Nama tokoh, konflik
Ataupun cerita adalah fiktif.
Jika terjadi kesamaan itu murni kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan"
...Written by Yadyaapasya
🤝
Khayran memeriksa kamarnya, ia melihat Bella tengah merebahkan tubuhnya dengan santai sembari menggunakan masker wajah
Bella menoleh, "kenapa?, mereka udah dateng?" Tanyanya seraya mematikan ponselnya, menunda film yang ia tonton
"Gua lagi nonton, kebetulan ada film yang gua download sebelum ilang sinyal" ujar Bella menjelaskan
Khayran sama sekali tidak merespon ucapan Bella, ia hanya menutup pintu dengan rapat
Hal itu ia lakukan juga kepada kamar Dimas, Khayran tahu Dimas tengah tertidur lelap, sebab dari arah dalam terdengar suara dengkuran cukup keras
Segera Khayran turun ke arah dapur mengambil sebilah pisau kecil dari sana, sebelum pukul 12 malam ia harus mempersiapkan rencananya
➖
"Sean!" Teriak Arul memperingatkan agar laki-laki itu bisa berlari lebih cepat
Sean, mengeratkan posisi tas di punggungnya, membawa 4 karung beras ukuran 3 liter cukup memberatkan langkahnya, jika ia tidak memiliki tekad untuk pulang, sudah sejak awal di menyerah
Setelah tiba di balik gerbang perumahan Sean menekan sebuah tombol pada alat yang bernama handy talk tua milik Muti
Handy talk lain yang berada di kamar Dimas berbunyi suara TV rusak, sontak Dimas terbangun ia merogoh ke arah rak mencari teropong, namun anehnya barang itu tidak ada di sana
Laser hijau sudah di arahkan oleh Sean ke arah kaca rumah no 48, rumah milik Muti.
Namun, tak ada respon balik
Dengan kalut Dimas memeriksa bagian bawah kasurnya, laser dan teropongnya menghilang entah kemana, ia berteriak frustasi. Dalam keadaan seperti ini kenapa alat komunikasi daruratnya tiba-tiba hilang
Dimas yakin sebelum tidur ia menyimpan rapi kedua barang itu di atas meja
"Bell, Bella!" Panggil Dimas dengan panik
Dimas membuka pintu kamar Bella dengan kasar
"Lo liat laser sama teropong yang gua pake gak?" Tanya Dimas dengan nafas memburu
"Tuh, di atas meja!" Tunjuk Bella tanpa dosa ke arah meja di sampingnya
Dimas ingin merutuk, tapi waktunya tidak banyak untuk itu.
➖
Sean terus-terusan menyala matikan laser di tangannya, sebab tak kunjung mendapatkan respon dari Dimas
Semuanya hanya bisa saling pandang kebingungan
"Sialan! Jawab!" Cecar Sean dengan suara pelan, tangannya sudah agak lelah untuk menopang tubuhnya yang sedikit memanjat ke atas pagar

KAMU SEDANG MEMBACA
In a dead city
Science FictionSudah lebih dari tiga dekade dari masa pandemi virus Corona berlalu. Kini sebuah virus baru menyebar bagai mimpi buruk di wilayah mantan ibukota negara ini. Gejala awal virus ini sangat mematikan, namun orang yang telah sempurna terkontaminasi tida...