-26-

750 48 49
                                    

Gas terusssss ga sih wkwkw

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gas terusssss ga sih wkwkw

Mungkin ini chapter terakhir sebelum kita jeda sampe lebaran ya...

Tapi bisa jadi yang terakhirnya besok, kalau chapter ini rame vote/comment kita lanjut 1 lagi deh

30+ VOTE
30+ COMMENT

°°°


Kegembiraan hari ini mungkin harus usai, sepeda motor warna hitam itu tengah membonceng wanita dengan cardigan merah muda — bertarung dengan angin dan langit mendung yang menjadi pertanda bahwa hujan akan segera turun. Seno sedang dalam perjalanan menuju ke arah penthouse-nya Ayuna, namun siapa sangka saat perjalanan masih lumayan jauh, hujan langsung turun dengan deras.

"Duuuh... duuh... No hujaaann!!!"

"I-iya, ini kalau diterusin sampe arah ke penthouse-nya Ay masih jauh."

"Kalau kita neduh di kontrakan saya dulu aja gimana, Ay?"

Usaha untuk mengeluarkan suara di kala memakai helm, ditambah suara hujan memang membuat nafas dan energi lebih terbuang banyak.

"Hah... gimana, kurang denger saya No!" Ucap Ayuna merasa tidak jelas mendengar suara Seno.

"Anu, kita neduh di kontrakan saya dulu aja ya!"

Broom...

Brooom...

Dari lokasi di mana sepeda motor Seno sedang berpijak sekarang, memang terasa lebih dekat ke rumah kecil yang ditempati Seno berdua dengan Chandra, teman akrabnya. Sengaja Seno alihkan tujuan kendaraan roda duanya menuju arahnya pulang sementara Ayuna berusaha agar tidak semua bajunya kebasahan karena hujan.

Dan saking terlalu fokus agar tidak kehujanan, Ayuna baru sadar ia berhenti di tempat yang lumayan asing baginya. "Lho... kok kita di sini sih? Ini di mana, No?" Meski sempat waktu itu Ayuna mengantar ke wilayah sekitar tempat bermukimnya pemuda berbahu lebar itu, Ayuna baru tahu kalau Seno harus menyusuri gang sempit yang hanya bisa dilalui sepeda motor dan pejalan kaki untuk bisa benar-benar sampai di kontrakannya.

"Ini rumah kontrakan saya sama Chandra."

"Owwh..."

Obsidiannya Ayuna tak henti mengabsen pemandangan di sekitarnya. Ini sangat kontras dengan tempat tinggal Ayuna yang berlantaikan marmer, bertemankan gedung-gedung tinggi dan lampu-lampu kota yang terang menghias malam hari. Seno benar-benar tinggal di pemukiman padat yang cukup kumuh dengan lingkungan masyarakat yang sangat sederhana.

"Yuk, masuk!"

Cetreekk...

Seno menyalakan lampu hunian tua itu, suasana cukup sepi mengingat Chandra juga sedang menjalankan pekerjaan sampingannya. Tak henti-henti rasa penasaran anak kota kaya raya itu memandangi rumah tua yang usang yang ditempati Seno dan Chandra.

[M] Arisan Brondong (2.0 version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang