Bab 1

2.4K 173 13
                                    

"Maaf Nona Prilly mau kemana?"

"Aku harus menghadiri rapat hari ini Ibu Shintia."

"Tapi Nona Prilly harus beristirahat setelah apa yang Nona alami tadi malam."

Wanita cantik yang dipanggil Nona Prilly itu hanya tersenyum kecil, tangannya terlihat begitu gesit mengancingkan kemeja berpita miliknya.

"Tadi malam cuma mimpi buruk jadi tidak ada yang perlu kita khawatirkan." Jawab Prilly disertai senyuman kecilnya.

"Tapi--"

"Ibu Shintia tidak perlu khawatir, semua akan baik-baik saja! Aku bersumpah tidak ada satu manusia pun yang akan aku biarkan merebut apa yang seharusnya menjadi milikku!" Potong Prilly tegas namun detik berikutnya wanita itu kembali memamerkan senyuman manisnya.

"Jadi apa jadwal kita hari ini Ibu Shintia?" Tanya Prilly setelah selesai mengancingkan kemejanya.

Dengan pasrah Ibu Shintia yang merupakan asisten pribadi Prilly membuka tabletnya lalu mulai menyebutkan jadwal rapat Prilly hari ini.

Prilly merupakan anak yatim piatu. Orang tuanya meninggal sejak ia masih remaja, sekarang usianya sudah memasuki 24 tahun dan sudah masanya ia kembali memiliki apapun yang sejak awal sudah menjadi miliknya.

Baiklah, Prilly akan ceritakan perjalanan panjang hidupnya hingga ia setegar sekarang.

Dulu ketika orang tuanya meninggal ia dibesarkan oleh Kakek dan Neneknya, Ayahnya memiliki seorang Adik yang sejak muda memang memiliki hobi foya-foya hingga akhirnya seluruh usaha yang dibangun hancur akibat ulahnya sendiri.

Disaat usaha Adik dari Ayah Prilly hancur justru perusahaan milik Ayah Prilly berkembang pesat. Ibu dan Ayah Prilly sama-sama membangun usaha mereka hingga perusahaan yang bergerak di bidang real estate itu benar-benar berkembang dan menjadi salah satu perusahaan besar di Negara mereka.

Kala itu Prilly masih terlalu kecil untuk memahami kondisi keluarganya hingga beranjak dewasa perlahan ia mulai paham jika Adik dari Ayahnya ini memang sudah sedari dulu merencanakan kematiannya.

Perusahaan milik orang tua Prilly berada dalam tanggung jawab Kakeknya sampai beliau meninggal dan perusahaan itu jatuh pada Neneknya. Sekarang kondisi kesehatan Neneknya juga mulai mengkhawatirkan hingga membuat Prilly semakin memacu diri supaya ia siap mengambil alih perusahaan orang tuanya.

Posisi Direktur sekarang masih dipegang oleh Nenek Prilly sementara Prilly dan Adik Ayahnya sama-sama menempati posisi sebagai Manager dan mereka terus bersaing untuk menempati posisi Direktur yang sebenarnya memang sejak awal menjadi milik Prilly.

Tapi tidak apa-apa, Prilly bersedia bersaing karena ia yakin dirinya pasti mendapati kembali apa yang memang sejak awal sudah menjadi hak miliknya.

"Kita berangkat sekarang Bu Shintia!" Titah Prilly setelah memastikan semua jadwalnya memang sangat penting.

***

"Sialan! Kenapa kalian tidak membunuh wanita jalang itu hah?!" Teriakan seorang wanita terdengar memenuhi seluruh ruangan.

Dua orang pria berpakaian preman tampak menundukkan kepalanya. Mereka tahu jika mereka berhak dimarahi karena tadi malam mereka tak benar-benar tuntas menyelesaikan tugas mereka.

"Tenanglah Kirana, masih banyak kesempatan untuk kita melenyapkan wanita itu." Suara seorang pria terdengar membuat wanita yang dipanggil Kirana mendengus pelan namun begitu Kirana tetap berusaha untuk tenang.

Pria yang memiliki garis wajah yang cukup tampan terlihat menggerakkan jarinya meminta dua orang preman itu untuk segera pergi dari rumahhya. Sepeninggalan dua preman itu suasana di kediaman Ferdinan kembali tenang.

The Guard's LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang