit. Namun, pria itu harus mengikuti bimbel diluar sekolah karena sudah masuk kelas 12. Taufan kali ini sadar diri jika dirinya tak mampu mengerjakan soal-soal ujian dengan baik.

Taufan hanya tersenyum, "Aku ora popo Mas Gem, Mas Gem sama Mas Hali jaga adik-adik wae. Aku lho ndak masalah ditinggal sama Sopan."

"Yakin, ya?"

"Nggih mas, Yakin 1.000 persen.!"

"Yowes. Aku pergi dulu Mas. Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam,"

Gempa pun meninggalkan Taufan sendirian. Dikamar kost mereka yang sunyi, sepi, dan penuh keheningan. Netra biru navy milik Taufan kemudian melirik kearah kertas origami berwarna putih yang terbentuk pesawat terbang. Pesawat kertas itu ia letakkan disamping meja belajar. Senyum tipis mengembang diwajahnya. Namun tiba-tiba, dibalutan senyum itu, darah segar jatuh dari hidung mancung milik Taufan perlahan.

"Please, deh. Jangan lagi!" ujar Taufan dalam hati. "Apapun keadaannya, aku tidak boleh lemah. Akulah Taufan Alrasyid!" ucapnya lagi didalam hati sambil tersenyum.

Untuk menutupi kondisinya, Taufan mengambil penyapu dan menghidupkan musik kesukaannya. Musik EDM dengan tempo yang upbeat. Musik mengalun dengan enerjik, Pria berbaju navy itu pun juga sudah membersihkan darah yang menetes dilantai dan diwajahnya. Perlahan-lahan, pria itu mulai menyapu kamar kost tempat yang selama ini ia tinggali. Walau demikian, lirikan netra biru miliknya itu masih tertuju pada pesawat kertas yang terletak diatas meja, "Sudah delapan tahun yang lalu, origami ini menemaniku. Pesawat kertas ke-seratus yang kita buat bersama."

"Assalamu-, eh Kakanda Taufan! Kanda Taufan oke?" tanya Sopan si pria melayu yang sangat tampan. Sepertinya, Sopan menyadari kalau wajah Taufan sedikit pucat. Namun sepertinya, Taufan mampu menyembunyikannya. Taufan memutar-mutarkan tubuhnya bersama dengan sapu. Namun beberapa saat kemudian..

BRUK!
Taufan ambruk dan terjatuh lemas. Sopan yang melihat itupun panik. Pria melayu itu langsung memindahkan Taufan keatas kasurnya. Wajah Taufan semakin memucat, dan dadanya mulai terasa nyeri. Airnata mulai membasahi pipinya yang putih.

'Uhuk! Uhuk! Uhuk!' Taufan terbatuk-batuk. Namun, Taufan berusaha kuat. "Pesawat.. Kertas..," ujar Taufan lirih. Sopan pun langsung memberikan pesawat kertas yang ada didekat meja belajarnya. Taufan menetap lirih kearah pesawat kertas itu. Namun sesaatnya..

"Sopan."

"Ada apa?"

Taufan tersenyum, "Goyang bang Jali, yuk! Kita beresin semuaaa pekarangan kost juga!"

"Hah?"

***

Delapan tahun yang lalu..

Aku terlahir dengan saluran pernapasan yang lemah..
Aku berkali-kali dirawat dirumah sakit sejak aku kecil..
Aku tidak mempunyai teman, dan aku juga tidak punya siapa-siapa..
Teman-temanku tak ada yang mau berteman denganku..
Aku sering batuk, dan harus rutin menghirup inhaler..
Aku juga sering pingsan..
Dadaku sering sesak, dan itu membuatku harus terbaring di UKS..
Aku sepertinya kehilangan masa anak-anakku.
Kanker paru-paru sialan.
Rumah sakit ini adalah saksi bisu..
Hidup dan mati, dan suka dukaku..
Inilah aku, Taufan Alrasyid.

[ Collab ] Ramadhan: Di Kost Ganteng [✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang