-33-

611 39 58
                                    

Wididih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wididih... udah 30+ aja commentnya, lanjut ya

30+ VOTE
50+ COMMENT

°°°

"Selamat pagi Bu Ayuna..."

"Ya... selamat pagi..."

Sampai di kantor, Ayuna pasti selalu mendapat sapaan itu sebelum masuk ke ruangannya. Begitu masuk, ia mendapat satu amplop yang ada di antara tumpukan berkas yang harus ditandatanganinya. Ayuna membuka isi amplop yang ternyata berasal dari sang mantan yang masih terus berusaha meminta maaf darinya lagi.

"To: Ayuna

Dear Ayuna, aku tahu kamu masih marah sama kamu dan mungkin kamu gak akan pernah maafin aku.

Aku berusaha hubungin kamu tapi mungkin kamu udah blokir semua akses biar aku gak bisa hubungin kamu.

Aku cuma bisa kirim surat ini karena yang aku tahu sekarang cuma alamat kantor kamu.

Yun... aku cuma pengen jelasin yang sebenarnya tentang waktu itu.

Aku bener-bener nyesel karena gak dewasa waktu itu.

Kalau kamu berkenan gimana kalau kita bicara empat mata biar semuanya clear?

Terserah kamu mau kita ketemu di mana, itu pun kalau kamu berkenan.

Sekali lagi, aku minta maaf karena aku bodoh.

Tertanda,
Jonathan"


"Ciih... dasar babi!"

Bagi Ayuna surat itu adalah sesuatu yang tidak penting. Sakit hatinya pada Jonathan masih membekas. Tidak bisa ia memaafkan mantan tunangannya itu dengan mudah, bukan karena ia masih dendam karena tak jadi menikah dengannya tapi tentu saja karena Jonathan sekeji itu memaksa Ayuna untuk menggugurkan janin yang tak punya dosa sama sekali, darah dagingnya Jonathan sendiri.

Ayuna remas kertas itu lalu merobek dan membuatnya hancur tak bersisa kemudian. "Arrrgghhh... bisa-bisanya orang ini bikin mood gue berantakan aja, hshsh... masih pagi gini." Surat dari Jonathan membuat suasana hati Ayuna bisa jadi berantakan. Ia cepat membuang surat itu agar tidak berlarut-larut mengganggu suasana hatinya.

"Seno..."

"Kalau gini jadinya gue paling butuh Seno ada di samping gue."

"Hmm... tapi ini masih terlalu pagi buat nyamperin dia di kampus."

Sejatinya memang Seno yang seharusnya hidup bergantung pada Ayuna karena secara tak tertulis Ayuna adalah sponsor utama yang bisa menjamin apapun yang Seno mau asal Seno membayarnya dengan memuaskan hasrat biologis Ayuna. Sayangnya hal ini seakan berlaku sebaliknya sekarang. Ayuna lah yang justru merasa lebih kuat dan lebih tenang kalau ia berada di samping Seno.

[M] Arisan Brondong (2.0 version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang