"Kamu mau kemana Nizam?" Laura bertanya saat melihat putra sulungnya yang sudah rapi padahal sebentar lagi sudah jam makan malam."Mau ketemu teman!" Jawabnya cuek seperti biasa.
"Nizam sebentar lagi jam makan Papa dan Adik kamu juga pasti keberatan kalau kamu pergi disaat jam makan seperti ini." Tegur Laura lagi. Wanita cantik itu beranjak dari posisinya berniat menghampiri sang putra namun Nizam justru menjauhkan dirinya dari jangkauan sang Ibu.
"Kamu kenapa Nizam?"
Pemuda berwajah dingin namun tampan itu mendongak menatap Ibunya. "Mama enggak capek hidup kayak gini?" Pertanyaan Nizam sontak membuat Ibunya terpaku. "Aku capek Ma! Aku capek dan muak dengan perselisihan keluarga kita yang tidak pernah usai ini!" Ucap Nizam dengan wajah yang mulai memerah.
Sejak awal ia memang tidak menyukai cara orang tuanya membahagiakan dirinya dengan sang Adik. Ia ingin bahagia dan hidup nyaman tetapi tidak dengan cara menyakiti orang lain terlebih yang orang tuanya sakiti adalah sepupunya sendiri.
"Biarkan anak itu pergi!" Suara berat Ferdinan terdengar. Pria itu terlihat menuruni tangga bersama putrinya. Kirana juga tampak bengis menatap Kakaknya yang terus saja menentang rencana orang tua mereka.
"Mas Nizam kenapa bodoh banget sih? Seharusnya Mas dukung Mama sama Papa dong biar cepat mati itu si Prilly." Kata Kirana dengan wajah menyebalkannya dan seperti biasa Nizam hanya diam dengan ekspresi yang tampak kaku.
"Kalau perempuan itu tidak mati kehidupan kita enggak akan terjamin! Mas mau jadi gembel? Kalau aku sih ogah banget!" Sambung Kirana lagi.
"Sudah-sudah sekarang kita makan saja!" Laura berusaha mencairkan suasana namun Nizam justru berbalik dan beranjak meninggalkan kediamannya.
Ferdinan hanya menatap punggung lebar putranya dengan tatapan tidak berekspresi sementara Kirana memilih untuk mengejar Kakaknya meninggalkan Laura dan Ferdinan yang hanya bisa menatap kepergian putra dan putri mereka.
"Kita makan berdua saja ya Mas."
Ferdinan mengangukkan kepalanya lalu berjalan menuju meja makan. Berbagai macam hidangan sudah disediakan oleh Laura dan mereka menyantap makan malam dalam keadaan hening.
"Jadi benarkah Mas memiliki peluang lebih besar untuk menempati posisi Direktur?" Tanya Laura setelah acara makan malam selesai.
Ferdinan mengangukkan kepalanya. "Dan sebentar lagi setan kecil itu benar-benar akan lenyap dari dunia ini!" Ucap Ferdinan dengan seringaian kecilnya.
"Apa yang akan kamu lakukan Mas?"
"Apapun, selama hal itu bisa melenyapkan setan kecil itu." Jawaban Ferdinan sontak membuat seorang wanita tua yang sedang memasuki kediaman Ferdinan murka.
"Berhenti menyakiti keponakan kamu sendiri Ferdinan!" Suara lantang Mega membuat Ferdinan dan istrinya menoleh menatap kedatangan wanita tua itu dengan pandangan sedikit terkejut pasalnya Mega sama sekali tidak memberitahu jika malam ini akan mendatangi kediaman mereka.
Laura segera beranjak menghampiri Ibu mertuanya. "Mama kenapa tidak bilang-bilang jika ingin berkunjung?" Sambutan hangat Laura sama sekali tidak direspon oleh Mega. Wanita tua itu terus berjalan melewati menantunya dan berdiri tepat didepan Ferdinan.
Wajah Ferdinan tampak datar seperti biasanya. "Kamu pikir Mama tidak tahu apa yang kamu lakukan pada Prilly?" Tanya Mega dengan wajah sama sekali tidak bersahabat. "Berhenti melakukan kejahatan pada Prilly atau--"
"Atau apa Ma?" Ferdinan beranjak dari duduknya lalu berdiri menjulang didepan sang Ibu. "Dari dulu Mama selalu membela anak yatim itu!" Cela Ferdinan yang membuat Mega melayangkan tamparan pada pipi putranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Guard's Love
ChickLitNext story aku jangan lupa baca juga vote dan komennya yaaa..