Bab 18

771 145 12
                                    


Otak Prilly benar-benar ngeblank ketika Ali mencium bibirnya dengan lembut namun penuh tuntutan. Ini pertama kalinya pria ini menciumnya terlebih dahulu, jika biasanya Prilly lah yang memulai namun malam ini justru pria ini yang terlihat sangat menantikan ciuman ini.

Perlahan Prilly mulai memejamkan matanya menikmati dan membalas cumbuan Ali dengan tak kalah menuntut. Kedua telapak tangan Ali tampak menangkup sisi wajah Prilly begitupula dengan Prilly yang mulai membelit tubuh Ali dengan tangan kecilnya.

Sentuhan lembut Prilly pada punggung juga lehernya membuat Ali semakin menggila, pria itu melumat habis mulut Prilly hingga membuat wanita itu mendesah lirih. Prilly tidak menyangka jika Ali bisa mencumbunya sepanas ini.

Hampir beberapa menit mereka lalui dengan saling bertukar saliva sampai akhirnya Prilly tidak tahan lagi dan menepuk dada Ali beberapa kali. Ciuman mereka terlepas terlihat Prilly meraup udara dengan rakusnya sementara Ali hanya terengah-engah dengan mata tak lepas dari bibir Prilly yang terlihat bengkak akibat ulah mulutnya.

Ali ingin kembali mencium Prilly namun dengan cepat gadis itu menahan dada Ali. "Tunggu dulu!" Katanya dengan nafas yang masih terengah-engah dan berat. Sungguh, Prilly merasa rongga dadanya seperti kosong karena kekurangan oksigen akibat ulah pria ini.

Meskipun ia sangat menikmatinya tetap saja tidak akan ia biarkan pria ini kembali mencumbunya tanpa menjelaskan apapun.

"Jadi bisa kau jelaskan apa maksud dari semua ini?" Tanya Prilly yang berusaha keras menormalkan deru nafasnya juga detak jantungnya yang menggila.

Ali terpaku namun tatapan pria itu tak lepas dari wajah cantik Prilly. "Aku tidak tahu." Jawab pria itu tanpa beban. "Aku hanya ingin melakukannya." Sambung Ali dengan ekspresi wajah yang mulai kembali seperti semula.

Mulut Prilly menganga lebar, sungguh ia tidak mengerti bagaimana jalan pikiran pria ini. "Brengsek!" Prilly menendang tulang kering Ali dengan cukup kuat hingga membuat pria itu membungkuk mengusap tulangnya yang terasa seperti patah.

"Berani-beraninya kau berbuat tidak senonoh seperti ini padaku!"

"Kau juga sering menciumku! Kau lupa?"

"Itu berbeda bodoh!" Kembali Prilly melayangkan tendangannya pada tulang kering Ali namun dengan gesit pria itu menjauhkan dirinya sehingga Prilly hanya bisa menendang angin.

"Bagaimana itu bisa berbeda bahkan di pertemuan pertama kau sudah mencium ku!" Ungkit Ali lagi.

Wajah Prilly semakin memanas, perpaduan antara malu juga marah pada laki-laki yang kembali berhasil memporak-porandakan hidupnya. Sekuat tenaga Prilly berusaha waras selama satu bulan ini demi melupakan perasaan gilanya pada laki-laki ini namun dengan tidak berperasaan nya Ali justru mempermainkan dirinya seperti ini.

"Dengarkan aku dulu!" Ali berusaha menahan lengan Prilly yang ingin beranjak menuju mobilnya.

"Tidak akan!" Prilly menepis kuat tangan Ali dan mendorong tubuh pria itu supaya tidak menghalangi jalannya. Prilly memang kesal namun kini perasaannya lebih di dominasi dengan rasa malu.

Sialan! Bahkan tadi ia membalas cumbuan pria itu dengan begitu panas.

Prilly membuka pintu belakang mobilnya lalu menutupnya dengan keras sementara Ali terlihat frustasi tak mengerti dengan keinginan hatinya sendiri. Tindakannya kali ini alih-alih membuat Prilly mendekat justru sebaliknya Prilly akan semakin menjauh dan bonusnya gadis itu pasti akan sangat membencinya.

Bodoh sekali memang!

***

Ali memasuki apartemen yang ia sewa dengan wajah lesu. Sialan! Ia menendang kursi yang di dekatnya hingga benda itu melayang dan mengenai seseorang yang tertidur diatas sofa.

The Guard's LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang