Bab 9

722 142 15
                                    


Byur!

"Ada yang tenggelam tolong!" Teriakan pelayan yang datang membawa lemon tea pesanan Prilly terdengar seiring dengan langkah kaki Ali memasuki cafe tersebut.

Pelayan itu sempat melihat seorang pria berpakaian seragam sama sepertinya berlari kearah hutan namun ia memilih abai karena wanita yang sempat memesan tadi jauh lebih penting.

Mendengar keributan dari arah belakang cafe, Ali ikut berjalan menuju kesana. "Ada apa?" Tanya seorang pengunjung pada pelayan wanita tadi.

"Ada yang tenggelam di danau! Mbak cantik yang duduk disini tenggelam!" Raung pelayan itu sambil terus meminta pertolongan.

Entah kenapa tiba-tiba Ali merasa sedikit takut jika wanita yang dimaksud pelayan ini adalah Prilly. Ali segera menerobos kerumunan orang dan menghampiri pelayan itu.

"Apakah wanita yang kamu maksud memiliki kulit yang sangat mulus serta matanya yang sedikit besar namun indah?" Pelayan itu sedikit kebingungan dengan pertanyaan Ali namun kepalanya tetap mengangguk. "Benar. Mbaknya cantik sekali."

"Sial!" Maki Ali sebelum beranjak mendekati pagar pembatas. Ia melihat tas juga ponsel yang tergeletak diatas meja. Jantungnya semakin berdebar tanpa memperdulikan apapun Ali segera melompat ke dalam danau melompati pagar pembatas.

Teriakan kencang para wanita disana kembali terdengar saat seorang pria tiba-tiba melompat le dalam danau yang sangat dingin dan gelap itu.

"Telepon polisi atau tim SAR cepat!" Teriak seorang pengunjung yang segera di lakukan oleh pelayan wanita tadi.

Sementara di dalam danau Ali berusaha keras membuka matanya untuk menangkap bayangan Prilly. Ia sangat yakin jika gadis yang dimaksud oleh pelayan tadi adalah Prilly. Ali terus menyelam melawan gelap dan dinginnya air danau. Ia terus berusaha sampai beberapa saat kemudian matanya menangkap sekilas bayangan dan ia yakin itu Prilly.

Ali segera berenang menuju bayangan itu dan benar saja jika yang baru saja ia lihat adalah tubuh Prilly yang melayang didalam air. Ali segera meraih tubuh dingin gadis itu lalu ia tarik keatas.

Tak sampai lima menit kemudian Ali sudah muncul di permukaan membuat seluruh pengunjung yang masih berkumpul disana berteriak mengucapkan syukur.

Seorang pria datang membantu Ali yang terlihat kesusahan menggendong Prilly yang tak sadarkan diri. Ali membaringkan Prilly diatas lantai kayu lalu mulai menepuk-nepuk pipi gadis itu.

"Bangun! Gadis keras kepala bangun!" Teriak Ali yang membuat orang-orang disana tampak cemas karena Prilly sama sekali tidak memberikan reaksi apapun.

"Beri nafas buatan aja Mas!" Ujar salah seorang pengunjung.

Ali mulai memompa dada Prilly memberikan pertolongan pertama pada orang yang tenggelam namun Prilly sama sekali tidak bereaksi. Mau tidak mau Ali mulai membuka mulut Prilly lalu meniupkan dalam-dalam rongga mulut gadis itu. Bibir mereka yang bersentuhan sedikit membuat hati Ali berdesir namun sekarang bukan itu hal terpenting yang paling penting adalah gadis ini sadar.

Ali terus berusaha melakukan hal itu berkali-kali sampai akhirnya Prilly memuntahkan air yang masuk rongga tubuhnya. Ali terduduk lemah nafasnya terdengar berat namun wajahnya terlihat lega. Semua pengunjung yang dan disana juga sama-sama menarik nafas lega kecuali orang yang bersembunyi di balik pohon kayu yang letaknya tak begitu jauh dari cafe tersebut.

Ali tanpa sengaja menangkap bayangan orang tersebut namun ia tak begitu perduli sampai akhirnya pelayan wanita yang sempat melihat kejadian itu mendekati Ali dan memberikan barang-barang milik Prilly yang sempat ia selamatkan.

"Maaf Mas tapi tadi saya sempat melihat seorang laki-laki yang sepertinya pelaku yang  mendorong Mbak ini ke danau." Bukan hanya Ali tetapi nyaris semua orang yang ada disana mendengarnya. Mereka semua terkejut kecuali Prilly yang terkekeh pelan meskipun dirinya masih terbatuk-batuk.

Ali melihat gadis itu dengan tatapan tak terbaca. "Terima kasih informasinya Mbak." Kata Ali lalu meriah tas milik Prilly untuk ia pegang setelahnya ia membantu Prilly untuk beranjak.

