Hilang kendali

15 3 2
                                    

"Nama tokoh, konflik
Ataupun cerita adalah fiktif.
Jika terjadi kesamaan itu murni kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan ataupun menyerang dan menyudutkan pihak manapun"
...

Written by Yadyaapasya

🤝

Guard Robot berlari dengan kecepatan tinggi.

Robot itu pergi ke segala penjuru untuk menghabisi apapun yang bergerak di hadapannya. Arya kewalahan karena tubuhnya terkena kejut listrik berulang kali, meski Arya sengaja berharap dirinya pingsan agar si robot Guard ini ikut berhenti. Namun, Arya juga takut kalau nanti tubuhnya malah diambil alih sepenuhnya.

Professor Surya menatap bangga ruang rahasianya, rencananya berhasil. Tidak ada orang yang akan mengira robot itu buatannya. Sebab, ia tengah sibuk mengumpulkan dokter dan ahli vaksinolog untuk menciptakan vaksin.

Nanti ketika robot Guard sudah jadi perbincangkan, ia akan muncul lagi ke permukaan sebagai pahlawan.

Lagipula, di saat seperti ini. Siapa yang akan tidak setuju dengan semua pendapat Surya?, ia tengah berada di atas awan sekarang.

Ini hari ke tiga bertahan di gedung percetakan.

Arul dan Muti yang untungnya sempat memperhitungkan beras untuk di bawa  menyelamatkan semuaorang disana dari makan junk food tiap hari.

Sudah dua hari ini Arul tidak sempat berbicara apapun dengan Khayran, bukan tidak bisa sebenarnya. Hanya saja entah kenapa perempuan itu seperti terang-terangan menjauhi diri dari siapapun.

Khayran terus asik dengan buku novel yang sempat dia bawa sebagai barang penting.

Arul yakin, Khayran sudah menamatkan buku itu entah untuk yang ke berapa kali.

Sean mendapat sinyal yang sama, Khayran lebih dingin dari sebelumnya. Ia terang-terangan menjaga jarak. Bahkan Kepada Heni yang ramah sekalipun.

Pada satu momen saat Khayran menutup bukunya, Sean memberanikan diri untuk mendekat.

"Coba lihat judul bukunya" pinta Sean membuka obrolan

Tanpa ba-bi-bu Khayran langsung menyerahkan barang yang di maksud Sean.

"Gua baca ya?" Izin Sean

"Silakan" jawab Khayran singkat

"Lukamu sudah mengering?" Sean menunjuk ke arah tangan Khayran dengan dagunya.

Luka jahitan itu sudah tidak dibalut perban lagi.

"Lumayan"

Sean berdeham, memutar otaknya untuk mencari topik

"Hyperthymesia, gen dari siapa?" Sean sadar ia terlalu acak mengajukan pertanyaan

"Nenek. Buku yang kau pegang itu karya nenekku" tunjuk Khayran tepat pada cover bukunya.

Kontan Sean membulatkan bibirnya, terkejut terkagum-kagum.

In a dead city Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang