Hyperthymesia

15 4 1
                                    

"Nama tokoh, konflik
Ataupun cerita adalah fiktif.
Jika terjadi kesamaan itu murni kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan ataupun menyerang dan menyudutkan pihak manapun"
...

Written by Yadyaapasya

🤝

Ratusan manusia berebut mendekati pintu kaca di aula pengungsian, mereka sama-sama ingin tahu isi selebaran yang bertebaran dari langit

Seorang lelaki yang berada di atas gedung pengungsian berhasil menangkap salah satu selebaran, kemudian ia menyembunyikan kertas itu kedalam bajunya, ia sudah berada di pengungsian selama 5 hari.

Pemuda itu datang menawarkan diri menjadi relawan yang berperan sebagai tim medis, karena dia juga salah satu mahasiswa kedokteran.

"Arya, kau di panggil Professor" tegur salah satu temannya yang juga ikut menjadi relawan

"Pasti Professor akan membicarakan soal selebaran ini" kata perempuan bernama Erina, ia memiliki rambut seleher yang di kepang kesamping

Erina memungut salah satu selebaran yang menyentuh sepatunya

"Kita harus percaya pada siapa?, Professor atau walikota?' tanya Eri sembari memicingkan matanya yang tertempa silau sinar matahari.

Arya terdiam, "kita hanya harus percaya pada diri kita sendiri" jawabnya dengan memasang wajah datar.

Dengan segera Arya menuju ruangan Professor yang telah menunjuknya sebagai ketua relawan pada gedung pengungsian ini.

Saat Arya tiba di ruangan, sang Professor memintanya untuk menutup pintu

"Kau pasti sudah melihat selebarannya" ucap si Professor dengan tatapan menyelidik

Arya tak punya pilihan selain mengangguk

"Saya melihatnya Prof," Arya menunda jawabannya sejenak kemudian melanjutkan
"Tapi apa yang membuat Professor Surya memanggil saya?"

Surya tersenyum, ia menatap bangga pada anak muda di hadapannya. Berkat keberadaan Arya di tempat itu, banyak masyarakat yang tertarik untuk menghadiri pengungsian

"Kamu anak muda yang penuh tekad Arya, terimakasih"

Surya menyerahkan sebuah buku pada Arya

"Kinerja manusia sangat terbatas pada saat seperti ini, para dokter di pengungsian lain juga sama-sama kewalahan. Mereka yang sudah mengabdikan diri di rumah sakit sejak hari pertama virus menyerang sudah benar-benar ingin menyerah. Singkatnya banyak kekurangan tenaga medis. Dan jika kita hanya berdiam diri saja, sudah di pastikan apa yang akan terjadi selanjutnya"

Selesai Surya berbicara, Arya meraih buku yang tadi di sodorkan ke arahnya

Arya menatap sesuatu di buku itu dengan tatapan nanar.

"Kita perlu inovasi teknologi baru untuk mengatasi ini semua" ucap Surya sembari tersenyum puas

Arya terdiam, ia terkejut pada rencana baru Professor yang telah terancang di buku tersebut

"Sebenarnya ini bukan rencana baru, aku sudah menyiapkan sejak lama. Namun tidak terpikirkan bahwa karyaku ini bisa sangat bermanfaat bila digunakan pada saat-saat seperti ini, menurutmu bagaimana?"

In a dead city Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang