"Nama tokoh, konflik
Ataupun cerita adalah fiktif.
Jika terjadi kesamaan itu murni kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan"
...Written by Yadyaapasya
🤝
Sean bersembunyi di balik etalase perkakas dapur, ia sempat menyelundupkan dua bilah pisau ke kantong jaketnya di bagian dalam
Beberapa warga memohon kepada si preman agar di bebaskan, tapi si preman tidak akan memberi kebebasan jika warga tidak menukarnya dengan bahan makanan
Si ibu yang tadi berseteru dengan Heni maju satu langkah ke arah si preman sembari mencoba mengusir mereka
"Kalian harus hidup dengan adil, semua orang butuh makanan!" Pekik si ibu dengan lantang
Heni agak membulatkan bibir ketika si ibu berbicara seperti itu, padahal tadi ia mati-matian merebut satu kotak telur dari tangan Heni
Si preman gundul tidak menggubris omongan si ibu dengan kata-kata, melainkan pistolnya lah yang menjawab
Semuanya menjerit, termasuk Heni.
Si ibu yang berada di hadapannya tumbang dengan kepala yang sudah berlubang serta mata yang masih membelalak
"Masih ada yang mau melawan?" Tantang preman yang wajahnya di penuhi oleh tatto
Preman tatto itu mendekat ke arah Heni, menarik kotak telur darinya.
Heni hanya bisa pasrah sembari melihat orang lain juga di rampas penghasilannya
Arul menyipitkan matanya, ia tahu siapa para preman itu. Kemarin sebelum sinyal mendadak hilang ada beberapa cuitan di internet, katanya ada 3 orang preman yang sengaja merampok bahan makanan yang telah di dapatkan oleh warga. Mereka merampok serta membunuh.
Si preman botak tiba-tiba mendekat kembali ke arah Heni, wajahnya sengaja di dekatkan ke arah perempuan berambut Cepol itu
"Ini lumayan" katanya sembari menarik lengan Heni. Tidak tinggal diam Arul melempar tepung terigu ukuran 1kg kepada preman itu
Dar! Plastik tepung di tembak, tepungnya jadi bertebaran di udara
Heni memanfaatkan keadaan itu untuk lari kebelakang
Dengan marah preman botak itu mengarahkan pelurunya ke sembarang arah, kembali para warga menjerit ketakutan, mereka yang tidak beruntung terkena sasaran oleh peluru si botak, termasuk kaki Arul.
"Arghhh" erang Arul kesakitan, ia menatap betisnya mengeluarkan banyak darah
Sean mencoba mengintip dari balik rak etalase, tapi peluru tembakan seakan mengarah kepadanya
Tang!!, sebuah peluru tertahan di pertengahan panci yang Sean arahkan untuk melindungi wajahnya, laki-laki itu kembali sembunyi sembari menatap pancinya dengan senyum, "waw, ternyata ini fungsinya!" Batin Sean dengan bangga
Tak lama ketiga preman itu pergi, sembari membawa barang jarahannya, tapi mereka tidak pergi begitu saja. Salah seorang preman itu menembaki pintu gudang, sehingga sesuatu yang berada di dalam sana memberontak untuk keluar.
Tidak cukup sampai di sana, preman-preman itu bahkan menggembok pintu supermarket dari luar dengan rantai ukuran besar
Heni berlari ke arah Arul, ia memeriksa luka di betis kaki kiri Arul sembari ikut meringis
Sean dan Muti saling pandang ketika melihat ke arah pintu gudang terdengar erangan-erangan makhluk yang sudah mereka lihat di area perumahan, buru-buru Sean menaiki etalase sembari menyuruh orang-orang di sana mengikuti pergerakannya
![](https://img.wattpad.com/cover/364462459-288-k745030.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
In a dead city
Bilim KurguSudah lebih dari tiga dekade dari masa pandemi virus Corona berlalu. Kini sebuah virus baru menyebar bagai mimpi buruk di wilayah mantan ibukota negara ini. Gejala awal virus ini sangat mematikan, namun orang yang telah sempurna terkontaminasi tida...