percakapan pagi

20 4 1
                                    

"Nama tokoh, konflik
Ataupun cerita adalah fiktif.
Jika terjadi kesamaan itu murni kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan"
...

Written by Yadyaapasya

🤝

Mentari kembali datang seperti biasanya, yang berbeda hanyalah keadaan di kota yang sudah banyak berubah

Tidak adalagi polusi, dan rentetan bunyi klakson di tengah kemacetan

Muti mengawali pagi dengan merapikan tempat tidurnya, hari ini banyak baju yang harus ia cuci di mesin canggih kebanggaannya, mesin cuci adalah salah satu kesayangan para ibu rumah tangga, dan sebagai perempuan yang hidup sendiri ia mengerti betul perasaan itu

Muti sudah mulai hidup sendiri sejak menginjak bangku kuliah, orangtuanya melanjutkan pendidikan ke negara lain, meski sibuk terkadang orangtuanya menyediakan waktu untuk menjada komunikasi dengan putri tunggal mereka terjaga, bisa dibilang kehidupan Muti nyaris sempurna. Tapi beberapa orang kesepian karena kesempurnaannya

Muti satu fakultas dengan Bella, mereka sama-sama memasuki jurusan komunikasi, tapi mereka jauh berbeda dalam masalah pergaulan

Muti lebih sering sendiri, sedangkan Bella punya circle yang selalu meramaikan jam kelas

Pagi ini, Muti juga mencuci baju milik Khayran, karena tahu temannya itu belum bisa kembali beraktivitas

Di dapur, Heni dan Dimas sudah sibuk membagi stok makanan untuk beberapa hari kedepan

Dimas tertawa senang saat melihat beberapa kaleng ikan tuna

"Ya ampun demi apa, ini kesukaan gue Hen!" Pekiknya senang

Heni tersenyum, "rezeki lo bagus Dim" sahutnya ikut senang

"Enyak gue setiap pulang dari supermarket selalu bawa tuna kaleng ini buat gua, padahal orang rumah gak ada lagi yang suka beginian selain gue"

Heni kembali tersenyum, rasanya senang ketika bertemu dengan orang yang selalu excited pada hal-hal kecil yang ia perjuangkan

"Sampe senengnya gue sama ini, di jadiin camilan pun gak jadi masalah" lanjut Dimas masih mengungkapkan kebahagiaannya

"Awas, yang ini jangan lo jadiin camilan!" Sahut Heni sembari menyalakan penanak nasi

"Ya enggaklah Hen, begini-begini juga gua kagak di ajar egois sama Enyak dan babeh gue, gue kan bukan Bella" ucap Dimas dengan suara mengecil di ujung kalimat

Heni tertawa, menampilkan gigi gingsulnya yang punya poin tersendiri ketika ia tersenyum

"Gue masih sebel sama dia, bayangin aja kalian capek-capek lawan zombie di luar sana demi cari makanan buat kelompok, eh pas pulang malah di curigai sama personil kelompok sendiri, mana pake acara ngumpetin alat komunikasi kite lagi"
Dimas terus mencibir tentang kelakuan Bella semalam, Sedangkan Heni hanya asik mendengarkan

"Lo di luar kagak nape-nape kan Hen?"
Tanya Dimas sembari merapikan meja dapur

Heni menggeleng, "gua baik-baik aja, Muti, Sean, dan Arul yang banyak berjuang buat semuanya. Gua sih gak terlalu andil kayaknya"

In a dead city Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang