"Nama tokoh, konflik
Ataupun cerita adalah fiktif.
Jika terjadi kesamaan itu murni kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan"
...Written by Yadyaapasya
🤝
Perempuan berambut cokelat gelap itu masih saja mengutak-atik gaya rambutnya, beberapa kali ia mengkritik catokan rambut ketika mendapat hasil gaya yang tak sesuai dengan moodnya.
Notifikasi pesan dari ponsel bobanya tak ia hiraukan, ia sudah tahu itu pasti omelan dari Dimas gara-gara dia belum juga sampai di tempat berkumpul.
"Bukan salah gue pokoknya!" Ketus Bella seraya mendelik ke arah cermin.
Akhirnya gaya rambut yang agak cocok dengan moodnya di dapatkan, kini untuk sentuhan terakhir Bella memoles bibir cantiknya dengan warna nude kegelapan, kemudian ia tersenyum merasa puas dengan riasan wajahnya.
"Pah, Bella berangkat sekarang ya?" Tanya Bella dari balik pintu ruangan papahnya, ia sedikit kesal karena orangtuanya itu sudah banyak menyita waktu Bella untuk berangkat.
Bella mendesis kesal, ia tahu kalau papahnya sudah berbincang dengan dokter pribadi keluarganya itu pasti memakan waktu lama, entah mereka memperbincangkan apa. Padahal di keluarganya tak ada yang sedang sakit.
Tak lama pintu ruangan kerja itu terbuka, dari dalam ruangan keluarlah sang papah dan seorang dokter laki-laki yang membawa sebuah kotak besar.
"Bella sayang, papah sama mamah bakal keluar kota sekarang, ada kepentingan di sana. Kamu mau ikut atau tidak?"
Pertanyaan papahnya itu membuat kening Bella mengerut sebal.
"Papah gimana sih Bella kan mau tugas KKN! Masa ikut papah keluar kota!" Pekik Bella tak senang.
"Maksud Papah kalo kamu mau ikut, Papah bisa rundingin sama kampus kamu"
Bella menggeleng cepat, ia juga mau punya kenangan masa-masa kuliah kerja nyata seperti yang lainnya.
"Oke kalau kamu gak mau, kalo mau apa-apa nanti kabarin aja ya"
Bella menatap sang dokter di samping papahnya yang terlihat cemas, ia mendengar sedikit bisikan dokter itu pada papahnya
"Pak Widyo, saya tidak punya banyak waktu" begitu yang Bella dengar.
Lalu papahnya mengangguk danlangsung bergegas kekamar setelah meminta dokter itu pergi lebih dulu.
"Aku berangkat sama siapa pah?" Tanya Bella saat melihat kedua orangtuanya sibuk merapikan baju kedalam koper.
"Kamu berangkat sendiri ya nak, kamu mau pake mobil yang manapun juga boleh kok" jawab sang mamah tanpa menoleh sedikitpun pada putri semata wayangnya.
"Oke kalau gitu, Bella berangkat sekarang!" Ucap Bella cukup keras, ia cukup kecewa tidak mendapatkan respon baik dari orangtuanya. Padahal ia ingin menunjukkan bahwa ia bersiap untuk mencoba hidup mandiri pada kegiatan KKN itu.
Tapi ah sudahlah, seringkali Bella di kesampingkan kalau orangtuanya sedang mengurus masalah tugas pemerintahan. Ya, papah dan mamahnya itu sama-sama anggota dewan.
KAMU SEDANG MEMBACA
In a dead city
Ficção CientíficaSudah lebih dari tiga dekade dari masa pandemi virus Corona berlalu. Kini sebuah virus baru menyebar bagai mimpi buruk di wilayah mantan ibukota negara ini. Gejala awal virus ini sangat mematikan, namun orang yang telah sempurna terkontaminasi tida...