Merancang rencana

16 4 2
                                    

"Nama tokoh, konflik
Ataupun cerita adalah fiktif.
Jika terjadi kesamaan itu murni kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan"
...

Written by Yadyaapasya

🤝

Khayran menjadi yang paling terakhir datang ke ruang tengah, Dimas dan Heni sudah selesai menata makanan yang tak seberapa itu di sana.

Semuanya duduk membentuk lingkaran, tak ada yang berbicara, semuanya dalam sunyi dan syahdu menikmati jatah makan masing-masing

Tak lama celetukan Dimas memecah keheningan, "bagus lu kagak puasa dulu Ran!, lu harus minum obat apa itu namanya? Pereda nyeri"

Khayran tersenyum, ia mengunyah pelan nasi di mulutnya

"Pada diem aje, masakan gue enak kan?" Tanya Dimas lagi-lagi memecah keheningan

Tapi sayangnya yang menyahut malah Bella
"Enak apanya, tuna kaleng lo tambahin air lagi. Kayak makanan kucing tau gak sih"

"Yee..., ni anak. Ini makanan mewah versi darurat Bell, rumah lain mana ada yang bisa makan ini"

"Gausah flexing deh, ini gak se istimewa yang lu kira" timpal Bella sembari mengaduk-aduk nasi dan lauknya dengan cepat

"Bersyukur Bell, lu mana tahu hidup susah kayak gini" Dimas kembali berkelit

"Halah sok religius amat, bikin gue jadi terkesan jelek aja!, 3 jam gua jaga, ternyata yang dibawa pulang cuma tuna kaleng sama mie instan doang!"

Muti membanting sendoknya cukup keras, emosinya tengah terguncang sekarang

"Dimas bener, Lo tau apa soal susah payah kita dapetin ini?. Lihat kaki Arul, dia sampe kena peluru!, kalo lo buka pintu lebih cepat, bahkan Khayran juga gak harus ngorbanin tangannya!" Serang Muti tidak peduli lagi

"Kok lu semua jadi pada nyalahin gue sih!, berkat papah gue kalian bisa makan layak kemarin-kemarin!"

"Iya, berkat bapak Lo!" Hardik Muti sengaja menekan suaranya

"Hei, udah udah apa sih kok jadi ribut-ribut begini, kita lagi makan" sergah Heni sembari menoleh ke arah Arul

Laki-laki itu langsung mendekat ke arah Bella

"Lo gak suka sama lauknya Bell?, masih ada mie instan di dapur. Nanti gua yang masakkin, sekarang lu jangan badmood gini dong, semua bisa di bicarakan baik-baik" Arul sengaja menenangkan Bella lebih dulu

Bella mengangguk, ia merasa di menangkan oleh Arul

"Oke nanti gua masakin, sekarang gua mau habisin dulu makanan gue, lo bisa tunggu di kamar dulu" pinta Arul dengan lembut

Bella langsung menurut, ia pergi ke kamar dengan sedikit menghentakkan kakinya

Saat Arul menoleh ke arah Muti, dilihatnya Muti sengaja mendelikkan mata, tanda perempuan itu juga tengah buruk moodnya

"Dahlah Mut, jangan dijadiin beban pikiran, kita kan tau dia orangnye kayak gimane" tukas Dimas yang sudah menghabiskan isi piringnya

In a dead city Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang