Got air

13 4 4
                                    

"Nama tokoh, konflik
Ataupun cerita adalah fiktif.
Jika terjadi kesamaan itu murni kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan ataupun menyerang dan menyudutkan pihak manapun"
...

Written by Yadyaapasya

🤝

Jamila menatap geram mobil-mobil pengangkut barang dari balik kaca, "sialan!" Hardiknya dengan wajah memerah

Sembari membuang napas panjang ia menutup kembali gorden jendela lantai 3.

"Mereka benar-benar tidak memberi peluang untuk walikota membuat aliansi" gumam Jamila. "Ah, payah sekali!, mengapa aku malah mencantumkan alamat kantor ini. Tapi, jika tidak di terangkan di selebaran mana ada yang tahu aku akan merekrut warga dimana" Jamila merengek pada dirinya sendiri

Hari sudah mulai sore, zombie semakin padat berkeliaran di jalanan. Sedangkan Jamila belum menemukan satu manusia pun yang mendekat ke arah kantor percetakan

Lagipula manusia waras mana yang akan keluar rumah di saat zombie berkeliaran di luar.

"Dokter, saya di perintahkan untuk kembali ke markas" tegur letnan Gama, yang tadi menyebarkan selebaran bersama Jamila

"Tega sekali!, di saat seperti ini kau malah ingin pergi?" Tanya Jamila hampir putus asa

"Bukan seperti itu dok, kami sedang membujuk agar pertahanan dari kota lain ikut membantu"

"Ah sudahlah, tidak usah beralasan. Pergi saja pergi" usir Jamila seraya memeriksa koper berisi 20 revolver beserta persediaan pelurunya

Gama menunduk cukup dalam, "saya akan kembali membawa bus dua tingkat yang dokter minta"

Jamila menoleh kembali, "kau yakin?, tidak jadi mengundurkan diri ke markas?"

"Saya pergi ke markas bukan untuk mengundurkan diri dari sisi dokter, saya memiliki tugas lain. Tapi, bus yang dokter minta, akan saya bawa kemari, untuk mengangkut warga yang ikut bergabung"

Jamila tersenyum tipis, "terimakasih Letnan, ternyata kau memang laki-laki"

Gama terkekeh satu kali sebelum beranjak menuju atap gedung.

Jamila kembali mengintai keadaan luar lewat jendela kaca, sedangkan Sara dan Vivi  tengah tertidur pulas di pojok ruangan.

Arul dan Sean sama-sama terpaku di sisi pagar balkon sembari melihat ke arah bawah, zombie berkeliaran dengan jumlah yang sangat banyak.

Mayat-mayat hidup itu ada yang berjalan terseok-seok, meliuk-liuk, merangkak, bahkan ada yang melompat-lompat. Pergerakan mereka sangat acak sehingga tidak bisa terdeteksi dengan baik.

Sangat mustahil Arul dan yang lain bisa keluar perumahan dengan aman.

Di ruang tengah Bella sudah menggerutu sejak satu jam yang lalu, ia benar-benar tidak bisa mengkondisikan keadaan.

"Sabar Bell, di sini bukan cuma elu doang yang gak nyaman sama solatipnya" seru Dimas saat Bella mencoba membuka solatip di tangannya.

In a dead city Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang