Bab 16

748 135 16
                                    


Prilly pergi bersama Ali sementara Ibu Shintia ia tugaskan untuk menjaga Neneknya. Entah kenapa Prilly berfirasat jika sekarang ini pembunuh bayaran Ferdinan tidak hanya mengincar dirinya tetapi juga Neneknya. Ia yakin pria itu akan melakukan apapun untuk menguasai perusahaan.

Sepanjang perjalanan keduanya tampak hening, Prilly terdiam sambil menatap jalanan yang begitu ramai sementara Ali memilih fokus mengemudi.

"Kau lumayan hafal jalanan ibukota ternyata." Ucap Prilly tanpa mengalihkan pandangannya dari jendela mobil.

"Aku pernah berkunjung ke Indonesia beberapa kali." Jawaban Ali membuat Prilly menoleh dan menatap laki-laki yang sedang mengemudi itu. "Kau pernah kesini?" Ali mengangukkan kepalanya. "Bersama Ibuku."

Prilly mengangukkan kepalanya, sejujurnya ia sangat penasaran dengan kehidupan pria ini meskipun banyak informasi yang bisa ia dapatkan melalui internet namun rasanya sangat berbeda jika Ali yang menceritakan langsung tentang kehidupannya. Namun, Prilly tidak ingin bertanya mengingat hubungan mereka belum sedekat itu.

Mereka hanya kebetulan bertemu karena Ali terus menolong dirinya, meskipun dengan paksaan tetapi pria ini tetap mengikuti kemauannya hanya satu kemauan darinya yang Ali tolak yaitu pernikahan.

"Kau pernah bertemu dengan pria ini?" Tiba-tiba Ali bertanya sambil menoleh menatap Prilly yang sedang menatap jalanan didepannya.

Gadis itu mengangukkan kepalanya. "Pernah, beberapa kali." Jawaban Prilly terdengar menyebalkan ditelinga Ali. "Mas Arya juga pernah mengunjungi kediamanku dulu namun kami sedikit berjarak pasca aku menolak lamarannya." Urai Prilly yang semakin membuat Ali tidak suka.

Ali tidak tahu atas dasar apa ia tidak menyukai cerita gadis ini namun sungguh rasanya begitu tidak nyaman mendengar gadis keras kepala ini bercerita tentang laki-laki lain dihadapannya.

Prilly tersenyum masam, mengingat dulu bagaimana dengan tegas ia menolak Arya namun sekarang justru dirinya yang harus berbalik meminta pria itu menikahinya. Prilly seperti menjilat ludahnya sendiri bukan? Tetapi demi perusahaan dan demi Neneknya ia terpaksa harus melakukan ini.

"Sepertinya hubunganmu dengan pria itu dekat." Desis Ali dengan nada yang terdengar menyindir namun Prilly terlihat tidak perduli sehingga membuat pria itu uring-uringan sendiri.

"Kau percaya cinta pandangan pertama?" Setelah hening beberapa saat Prilly kembali bertanya pada Ali.

Pria itu tak langsung menjawab namun gelengan kepalanya menandakan jika Ali tidak mempercayai hal-hal seperti itu. Senyuman Prilly terbit matanya terlihat intens menatap pria yang sedang memegang kemudi mobilnya itu. "Tapi aku percaya." Suara lembut Prilly sontak membuat Ali menoleh menatap gadis itu.

Prilly sedang tersenyum lembut padanya dan jujur saja Ali merasa jantungnya berdegup sangat kencang. "Memang ini terdengar seperti dongeng dan rasanya sulit untuk dijelaskan secara nalar tetapi aku akui sejak pertama kita bertemu malam itu kau berhasil menempati hatiku." Perkataan lembut Prilly nyaris membuat jantung Ali meledak. Pria itu seperti orang linglung bahkan mengemudi saja Ali terlihat sudah tidak fokus.

Prilly tidak berharap Ali akan memberikan jawaban namun melihat pria itu tidak merespon pernyataan hatinya sama sekali ternyata cukup membuat dirinya kecewa.

"Kita sudah sampai. Kau bisa kembali dan tidak perlu menungguku!" Kata Prilly sebelum beranjak turun dari mobilnya. "Bawa saja mobil ini, aku akan kembali bersama Mas Arya." Lanjutnya sebelum benar-benar turun dan meninggalkan Ali dalam keheningan.

Deru nafas Ali mulai terdengar berat sampai akhirnya Ali melampiaskan kekesalannya dengan memukul setir mobil Prilly hingga membuat telapak tangannya memerah namun rasa panas dihatinya tak juga menghilang.

The Guard's LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang