Undangan rumah sakit

15 4 2
                                    

"Nama tokoh, konflik
Ataupun cerita adalah fiktif.
Jika terjadi kesamaan itu murni kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan ataupun menyerang dan menyudutkan pihak manapun"
...

Written by Yadyaapasya

🤝

Saat sinyal sudah menyala, semua orang yang handphonenya masih memiliki baterai langsung memeriksa notifikasi.

Termasuk Arul, namun lagi-lagi ia tidak kunjung mendapatkan pesan yang dia inginkan.

Lampu juga kembali menyala, sinar lampu membuat semuanya memicingkan mata kesilauan.

Jamila mengatur posisi tidur, agar semuanya tidak berada di ruang yang sama, alias Jamila memisahkan kelompok Arul dan Aldi, takutnya nanti malam ada pertengkaran lagi.

Warga yang datang bersama kelompok Aldi ikut pindah tempat ke lantai 4.

Barulah setelah itu Jamila kembali mematikan lampu, akan lebih aman kalau gedung ini terlihat kosong.

Khayran membalas pesan Abah dan umminya, memberi kabar bahwa dia baik-baik saja.

Berita dari media semakin memperparah hubungan antara kota lain dan Jakarta, mereka benar-benar memboikot apapun yang berasal dari Jakarta.

Jangan dikira mereka tak kena dampak apa-apa, sudah banyak bisnis yang anjlok karena pasokannya berasal dari Jakarta. Mereka terpaksa mengurangi pegawai.

Mimpi buruk menjadi kenyataan, jumlah pengangguran menaik pesat. Para pegawai buruh terancam kehilangan pekerjaan.

Bella masih menekuk lutut, handphonenya sudah mati, tapi dia tidak berniat untuk mencari charger atau apapun yang bisa di gunakan untuk mengisi daya. Percuma jika handphonenya menyala, ia pasti hanya mendapat kabar dari orangtuanya. Bella sudah sedikit membuka mata pada apa yang terjadi saat ini, ia tidak mau lagi mengandalkan orangtuanya. Lagipula belum tentu orangtuanya bersih dari bencana di balik penyebaran virus.

Sean beberapa kali tersenyum memandang ponselnya, ia bertukar pesan dengan ibunya yang sudah memberi kabar bahwa dia memulih.

Diantara mereka semua, yang paling heboh adalah Dimas, dia tidak menggunakan handphonenya karena sudah mati kehabisan baterai, tapi ia menumpang lewat handphone Heni.

"Udeh madang belum lu?" Tanya enyak Dimas dengan suara nyaring

"Udah nyak, tenang aje. Dimas kagak kelaparan di sini" jawab Dimas sembari terkekeh

"Itu beneran berita di Internet, yang tentang orang makan orang?"

Suara nyaring orangtua Dimas membuat Heni terkekeh juga.

"Kagak nyak, ini Dimas gak makan orang"

"Maksudnye itu orang lain yang kena virus beneran pade sinting begitu?"

"Iyasih agak, tapi Enyak ama Babeh kagak usah khawatir, disini Dimas bareng same mpok Jamila" jawab Dimas menggunakan logat Betawi yang khas.

"Mane mpok Jamileh?, gua pengen lihat. Perasaan gak lama die ada datang ke rumah"

"Ada, die emang baru datang beberapa hari katanye"

"Lah emang bisa?, bukannye semua jalan tranportasi udeh di tutup ame pemerintah?"

Dimas menoleh ke arah Jamila yang menggelengkan kepala sembari membentuk silang dengan tangannya

"Oh, udeh dulu nyak. Yang punya HP mau make dulu buat kabarin orang rumahnye" dengan terburu-buru Dimas mematikan panggilan seraya menyerahkan ponsel pada pemiliknya lagi.

In a dead city Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang