-5-

1.5K 66 19
                                    

Sudah memenuhi target jadi ayo kita lanjut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah memenuhi target jadi ayo kita lanjut

Seperti biasa
30+ VOTE
20+ COMMENT

Jangan ngevote bagian ena-enanya aja ya, tiap chapter juga harus dong dikasih vote atau comment

°°°

"Hoamhh... eenghhh..."

Teman satu kontrakan Seno, tidak lain kalau bukan Chandra. Pemuda bertelinga lebar itu baru saja keluar dari kamar, puas dengan tidurnya yang nyenyak semalaman. Begitu keluar kamar, ia melihat Seno duduk di meja makan sambil menghitung dan memisahkan uang menjadi sepuluh lembar per kelompoknya.

"3 juta, 4 juta..."

"WOOYYY!!!"

"Eh!"

Seno terlonjak, Chandra mengagetkannya dengan menepuk bahu dan berteriak di belakang Seno. "Anjriiitt... diem woy, gue jadi lupa kan tadi nyampe berapa duitnya!" Protes laki-laki berkacamata yang hitungannya jadi buyar gara-gara Chandra.

"Haahahahaa..." Enteng Chandra tertawa.

"Elah, banyak amat duit lo! Bagi dong No!"

"Diem... ini duit mau gue balikin aja kayaknya."

Seno ragu menerima uang pemberian Ayuna meski jumlahnya tak sedikit, bahkan mampu untuk melengkapi kebutuhan dan keinginan Seno dari biasanya. "Lha... lha... kok dibalikin?" Heran Chandra, dikasih uang banyak secara cuma-cuma kok temannya ini malah ingin mengembalikannya.

"Gue gak sanggup nerima duit beginian."

"Lagian elo ya, Chan!!!"

Akhirnya, Seno ingat kalau ia mau marah pada Chandra yang menjebak dan menjebloskannya jadi tumbal arisan tante-tante genit. "Bisa-bisanya lo nipu gue!" Masa bodoh dengan hitungan uang, yang penting sekarang Seno berkoar-koar dulu mengungkap kemarahannya pada Chandra.

"Lo nawarin kerjaan ke gue tapi ternyata gue disuruh jadi brondongnya tante-tante!!!"

"Anjing emang lo!"

"Jadi, selama ini lo juga piaraannya tante-tante, Chan?!"

"Eh... eh... kalem boy, masih pagi nih!"

Ini terlalu pagi untuk menaikkan turbulensi amarah, Chandra mengingatkan agar Seno tetap kalem di hadapannya. "Ya elah bro, hari gini gak usah kolot-kolot banget lah!" Santai Chandra. "Lagian, perkara lo suruh genjot cewek doang kok ribet sih."

"Yang penting lo dapet duit kan tuh!"

"Ya tapi gak gini juga dong, Chan!" Seno masih tidak terima.

"Gini deh, lo pikir aja... kerjaan gue selain sibuk kuliah ya emang nge-band sih tapi emang menurut lo bayaran gue jadi band lokalan yang bukan papan atas, cuma manggung di cafe, event kampus, atau festival daerah yang lingkupnya gak terlalu besar bayarannya cukup buat gaya hidup gue yang lo tahu sendiri kek apa hmm?"

[M] Arisan Brondong (2.0 version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang