Bab 17

797 154 12
                                    


Tak terasa satu bulan sudah berlalu, komunikasi Prilly dengan Arya semakin intens namun mereka belum juga membahas perihal pernikahan yang pernah Prilly ungkit awal bulan lalu. Arya tidak mempermasalahkannya, dengan sepenuh hati ia mencoba memahami gadis ini.

Kondisi perusahaan juga terlihat baik meskipun Ferdinan terus berusaha untuk melengserkan posisi Ibunya namun Prilly selalu berhasil menggagalkan semua rencananya.

Malam ini Ferdinan mulai mengumpulkan petinggi perusahaan untuk kembali membahas perihal kosongnya posisi Direktur selama satu bulan terakhir karena Mega yang tak kunjung membuka matanya. Mega dinyatakan koma dan sampai hari ini belum ada tanda-tanda wanita itu akan membuka matanya.

Prilly sudah berusaha sekuat mungkin untuk menyembuhkan Neneknya bahkan sampai mendatangkan para Dokter ahli dari beberapa rumah sakit yang ada di dunia untuk membantu penyembuhan Neneknya namun sayangnya sampai hari ini Mega masih betah menutup matanya.

Dan kesempatan itu jelas akan digunakan oleh Ferdinan dengan sebaik mungkin terlebih beberapa proyek besar akan dikerjakan oleh perusahaan jelas hal itu membuat Ferdinan semakin leluasa mendesak para petinggi untuk segera menjadikan dirinya sebagai Direktur Utama.

"Terima kasih banyak atas jamuan malam ini Pak Ferdinan." Ucap salah seorang anggota dewan Direksi yang di jamu oleh Ferdinan dengan begitu mewah.

"Sama-sama Pak. Saya merasa tersanjung sekali dengan kehadiran kalian disini." Ucap Ferdinan dengan tawanya yang khas.

Mereka tertawa bersama bahkan disaat Ibunya sedang berjuang untuk hidup Ferdinan justru memanfaatkan kesempatan itu untuk mendapatkan perusahaan yang sudah lama menjadi incarannya.

"Jadi bagaimana kondisi Ibu Mega sekarang Pak?" Tanya seorang wanita yang ikut bergabung dalam kubu Ferdinan.

Ferdinan meletakkan gelas minumannya lalu fokus menatap wanita yang baru saja bertanya padanya. "Kondisi Mama semakin memprihatinkan, sepertinya kecil harapan untuk beliau bisa bertahan." Ujar Ferdinan dengan ekspresi sedihnya.

Semua yang ada disana tutur prihatin dengan kondisi pemimpin mereka namun tanpa mereka tahu jika saat ini Ferdinan justru berharap Ibunya segera mati sehingga jalannya semakin mudah.

"Kita doakan supaya Ibu Mega bisa segera sadar dan kembali bersama kita seperti semula." Kata wanita itu yang diaminkan oleh mereka yang ada disana kecuali Ferdinan.

Pria itu justru terlihat tidak suka dengan apa yang wanita itu ucapkan namun ia tidak bisa memperlihatkannya sehingga Ferdinan juga ikut mengaminkan perkataan wanita itu.

"Jadi malam ini saya berniat mengumpulkan kalian semua untuk membahas perihal perusahaan yang sepertinya akan goyah jika tidak ada yang memimpin." Ferdinan mulai membahas perihal keinginannya yang ingin menggantikan posisi Ibunya.

"Benar. Saya juga sempat memikirkan hal itu mengingat perusahaan sedang maju-majunya sekarang tentu saja kursi kepemimpinan tidak boleh kosong." Pria yang duduk paling ujung menyahut dan memberikan pendapatnya yang sepertinya disetujui oleh semua yang hadir disana.

"Dan kandidat yang pantas dan cocok menempati kursi kepemimpinan hanyalah Pak Ferdinan." Senyuman Ferdinan sontak merekah ketika mendengar perkataan wanita yang tadi sempat bertanya padanya. "Dan Ibu Prilly, selain cakap dalam bertindak Ibu Prilly juga merupakan ahli waris satu-satunya sehingga beliau juga patut dipertimbangkan dalam hal ini." Sambung wanita itu yang sontak membuat senyuman diwajah Ferdinan lenyap.

Ferdinan meraih gelas minumannya lalu meneguknya dengan perlahan, ia harus mengontrol emosinya supaya nama baiknya tidak tercoreng didepan para petinggi perusahaan ini. Ferdinan harus menjaga nama baiknya.

The Guard's LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang