Bab 13

685 136 11
                                    


Malam harinya Prilly dengan ditemani oleh Ali mengunjungi ICU dimana Mega masih bertahan disana. Kedua mata Prilly sontak memanas saat melihat Neneknya terbaring tak berdaya didalam sana.

"Nenek pasti sangat kesakitan sekarang?" Desah Prilly menyentuh lembut dinding kaca. Mereka belum diizinkan untuk masuk mengingat kondisi Mega benar-benar sangat mengkhawatirkan sekarang.

Ali diam saja, pria itu hanya berdiri menatap datar gadis keras kepala yang sedang menyeka air matanya. Baru kali ini ia melihat Prilly menangis, bahkan saat dirinya hampir kehilangan nyawanya Prilly masih bisa tersenyum bahkan menggoda dirinya.

Ali sekarang paham jika wanita yang dipanggil Nenek oleh gadis itu sangatlah berati untuk Prilly. Ali ingin menyentuh bahu Prilly namun urung saat seorang pemuda datang menghampiri Prilly.

"Mas Nizam." Seru Prilly saat seorang pria tiba-tiba memeluknya. Ali segera memundurkan langkahnya membiarkan Prilly dan pemuda itu berpelukan dengan bebas tanpa terhalangi dengan dirinya.

"Kamu baik-baik saja?" Nizam terdengar sangat khawatir. Ia memeriksa seluruh tubuh Prilly untuk memastikan jika gadis ini baik-baik saja.

Prilly tersenyum kecil lalu mengangukkan kepalanya. "Aku baik Mas. Lagi-lagi mereka gagal membunuhku." Canda Prilly yang justru membuat sekujur tubuh Nizam berubah kaku.

Mereka yang dimaksud oleh Prilly adalah orang tuanya bukan?

Nizam segera menormalkan ekspresi wajahnya tersenyum kecil pada Prilly yang sedang tersenyum padanya. "Syukurlah. Mas benar-benar khawatir saat mendengar kabar kalau kamu masuk rumah sakit." Ujar Nizam dengan helaan nafas leganya.

Prilly tertawa pelan tanpa sengaja matanya beradu dengan mata Ali yang ternyata sedang menatap dirinya. "Aku baik-baik saja saat ini berkat seseorang." Ucapnya pada Nizam namun tatapan matanya hanya terfokus pada Ali.

Keduanya saling bertatapan membuat Nizam akhirnya tahu jika pria bertubuh besar yang ada disekitar Prilly adalah kenalan Adik sepupunya.

"Maksud kamu?" Nizam berpura-pura tidak mengerti supaya Prilly bisa menjelaskan dengan gamblang tentang sosok laki-laki yang bersandar pada tembok rumah sakit itu.

Prilly memutuskan tatapan mereka, sekarang ia fokus menatap Nizam. "Sejak kemarin dia sudah beberapa kali menolongku Mas. Jika tidak ada dia mungkin sekarang aku sudah berkumpul bersama Mama dan Papa." Jelas Prilly dengan senyuman kecilnya.

Nizam menoleh menatap Ali dan Ali juga melakukan hal yang sama. Dua pria itu tampak saling menilai satu sama lain. Nizam akui paras dan bentuk tubuh pria ini cukup mempesona namun ia tidak akan semudah itu percaya jika laki-laki ini adalah orang baik, mungkin saja pria ini merupakan suruhan orang tuanya yang diam-diam menolong Prilly sampai gadis itu lengah maka dengan mudah mereka bisa membunuh Prilly.

Nizam tidak akan membiarkan hal itu terjadi!

"Mas kenalin dia Ali dan Ali ini Mas Nizam sepupuku." Prilly sama sekali tidak mengerti aura kedua laki-laki ini yang sama sekali tidak terlihat bersahabat.

Nizam berjalan mendekati Ali sementara Ali masih stay pada posisinya. Nizam yang pertama kali mengulurkan tangannya pada Ali yang tak langsung direspon oleh pria itu.

"Nizam!" Tekannya pada Ali sementara Ali hanya menaikkan sebelah alisnya menatap remeh pria didepannya ini.

"Ali. Sorry, saya tidak bisa bersentuhan dengan sembarangan orang!" Ucap laki-laki itu sebelum beranjak meninggalkan Nizam yang terlihat mengepalkan tangannya.

Prilly sendiri hanya terkekeh geli melihat reaksi Ali yang sangat diluar akal sehat itu. Tidak bersentuhan dengan sembarangan orang? Lalu ciuman mereka saat pertama kali bertemu itu apa?

The Guard's LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang