Bab 2

878 133 6
                                    

Prilly berjalan memasuki kantornya dengan gayanya yang angkuh namun terkesan elegan. Wajah cantiknya begitu memukau ditambah dengan rambut panjangnya yang ia gerai dan berterbangan seiring dengan hembusan angin membuat pesona wanita itu semakin menyilaukan.

Hari ini Prilly kembali menggegerkan kantornya setelah kejadian kemarin dimana ia hampir tewas akibat tabrak lari yang ia alami. Bak Dewi kematian, Prilly selalu lolos dari ajalnya. Prilly selalu datang bersama Ibu Shintia yang menjadi kaki tangannya dan satu-satunya orang yang ia percayai di perusahaan ini.

Prilly tidak bisa membedakan yang mana lawan dan mana kawan karena disini semuanya terlalu pandai memanipulasi keadaan. Didepan mereka akan menyanjung Prilly sementara di belakang mereka justru sangat lancar membicarakan kelemahan Prilly sehingga akhirnya Prilly membentengi dirinya dan tidak membiarkan siapapun menyentuh ranah kehidupannya terutama Ferdinan, Adik dari Ayahnya.

Prilly memasuki ruang rapat dimana semua kursi sudah dipenuhi oleh para petinggi perusahaan sudah disana termasuk Ferdinan yang sempat terkejut dengan kedatangan Prilly. Seringai kecil Prilly langsung terbit saat matanya beradu dengan tatapan tajam Ferdinan yang dalam hitungan detik langsung berubah hangat.

"Astaga keponakan Om sudah sehat ya?" Sapa Ferdinan dengan gayanya yang begitu hangat namun terkesan memuakkan bagi Prilly.

Jika orang lain yang sekilas melihat jelas mereka akan kagum dengan keakraban keluarga Prilly namun mereka tidak tahu jika diam-diam mereka sedang menodong senjata tak kasat mata untuk membunuh satu sama lainnya.

"Tentu saja harus sehat Om. Banyak sekali yang mengharapkan saya hidup." Jawab Prilly dengan senyuman manisnya namun Ferdinan bisa merasakan sindiran halus dalam kalimat keponakannya itu.

"Sebenarnya kemarin apa yang terjadi Bu Prilly?" Tanya seorang wanita yang merupakan jejeran petinggi perusahaan milik orang tua Prilly.

Prilly menarik kursi lalu mendudukinya dengan anggun. Senyuman manisnya terus mengembang membuat aura kecantikan namun mematikannya menguar yang berhasil membuat Ferdinan mengepalkan tangannya tanpa ada yang menyadari.

"Saya hanya mengalami sedikit kejadian buruk kemarin Buk Prima." Jawab Prilly masih dengan senyuman manisnya. "Sepertinya Tuhan memang menyiapkan banyak kejutan untuk saya meskipun kejutannya sedikit buruk tapi saya senang menerimanya." Lanjut Prilly dengan kerlingan matanya tertuju pada Ferdinan yang terlihat datar tak menunjukkan ekspresi apapun.

Suasana berubah sedikit hangat saat Nenek Prilly memasuki ruangan. Mega Kesuma tersenyum menatap cucunya yang terlihat cantik sekali hari ini. "Kamu cantik sekali hari ini Nak." Ucapnya yang membuat Prilly tersenyum kecil.

"Aku memang selalu cantik seperti Ibu Kesuma." Balas Prilly yang membuat Neneknya tertawa pelan. Beberapa orang yang ada disana juga ikut tertawa, mereka begitu menyukai kedekatan antara Prilly dan Neneknya itu.

Prilly memang terlihat cantik setiap harinya namun hari ini ia merasa sedikit kurang cantik akibat luka kecil di pelipisnya. Tetapi Prilly tidak perduli yang penting ia berhasil membuat Ferdinan tidak bahagia. Andai saja rencana pria itu berhasil kemarin, Prilly yakin hari ini satu-satunya orang yang paling bahagia di dunia ini hanyalah Ferdinan.

"Baiklah, hari ini saya akan mengumumkan pengunduran diri saya dari posisi Direktur Sinaga Group!" Perkataan Mega sontak membuat mereka yang ada disana terkejut kecuali Prilly dan Ferdinan.

Sebagai keluarga inti mereka jelas terlebih dahulu mengetahui tentang rencana pengunduran diri Mega Kesuma ini. Nenek Prilly itu merasa dirinya sudah tidak mampu lagi memegang kendali perusahaan yang semakin hari semakin berkembang itu.

"Jadi saya putuskan untuk menyerahkan posisi saya ini kepada salah seorang  dari keluarga inti saya." Lanjut Mega yang tersenyum menatap Prilly juga Ferdinan. "Namun keputusan ini akan berlaku setelah 3 bulan pengunduran diri saya!"

The Guard's LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang