Prilly tiba di rumah sakit dengan penampilan yang sedikit awut-awutan, ia hanya membawa ponsel miliknya selebihnya semua barang-barang miliknya berada di penginapan Ali. Ia tak sempat menghiraukan apapun setelah mendapat kabar dari Ibu Shintia, satu-satunya hal yang dia inginkan adalah terbang kerumah sakit untuk melihat langsung kondisi Neneknya.
Nafas Prilly terdengar terengah-engah saat tiba didepan ruang ICU. Disana, ada Ibu Shintia juga Firman supir pribadi Prilly serta Nizam juga Kirana, sementara Laura dan Ferdinan sama sekali tidak terlihat disana.
Mereka semua serempak menoleh menatap Prilly yang terlihat berantakan dengan pakaian yang tidak jelas wujudnya. "Nona Prilly." Ibu Shintia beranjak mendekati Prilly begitupula dengan Nizam namun dilarang oleh Kirana. "Mas disini aja!" Pintanya yang sama sekali tidak digubris oleh Nizam.
Pemuda itu menghentakkan lengannya sampai pegangan Adiknya terlepas. Kirana tampak tidak senang saat Kakaknya lebih memilih menghampiri Prilly daripada mendengar perintahnya.
"Kamu baik-baik saja Prilly?" Tanya Nizam dengan suara lembutnya. Prilly yang dipapah oleh Ibu Shintia menoleh menatap Nizam lalu mengangukkan kepalanya pelan. "Baik Mas." Jawab Prilly pelan.
Sejak dulu hubungannya dengan Kakak sepupunya ini sangatlah baik meksipun mereka jarang berinteraksi namun Prilly tahu jika Nizam sangat menyayanginya. Nizam menyentuh bahu Prilly dengan lembut. "Jangan khawatir Nenek pasti akan segera sadar!" Katanya dengan penuh harapan.
Prilly tersenyum lalu mengangukkan kepalanya. "Iya Mas. Terima kasih karena sudah menemani Nenek." Bisik Prilly dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
Nizam menghela nafasnya sebelum memperlihatkan senyuman teduhnya pada Prilly. "Tentu saja Mas harus menemani Nenek disini. Kamu tidak sendirian Prilly, kamu punya Mas! Kamu bisa mengadukan semuanya pada Mas." Ucap Nizam dengan penuh ketulusan yang membuat air mata Prilly tumpah.
Nizam memeluk erat Prilly yang sontak membuat Kirana berdecak marah, gadis itu tak terima melihat Kakaknya lebih memperdulikan Prilly daripada dirinya namun ia tidak bisa berbuat apa-apa selain ini adalah tempat umum, Kirana juga tidak ingin dimarahi oleh Kakaknya.
Tapi liat saja ia akan mengadukan semua ini pada Papa dan Mamanya!
Sementara supir Prilly terlihat tenang berdiri didekat pintu ICU, menunggu Ibu Shintia memberikan perintah padanya.
Di dalam pelukan Nizam, Prilly menumpahkan segala rasa takut dan cemasnya melalui tangisannya yang terdengar begitu pilu. Apapun akan dia lalui dengan berani tanpa kenal tetapi selama itu berhubungan dengan Neneknya, Prilly memang akan selemah ini.
Prilly tidak ingin kehilangan Neneknya, satu-satunya keluarga yang ia miliki setelah kehilangan orang tuanya.
"Tenanglah! Nenek akan baik-baik saja, percaya sama Mas." Bisik Nizam dengan penuh kelembutan. Ibu Shintia hanya terdiam menatap Prilly dengan pandangan sedih, ia sangat mengerti bagaimana perasaan Prilly saat ini.
Hanya Kirana yang terlihat biasa saja padahal ia sudah mendengar sendiri penjelasan Dokter jika serangan jantung yang dialami Mega cukup mengkhawatirkan, jika mereka terlambat sedikit saja mungkin Mega benar-benar akan menyusul suami dan putra sulungnya ke alam barzah.
Tetapi Kirana tak mau ambil pusing karena jika hidup pun Neneknya juga pilih kasih antara dirinya dan Prilly jadi lebih baik Neneknya mati supaya Prilly benar-benar merasakan hidup sebatang kara tanpa ada yang memperdulikannya. Kirana tidak sabar untuk melihat kehancuran Prilly pasca kematian Nenek mereka.
***
Prilly sudah berganti pakaian, ia baru saja tiba di apartemennya setelah diantar oleh Firman sementara Ibu Shintia berada di rumah sakit untuk memantau perkembangan Mega. Prilly diminta pulang untuk membersihkan diri dan berganti pakaian.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Guard's Love
ChickLitNext story aku jangan lupa baca juga vote dan komennya yaaa..