Jumpa kawan lama

14 4 1
                                        

"Nama tokoh, konflik
Ataupun cerita adalah fiktif.
Jika terjadi kesamaan itu murni kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan ataupun menyerang dan menyudutkan pihak manapun"
...

Written by Yadyaapasya

🤝

Di ruangan luas berisi 1 meja dan sofa panjang, Jamila meminta semuanya untuk beristirahat terlebih dahulu.

"Aku harap, masih banyak warga yang akan ikut bergabung" ucap Jamila sembari menutup kembali kotak berisi revolver beserta peluru tambahan.

"Permisi, apa ada ruang untuk sholat?" Tanya Khayran melihat jam di handphonenya sudah menunjuk waktu mendekati Maghrib

Jamila tersenyum, kemudian menunjuk salah satu pintu di ruangan itu. "Ruang itu bisa kau gunakan sholat, lalu ruangan di sebelahnya adalah kamar mandi" tutur Jamila.

Khayran mengangguk paham, ia langsung bergegas menuju kamar mandi, untuk  mengambil wudhu.

"Kita sholat bergantian" komando Arul yang di angguki oleh semua.

Heni dan Dimas sama-sama meluruskan kaki, sembari bersandar pada sofa.

Muti dan Arul membereskan semua tas milik kelompok, sembari di sejajarkan di tembok yang berhadapan dengan sofa dimana mereka akan beristirahat.

Sean asik dengan Vivi, entah tengah membicarakan apa. Hanya mereka yang tahu.

Sedangkan Bella masih terdiam, merutuk dalam hati. Ia menyesali Teslanya di gerumut zombie. Ah, pasti sudah ada beberapa bagian yang lecet di cakari oleh mereka.

Jamila turun ke lantai 2, ia menuju ruang obat, yang memang sudah tersedia di gedung percetakan itu. Sempat ia periksa ternyata obat-obatan itu masih baru. Beberapa Jamila ambil untuk menjadi pertolongan pertama jika nanti di butuhkan.

Khayran tidak lagi mempertanyakan kemana arah kiblat, karena di tempat itu sudah tergelar sajadah. Mungkin bekas Jamila dan 2 anak buahnya.

Selesai shalat, Khayran berdoa cukup panjang, apa-apa di lantunkan olehnya, sebab kapan lagi kau bisa berbisik, namun ucapanmu terdengar oleh makhluk langit, selain saat kau berdo'a.

Setelah itu Khayran merenung sebentar, akhir-akhir ini rasa panik menyerangnya dengan sangat sering, andai waktu itu obatnya tidak terjatuh di kereta. Saat ia pergi ke apotek, ia malah membeli vitamin dan suplemen sebagai dalih karena tidak ingin ketahuan Sean, namun pada akhirnya Sean tahu juga dengan sendirinya.

Khayran melepas mukena yang sudah tersedia di sana, kemudian kembali mengenakan jilbabnya. Ia kembali ke ruang kumpul dan duduk di sisi Bella.

Bella menoleh sebentar kemudian kembali menenggelamkan wajahnya pada lutut yang ia tekuk.

Khayran mengulurkan tangan pada Bella.

Dengan alis mengerut Bella bertanya, "for what?"

"For apologize" jawab Khayran.

"Simpen aja, nanti suatu waktu gua tagih dengan hal lain" ucap Bella dengan malas, ia bahkan tidak menunjukkan wajahnya pada Khayran.

In a dead city Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang