Bab 21

975 151 17
                                    


Kabar kematian Mega Kesuma mulai tersiar bahkan nyaris seluruh stasiun televisi menayangkan proses pemakaman salah satu pengusaha yang sangat berpengaruh di Indonesia. Seluruh keluarga besar Sinaga disorot termasuk Ali yang sejak proses pemakaman tidak pernah meninggalkan Prilly sedetik pun.

Wajah tampan pria itu mulai memenuhi layar televisi hingga Emilia yang sedang menonton ikut terkejut saat melihat wajah Ali disana. Emilia berteriak memanggil Lucas dan bertanya tentang sosok perempuan yang mendatangi Ali kemarin malam.

"Kau lihat perempuan itu? Sebenarnya siapa dia? Kenapa Ali sampai sebegitunya menjaga perempuan itu?!" Tanya Emilia sambil menunjuk kearah layar televisi dimana Ali terlihat memeluk bahu Prilly sambil memapah gadis itu menjauh dari area makam.

"Saya tidak tahu dan kalau pun saya tahu tentu saja tidak akan memberi tahu Nona Emilia tampak seizin Tuan Ali." Jawaban Lucas sontak membuat Emilia menoleh dan menatap benci pria yang begitu patuh pada Ali itu.

Lucas segera beranjak meninggalkan Emilia yang kembali menatap layar televisi dengan tatapan begitu nyalang namun ia kembali mengingat peringatan yang Ali berikan kemarin malam. Dirinya dilarang berpakaian tidak sopan di hadapan pria itu bahkan Ali sudah menyewa apartemen lain yang dikhususkan untuk Emilia.

Wanita itu dilarang Ali untuk menginjakkan kakinya di apartemen Ali tanpa seizin pria itu dan Lucas ditugaskan untuk menjaga Emilia supaya tidak berulah dan menimbulkan masalah di negara orang.

Namun sekarang Emilia tidak bisa menahan diri untuk tidak mencari tahu tentang wanita yang begitu dijaga oleh Ali bahkan dirinya saja Ali biarkan sendirian disini sementara gadis itu sejak tadi terus berada dalam rengkuhan Ali. Ini benar-benar tidak bisa dibiarkan!

**

Prilly terlihat termenung menatap tumpukan tanah liat yang menutupi tubuh kaku Neneknya. Ia masih berada di pemakaman namun Ali sudah meminta gadis itu untuk menunggu di mobil. Terlalu ramai disana sehingga Ali cemas jika ada orang-orang jahat yang memanfaatkan kesempatan ini untuk melukai Prilly.

Para wartawan juga terlihat sangat bersemangat meliput berita tentang kematian salah seorang pengusaha yang berpengaruh itu, disana Prilly melihat bagaimana Ferdinan dan keluarganya meladeni wartawan seolah-olah pria itu merasa sangat kehilangan Ibunya.

"Aku yakin Nenek meninggal karena dibunuh!" Kata Prilly dengan sorot mata tertuju pada Ferdinan. "Nenek sudah baik-baik saja bahkan beliau sudah bisa tertawa denganku." Lanjut Prilly dengan suara yang mulai bergetar.

Ali hanya duduk diam dibalik kemudi sambil menatap wajah Prilly yang terlihat begitu terluka dari samping. Ingin sekali ia memeluk gadis ini namun ia tahu saat ini hubungannya dengan Prilly sedang tidak baik-baik saja. Dengan Prilly membiarkan dirinya seperti ini saja Ali sudah sangat bersyukur.

"Aku akan membalas kematian Nenek!" Ucap Prilly layaknya sebuah sumpah. Semua rombongan berjalan menuju parkiran mereka akan kembali ke kediaman Sinaga untuk menghampiri para pelayat yang mungkin akan terus mengunjungi mereka.

Ali mengemudikan mobilnya menuju kediaman Sinaga dan sepanjang perjalanan Prilly memilih untuk menutup matanya sejenak. Ali bisa melihat wajah gadis itu yang sembab dengan kedua matanya yang membengkak. Prilly terlalu lama menangis dan sungguh melihat kondisi gadis ini tak berdaya seperti ini kembali membuat perasaan Ali tidak nyaman.

"Bukankah ini semua mimpi?" Prilly tiba-tiba bertanya dengan mata masih terpejam. "Tolong katakan jika semua yang terjadi hari ini adalah mimpi." Lanjut Prilly dengan air mata yang merembes keluar meskipun kedua matanya terpejam erat.

Hari sudah sore dan langit mulai terlihat mendung seolah-olah alam ikut bersedih atas kematian Mega Kesuma. Wanita tua yang begitu menyayangi cucunya namun naas beliau harus menutup usia bahkan sebelum melihat cucunya menikah.

The Guard's LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang