"Nama tokoh, konflik
Ataupun cerita adalah fiktif.
Jika terjadi kesamaan itu murni kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan ataupun menyerang dan menyudutkan pihak manapun"
...Written by Yadyaapasya
🤝
Benar saja, malam itu semuanya sama-sama terdiam, merasakan kekosongan yang sama setelah Khayran pergi.
"Jadi mellow begini dah, Khayran gak bakal kemana-mana, nanti juga kita pasti ketemu lagi" celetuk Dimas sembari, mengusap air yang terlanjur jatuh ke wajahnya. Meski Dimas laki-laki, dia tidak pernah gengsi menunjukkan ekspresi apapun. Termasuk ekspresi sedih.
"Sampai berapa lama?" Tanya Heni merengut sedih
Dimas menggeleng, ia menoleh ke arah Arul, "sekarang kita harus ngapain?"
Arul mencoba tersenyum, " kita istirahat, besok kita berangkat ke pengungsian. Dimas nanti lo jangan lupa selundupkan senjatanya ya" pesan Arul berusaha tetap terlihat semangat.
"Besok kita pergi pake apa?" Kini Sean yang bertanya, ada banyak tanggung jawab yang harus ikut mereka bawa.
Sara dan Vivi yang bahkan belum diberi tahu kepergian Jamila tentu harus dibawa juga, apalagi anak kecil yang setiap pagi menangisi ibunya. Dia butuh perhatian lebih banyak.
"Di sekitar sini ada bus yang nganggur gak?" Tanya Sean mendapat ide
"Mungkin ada, tapi perlu kita cari dulu" jawab Arul dengan yakin.
"Perlu sekarang kita cari bus-nya?"
Di tengah Sean dan Arul merundingkan bus, grup Aldi datang ke arah bawah. Ke lantai mereka beristirahat.
Sejauh ini Arul dan Aldi tidak bertengkar lagi, mereka hanya saling melanjutkan dengan perang dingin.
"Dokter yang tadi pergi kemana?, melarikan diri?" Tanya Ella belum apa-apa sudah ketus
Bella mendesis kesal, "menurut lo kita bakal biarin mereka pergi tanpa alasan?"
Ella tertawa meledek, "untung pada namaku tidak terdapat huruf B, B is bodoh"
"Hahahahah" Bella sengaja mengeraskan tawa yang ia buat-buat. "B for beauty. Don't you know? So stupid!"
Heni segera menengahi sebelum terjadi hal seperti kemarin. "Udah udah udah, kalian gak capek setiap ketemu tarik urat lagi, tarik urat lagi. Kalian bisa-bisa tua sebelum waktunya tau!"
Muti terkekeh geli, dia setuju pada Heni.
Arul tampak tidak tertarik pada perdebatan itu, ia telah siap mengenakan varsity-nya.
"Cabut kemana?" Halau Aldi dengan alis mengangkat satu
"Cari bus" Arul menjawab singkat
Sean ikut bersiap juga, Arul tidak mungkin akan berangkat sendirian.
"Gua ikut, tenaga gua pasti lo butuhin" ucap Aldi sembari membuntuti Arul yang langsung meleos pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
In a dead city
Science FictionSudah lebih dari tiga dekade dari masa pandemi virus Corona berlalu. Kini sebuah virus baru menyebar bagai mimpi buruk di wilayah mantan ibukota negara ini. Gejala awal virus ini sangat mematikan, namun orang yang telah sempurna terkontaminasi tida...