"Nama tokoh, konflik
Ataupun cerita adalah fiktif.
Jika terjadi kesamaan itu murni kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan ataupun menyerang dan menyudutkan pihak manapun"
...Written by Yadyaapasya
🤝
Arya beserta tim medis dari pengungsian unit 3, berkumpul di ruang rapat.
Professor Surya akan memilih siapa saja yang akan ikut dengannya pergi ke RS Jakarta central.
Beberapa kali Eri melirik ke arah Arya, dilihatnya laki-laki itu memasang wajah gelisah.
Mereka semua belum ada yang mengetahui rencana Professor selain Arya
"RS Jakarta central akan dijadikan rumah sakit utama yang akan di operasikan sebagai tempat pembuatan vaksin, disana sudah ada beberapa dokter ahli yang memulai pembuatannya. Nanti setelah sinyal kembali menyala, saya harap kalian bisa menyebarkan rencana ini di media, agar para mahasiswa kedokteran dan farmasi bisa ikut serta bergabung dengan RS Jakarta central"
Begitu penjelasan Professor di awal, setelah panjang lebar mengungkapkan kelebihan dari rencananya barulah ia bertanya siapa yang mau ikut serta, dan siapa yang menetap di pengungsian untuk menjaga para warga selama beberapa waktu.
Arya menunduk cukup dalam, ia tahu Professor tidak mungkin menyinggung soal pembuatan Ai yang tadi di jelaskan khusus kepadanya.
➖
Setelah setuju untuk bergabung dengan walikota, Arul memberi komando agar kelompoknya segera menyiapkan barang-barang yang perlu di bawa secukupnya
"Ingat jangan bawa tas yang terlalu besar, baju 3 pasang cukup. Dan jangan bawa barang yang nantinya akan memberatkan"
Karena perintah Arul itu, Dimas jadi bingung menatap tumpukan baju di dalam kopernya.
Sean yang sudah selesai mengemas barang melirik ke arah Dimas, laki-laki asal Betawi itu malah terlihat melamun di hadapan koper
"Dim!, ayok tentukan barang yang mau lo bawa!" Tegur Sean membuat Dimas menoleh
"Gue bingung Sean, kalau gue pilih baju yang keren, ada kemungkinan gue harus meninggalkan kaos-kaos kesayangan gue. Dan kalo gue milih baju-baju keren yang gue punya berarti gue harus meninggalkan baju ternyaman" dilema Dimas sembari menunjuk ke se isi kopernya
Sean terkekeh, "namanya hidup Dim, mau gak mau kita selalu dihadapkan oleh pilihan. Bukan kesalahan kita kalau nantinya ternyata yang dipilih adalah kesalahan, tapi ada baiknya kita selalu memilih yang terbaik, agar nanti tidak terlalu menyesal."
Dimas membalas dengan cengiran meledek, "panjang banget lu bersajak, intinye aja nape!"
"Oke gini nih, menurut lo dalam keadaan seperti ini, lo lebih baik pake baju yang terlihat keren, atau pake baju yang nyaman?"
Sontak, tanpa menjawab lagi, Dimas langsung mengemas 2 pasang kaos partai yang memiliki bahan paling nyaman untuk ia pakai.
Sean tersenyum, tepat saat pintu kamar dibuka oleh Arul.
Tadi Arul dan Muti lebih dulu mempersiapkan bahan makanan yang bisa dibawa dan beberapa alat perlindungan diri yang berada di rumah Muti.
KAMU SEDANG MEMBACA
In a dead city
Science-FictionSudah lebih dari tiga dekade dari masa pandemi virus Corona berlalu. Kini sebuah virus baru menyebar bagai mimpi buruk di wilayah mantan ibukota negara ini. Gejala awal virus ini sangat mematikan, namun orang yang telah sempurna terkontaminasi tida...