Prilly terlihat kesulitan untuk berjalan karena dirinya masih begitu lemah hingga tanpa aba-aba Ali segera menggendong gadis itu dan membawanya pergi dari cafe naas itu.

Prilly memeluk leher Ali erat lalu menyembunyikan wajahnya disana. "Aroma parfum kamu wangi aku suka." Bisiknya pelan namun bisa didengar oleh Ali. "Aku sempat meragukan diriku adalah titisan Dewi kematian saat berada di dalam air namun sepertinya aku memang Dewi kematian buktinya lagi-lagi aku lolos dari kematian yang mengerikan itu." Lanjut Prilly dengan tawa lirihnya.

Ali tidak merespon apapun hanya langkah pria itu semakin tegap membawa Prilly menuju penginapannya. Mendengar dari perkataan gadis itu sepertinya Prilly memang sudah sering mengalami hal-hal mengerikan seperti ini. Dan yang membuat Ali bertanya-tanya adalah siapa Prilly sebenarnya? Kenapa orang-orang ingin membunuh gadis ini?

"Aku mengantuk sekali, besok aku janji akan menceritakan semuanya padamu." Lirih Prilly yang sontak membuat Ali menghentikan langkahnya. Sial! Ia baru sadar jika dirinya benar-benar sudah terseret dalam lingkar kehidupan gadis ini dan kenapa Ali mau repot-repot menolong gadis keras kepala ini?

"Dasar penyihir!" Ucap Ali sambil menatap wajah tenang Prilly yang benar-benar sudah terlelap dalam gendongannya.

***

Seorang pria datang menghadap Bosnya dengan wajah tertunduk dalam. Ia sudah siap jika malam ini dirinya benar-benar akan dikirim ke neraka. Lagi-lagi ia gagal menjalankan misi.

"Sepertinya dulu aku terlalu bermurah hati padamu." Tekan Ferdinan sambil menyesap anggur miliknya. Pria itu berdiri kaku menatap keluar jendela dengan tatapan dingin seperti biasanya.

"Maafkan saya Tuan."

"Aku tidak memerlukan maafmu yang ku perlukan adalah keberhasilan mu membunuh setan kecil itu!"

Ferdinan kembali menyesap anggur miliknya sebelum meletakkan gelas kacanya dan berbalik menatap anak buahnya. "Kau lupa bagaimana orang tua gadis itu membiarkan kau mati?" Ejek Ferdinan yang sontak membuat kedua tangan pria itu mengepal kuat.

"Andai saja malam itu aku tidak menyelamatkan mu mungkin kau sudah mati melebur menjadi tanah bersama mereka." Tekan Ferdinan yang membuat pria didepannya semakin menundukkan kepalanya.

"Ini terakhir kalinya kau gagal jika di misi berikutnya kau gagal maka aku sendiri yang akan mengirim mu ke neraka!"

"Baik Tuan!"

Sepeninggalan pria itu, Laura memasuki ruangan suaminya. "Mas sepertinya Prilly akan memberikan kejutan untuk kita."

Ferdinan menoleh menatap istrinya. "Apa maksudmu?"

"Tadi pagi aku mengunjungi kediaman Mama dan disana aku melihat Prilly." Laura berjalan mendekati suaminya. "Dan aku merasa jika Prilly ingin memberikan kabar bahagia pada Mama hanya saja terhalangi dengan kedatanganku dan Kirana. Dan aku yakin jika kabar bahagia itu pasti berkaitan dengan syarat yang diajukan Mama padanya." Lanjut Laura dengan kedua tangan terlihat mengenggam satu sama lain.

"Bagaimana jika Prilly benar-benar bisa memenuhi syarat dari Mama Mas?" Laura sangat cemas, ia takut jika Prilly mengambil alih perusahaan maka keluarganya akan didepak dari silsilah keluarga Sinaga.

Mereka tidak memiliki apapun selain perusahaan itu dan Laura tidak ingin hidup melarat, apapun yang terjadi Ferdinan harus mendapatkan perusahaan itu.

"Kamu tenang saja, sebelum gadis itu mengumumkan kabar bahagia aku akan terlebih dahulu menyiapkan kabar duka untuknya." Ucap Ferdinan dengan seringaian kejinya.

Laura menatap suaminya dengan ekspresi kebingungan sebelum sempat ia mempertanyakan maksud suaminya, Ferdinan sudah terlebih dahulu melahap bibirnya dan mendorong tubuh istrinya ke sofa yang ada diruangannya. Ferdinan tidak ingin memikirkan apapun untuk saat ini selain menikmati kemolekan tubuh istrinya.

"Aahhh..."

*****

Makin kesini makin dikit yang vote komen 😞
Aku jadi males buat update 2x sekarang😌

The Guard's LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang