"Nama tokoh, konflik
Ataupun cerita adalah fiktif.
Jika terjadi kesamaan itu murni kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan"
...Written by Yadyaapasya
🤝
Segerombolan manusia terburu-buru masuk kedalam pintu kereta api, mereka yang takut tertinggal cenderung mementingkan diri sendiri.
Khayran yang sudah sedari tadi mendapatkan tempat duduk di samping jendela tidak tertarik pada pemandangan berdesak-desakannya massa di kereta itu.
Tapi, ia agak terganggu dengan tatapan lelaki di sampingnya yang terkesan menelisik."Kau Khayran dari fakultas kedokteran kan?" Tanyanya membuat Khayran menoleh, ternyata ia mengenal laki-laki it u.
Khayran mengangguk, ia tak ingin banyak berbasa-basi dengan siapapun.
Sean Andrea, anak fakultas psikologi itu terlihat santai memainkan ponselnya.
Mereka berdua saling terdiam, asik pada kegiatan masing-masing, sampai Sean tak sengaja melirik buku yang tengah di baca oleh Khayran.
"Buku yang lo baca umurnya lebih tua dari ibu gue, selera lo buku lawas ternyata. Tapi emang sih karya seni itu gak pernah lekang oleh waktu" ujar Sean sembari menyodorkan permen karet pada perempuan berjilbab hitam di sisinya.
Khayran menatap Sean dengan dingin, ia tak suka siapapun yang mengajaknya berbicara ketika ia sedang menikmati setiap kata pada lembar buku.
Supaya basa-basi itu cepat selesai Khayran pun menerima permen yang disodorkan oleh Sean.
Tapi Sean seperti tidak menangkap sinyal ketidak sukaan dari Khayran, ia kembali melanjutkan "Lo suka cerita-cerita science fiksi gitu ya?, kabar tentang lo emang gak perlu diragukan lagi sih, IQ setara dengan pak BJ Habibi versi female di jaman ini, lo gak ada niatan bikin pesawat terbang dengan teknologi baru?" Sean terkekeh, ia tampak tak peduli pada sikap dingin Khayran.
"Saya lagi baca buku, tolong cari kesibukan lain!" Ucap Khayran yang langsung di angguki oleh Sean.
Kini mereka kembali ke dunia masing-masing, toh nanti pun mereka akan punya banyakwaktu untuk berbincang di tugas KKN yang akan mereka jalani, kebetulan mereka memang satu kelompok.
Sean memasang earphone, mendengarkan musik sembari memejamkan mata.
Sebelum ia tertidur benar, Sean menitipkan pesan pada Khayran."Kalo udah sampe di stasiun Tanjung Priok tolong bangunin ya, kita kan satu tujuan" pintanya dengan suara pelan, meski Khayran tak menjawab apa-apa Sean yakin perempuan itu tidak akan membiarkannya terbengkalai disana.
Khayran menutup bukunya, ia mengecek ponsel karena notif yang berbunyi dari grup WhatsApp kelompoknya.
Muti, mengirim lokasi rumahnya di kawasan perumahan Bon voyage di jakarta Utara, mereka memang setuju untuk berkumpul dulu di sana.
Muti mengirim pesan lagi, ia bertanya kawan-kawannya itu sudah berjalan sampai mana.
"Gue kejebak macet Mut, apes dah" jawab Dimas beserta mengirim foto bukti macet parah yang dialaminya.
Muti membalas "😱😂 sabar ya Dim, santai aja gak usah buru-buru. Makanan belum pada mateng kok. Kan elu yang masaknya 😂😂" perbincangan grup ramai oleh mereka berdua, sesekali sang ketua kelompok ikut menimbrung.
"Wah kayaknya gua paling awal datang nih"
Balas Arul, yang sudah hampir sampai di rumah Muti.Khayran tak menjawab apa-apa, ia mematikan ponsel dan kembali memasukkannya pada tas ransel.
Diliriknya Sean yang benar-benar tertidur pulas dengan earphone yang masih terpasang ditelinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
In a dead city
Fiksi IlmiahSudah lebih dari tiga dekade dari masa pandemi virus Corona berlalu. Kini sebuah virus baru menyebar bagai mimpi buruk di wilayah mantan ibukota negara ini. Gejala awal virus ini sangat mematikan, namun orang yang telah sempurna terkontaminasi tida...