Sasaran

17 3 3
                                    

"Nama tokoh, konflik
Ataupun cerita adalah fiktif.
Jika terjadi kesamaan itu murni kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan ataupun menyerang dan menyudutkan pihak manapun"
...

Written by Yadyaapasya

🤝

Persediaan air minum di gedung percetakan sudah habis, sehingga membuat Dimas harus memasak air selain memasak nasi.

Bahkan, mereka juga tidak punya persediaan lauk lagi.

Heni menatap bingung isi rak yang kosong.

"Gak ada apa-apa lagi. Perasaan kemaren masih ada mie instan."

Dimas segera menghampirinya, kemudian berbisik. "Kemaren malem, kalo gak salah dimakan sama kelompok Aldi deh"

Heni menghela napas. "Padahal mereka jelas-jelas bilang gak suka makanan instan lho awal-awal"

Dimas terkekeh. "Dalam keadaan seperti ini, manusia berubah-ubah sifatnya. Maklum, menyesuaikan keadaan"

"Iya terus sekarang kita mau makan pake apa?" Belum kering bibir Heni bertanya, Manda dan Mira menghampiri mereka.

"Maaf kak, sisa makanan yang kita punya, hanya ini" sodor Manda menyerahkan satu kotak nori.

Dimas dan Heni langsung bertatapan, memikirkan ide yang sama.

"Onigiri" ucap mereka berbarengan.

"Ya, walau gak ada isinya" lanjut Heni seraya terkekeh.

Ketiga laki-laki itu sama-sama terdiam, saling fokus pada lamunan masing-masing.

Dari jendela bus, sudah menyeruak silau matahari. Semburatnya mulai menghangatkan tubuh mereka.

"Ada plan lain gak?" Sean akhirnya bertanya, memecah sunyi dari dua sisi yang masih berperang dingin.

"Handphone lo sih mati" tunjuk Sean pada Aldi.

"Ya mana gua tau, gua sengaja simpen disitu buat ide ini" kilah Aldi tidak mau disalahkan

"Ayo Rul, kita gak bisa diem aja. Kasihan anak-anak di markas" Sean melongok ke arah luar, ada begitu banyak zombie yang berkeliaran.

Jika dibandingkan lebih banyak mana, dengan yang di perumahan. Sean berani bertaruh di terminal jauh lebih banyak.

Wajar, terminal memang tempat umum. Sebelumnya, pasti sudah banyak warga di sana.

"Gak ada cara lain, selain dobrak gerbangnya" usul Aldi percaya diri

"Masalahnya, bukan cuma itu. Bahan bakarnya juga terbatas. Gua gak bisa jamin bus ini bakal bisa nganterin kita ke pengungsian" tandas Sean kembali membuat kebingungan yang lain.

Arul tiba-tiba berdiri, "kita masih punya cara. Kira-kira ada bus telolet lain gak di tempat ini yang jaraknya berjauhan"

Aldi langsung menjawab "ada, terus lo mau apa?"

In a dead city Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang