Bab 19

687 138 13
                                    

Pagi-pagi sekali Prilly bersama Ibu Shintia sudah tiba di rumah sakit setelah mendapat kabar dari Dokter jika Mega sudah sadar. Prilly tidak bisa menahan perasaan haru serta leganya, akhirnya setelah satu bulan menunggu Neneknya membuka mata.

Prilly berlari kecil menyusuri koridor rumah sakit menuju ruangan Neneknya. Mega masih berada di ICU meskipun sudah sadar namun wanita itu masih tetap harus berada dibawah pengawasan Dokter.

Prilly membuka pintu ICU setelah mengenakan pakaian steril yang dipakaikan oleh Perawat yang menunggu didepan ruang ICU.

"Halo cantik." Sapa Mega dengan suara terdengar lemah namun senyuman wanita itu seketika membuat tangisan Prilly pecah.

Prilly berlari menghampiri ranjang Neneknya dan menangis pilu disana. Ia tidak bisa memeluk sang Nenek dikarenakan masih banyak alat yang menempel pada tubuh wanita itu. Prilly hanya bisa memegang tangan Neneknya lalu menangis terisak-isak.

"Nenek sudah tidak apa-apa. Jangan menangis anak cantik." Suara Mega terdengar parau dan sedikit terbata-bata ketika berbicara selain karena posisinya masih lemah, pita suaranya juga sedikit bermasalah karena terlalu lama ia tidak berbicara.

"Aku takut!" Lirih Prilly disela isak tangisnya. "Aku takut kehilangan Nenek seperti aku kehilangan orang tuaku!" Lanjut Prilly air mata yang semakin berderai.

Mata Mega juga terlihat berkaca-kaca, satu-satunya yang ia cemaskan ketika dirinya tiada hanyalah Prilly. Ia khawatir tidak ada yang melindungi cucu kesayangannya ini jika nanti ia benar-benar pergi. Mega sama sekali tidak takut dengan kematian, ia hanya takut cucunya kesepian tanpa dirinya.

"Kamu tidak akan kehilangan Nenek Sayang." Bisik Mega dengan setetes air matanya yang mencuri keluar. "Nenek akan selalu disini." Lanjutnya sambil berusaha menyeka air mata cucunya. Prilly sungguh merasa lega sekali, akhirnya Mega membuka matanya.

Kabar tentang kondisi Mega yang sudah sadar sampai ke telinga Ali. Pria itu berjalan tergopoh-gopoh menyusuri loby rumah sakit setelah mendengar kabar tentang Neneknya Prilly, ia tahu Prilly tidak akan memberitahunya mengingat tadi malam dirinya sungguh membuat gadis itu kecewa.

Tidak apa-apa, Ali mengerti.

Ali tiba didepan ruangan Nenek Prilly dirawat namun langkah kakinya sontak memelan sebelum akhirnya terhenti ketika matanya menangkap sosok wanita yang tadi malam ia cumbu sedang berpelukan dengan pria lain.

Dan pria itu adalah Arya.

Prilly terlihat begitu bahagia dalam pelukan Arya relfeks Ali memegang dadanya yang berdenyut sakit. Tatapannya kembali terarah pada Prilly yang sedang diseka air matanya oleh pria yang Ali akui memiliki garis wajah yang cukup tampan.

Prilly kembali memamerkan senyumannya pada Arya dan kali ini rasa sakit di dadanya membuat Ali memundurkan langkahnya dan kembali memasuki lift. Ia tidak akan menemui Prilly hari ini.

Sementara Prilly menjauhkan pelan tangan Arya dari matanya. Tadi ia hanya terlalu bahagia ketika menceritakan tentang Neneknya pada Arya sehingga ia refleks memeluk pria ini.

"Maaf Mas tadi aku kelewat bahagia!" Katanya dengan senyuman penuh penyesalan.

Arya tersenyum tangannya terulur menyentuh kepala Prilly. "Kalau bisa Mas ingin kamu selalu kelewat bahagia seperti tadi." Katanya terdengar bercanda namun sejujurnya Arya benar-benar tulus mengatakannya.

Prilly kembali tertawa ia dan Arya sungguh membuat publik penasaran dengan hubungan mereka sekarang. Prilly memang kerap terlihat bersama Arya namun sebenarnya mereka tidak pernah membahas perihal hubungan mereka dengan lebih serius. Meskipun Prilly selalu dibuat pusing dengan perkataannya tempo hari dimana ia mengatakan jika dirinya akan menikah dalam kurun waktu 2 bulan dan sekarang sisa waktunya sudah kurang dari 1 bulan.

The Guard's LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang